Penelitian oleh Hidayat & Kusumawati (2020) menunjukkan bahwa "nilai pengalaman yang dipegang oleh milenial mengalahkan nilai material dalam pengambilan keputusan finansial, terutama di area urban."
3. Keterbatasan Ekonomi dan Tantangan Finansial
Selain pengaruh gaya hidup dan sosial, faktor ekonomi juga menjadi kendala bagi generasi muda untuk menabung. Tingginya biaya hidup di kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya, sering kali menyulitkan mereka untuk menyisihkan penghasilan, meskipun sudah bekerja keras.Â
Menurut survei dari Badan Pusat Statistik (2020), hampir 60% pengeluaran anak muda digunakan untuk kebutuhan pokok dan gaya hidup. Ini membuat ruang untuk menabung menjadi sangat kecil.
Fenomena ini menciptakan dilema di mana generasi muda berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mencoba mengikuti standar gaya hidup urban yang seringkali tidak realistis.
4. Minimnya Edukasi Keuangan yang Efektif
Minimnya pemahaman tentang literasi keuangan juga menjadi faktor penting mengapa anak muda Indonesia sulit menabung. Banyak dari mereka yang belum memahami pentingnya menabung dan investasi untuk masa depan.Â
Edukasi finansial yang ada sering kali terbatas pada teori, tanpa memberikan panduan praktis yang relevan dengan kondisi hidup mereka. Hidayat & Kusumawati (2020) menekankan pentingnya pendekatan edukasi keuangan yang lebih pragmatis dan menyasar generasi muda.
Bahkan di sekolah atau universitas, topik tentang pengelolaan uang dan perencanaan keuangan sering kali diabaikan atau diajarkan secara minimalis.
5. Pengaruh Fenomena YOLO pada Keputusan Finansial
Fenomena YOLO membuat banyak anak muda percaya bahwa hidup hanya untuk sekali, sehingga mereka merasa harus memaksimalkan setiap momen, bahkan jika itu berarti mengorbankan stabilitas keuangan.Â
YOLO memang bisa memotivasi untuk mengambil risiko dan menikmati hidup, tetapi tanpa kontrol yang baik, prinsip ini bisa menjadi bumerang bagi keuangan mereka.
Dalam sebuah wawancara, psikolog keuangan dari Universitas Indonesia, Dr. Rini Setiyawan, menyatakan bahwa "budaya YOLO di kalangan anak muda Indonesia sering kali diartikan secara ekstrem, yang pada akhirnya melemahkan keinginan untuk menabung."
Meskipun demikian, dengan edukasi yang tepat dan perubahan pola pikir, anak muda masih bisa menyeimbangkan antara menikmati hidup dan menabung untuk masa depan.