Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Masa Depan Anak Kita dalam Bahaya! Kegagalan Regulasi Baby Care di Indonesia

16 Oktober 2024   05:53 Diperbarui: 16 Oktober 2024   08:50 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Layanan penitipan bayi yang aman dan terstandarisasi akan memberikan perlindungan lebih baik bagi anak-anak | Ilustrasi gambar: www.burnabynow.com

Sudah menjadi rutinitas harian bagi para orang tua, terutama yang tinggal di perkotaan, untuk mempercayakan pengasuhan anak-anak mereka kepada layanan penitipan bayi atau "baby care". Layanan ini menawarkan solusi praktis bagi orang tua yang sibuk bekerja. Namun, di balik kenyamanan tersebut, ada masalah besar yang kerap tak disadari. Kegagalan regulasi baby care di Indonesia telah menempatkan generasi penerus kita dalam bahaya.

Terlebih baru-baru ini kembali terjadi lagi kasus perlakuan tak layak dari pengasuh di baby care dengen memberikan obat keras pada anak, sesuatu yang sepatutnya tidak terjadi dalam pengelolaan baby care.

Saat ini, standar pengasuhan anak di Indonesia masih sangat jauh dari kata memadai. Berdasarkan laporan terbaru, banyak layanan penitipan bayi yang beroperasi tanpa pengawasan ketat, tanpa regulasi yang layak, dan bahkan tidak memenuhi standar keamanan dasar. Ini bukan sekadar masalah administratif, melainkan ancaman langsung terhadap kesejahteraan anak-anak.

Di banyak tempat, standar pengasuhan yang longgar telah membuka jalan bagi berbagai insiden yang bisa dihindari, mulai dari kecelakaan hingga penelantaran.

Sementara negara-negara maju seperti Inggris, Jerman, atau Jepang telah menerapkan regulasi ketat yang menjamin keselamatan dan perkembangan anak di tempat penitipan, Indonesia justru tertinggal jauh. Di negara-negara tersebut, regulasi yang ketat tak hanya mencakup kualitas lingkungan fisik, tetapi juga kesejahteraan mental dan emosional anak.

Di Jepang misalnya, ada peraturan yang mengharuskan pengasuh anak di baby care menjalani pelatihan psikologis untuk menangani anak-anak yang terpisah dari orang tuanya dalam waktu lama. Sementara di sini, sebagian besar pengasuh bahkan tidak memiliki kualifikasi yang memadai. Sekadar tahu bagaimana cara mengganti popok dan menyeduhkan susu formula.

 

Regulasi yang Tidak Konsisten

Salah satu masalah utama dalam regulasi baby care di Indonesia adalah ketidakseragaman penerapan. Di beberapa kota besar, mungkin ada peraturan yang lebih baik karena adanya perhatian lebih dari pemerintah daerah. Namun, di banyak tempat, regulasi masih sekadar "hiasan" tanpa implementasi nyata. Hal ini mengarah pada munculnya baby care yang tidak memenuhi syarat dasar keselamatan.

Menurut studi "Childcare Regulation: An International Comparison" (Journal of Child Development), perbandingan standar internasional menunjukkan bahwa regulasi yang lemah berdampak langsung pada tingkat keselamatan anak. Penelitian ini mengungkap bahwa negara-negara dengan regulasi ketat memiliki angka kecelakaan yang lebih rendah di layanan baby care, sedangkan di negara-negara dengan regulasi longgar, insiden-insiden yang berpotensi membahayakan anak lebih sering terjadi.

Di Inggris, misalnya, standar minimal seperti rasio pengasuh-anak yang ketat, pemeriksaan latar belakang pengasuh, dan kontrol ketat atas kebersihan lingkungan sudah menjadi keharusan. Namun, di Indonesia, hal-hal mendasar seperti itu masih sering diabaikan.

Salah satu kasus yang pernah menarik perhatian media adalah insiden di sebuah baby care di kota besar di Indonesia, di mana seorang anak terjatuh dari tempat tidurnya karena pengawasan yang kurang. Tidak ada laporan medis, dan pihak baby care hanya memberikan kompensasi kecil kepada orang tua. Di negara maju, kejadian seperti ini akan memicu investigasi menyeluruh dan sanksi berat. Tapi di sini, semuanya selesai tanpa ada perubahan signifikan.

Belajar dari Negara Maju

Jika kita melihat ke luar negeri, banyak negara maju yang berhasil menerapkan regulasi ketat pada layanan baby care dan meningkatkan standar keselamatan anak. Di Jerman, misalnya, setiap layanan penitipan bayi harus mematuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah federal, yang meliputi pelatihan wajib untuk pengasuh, audit keamanan fasilitas secara berkala, dan pengawasan kesehatan mental anak. Selain itu, lembaga baby care yang melanggar aturan akan segera ditutup dan dikenai denda besar.

Sementara itu, di Amerika Serikat, standar pengasuhan anak diatur oleh lembaga seperti National Association for the Education of Young Children (NAEYC). Mereka tidak hanya fokus pada pengawasan fisik tetapi juga pada pendidikan pengasuh, memastikan anak-anak menerima pengasuhan yang holistik.

Penelitian dari "Childcare Standards and Children's Well-being" yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa standar pengasuhan yang lebih baik berhubungan langsung dengan kesehatan mental dan fisik anak-anak. Anak-anak yang diasuh di tempat-tempat dengan standar tinggi cenderung memiliki risiko lebih rendah mengalami trauma atau gangguan emosional di kemudian hari.

Lantas, mengapa Indonesia belum bisa mencapai level tersebut? Salah satu alasannya adalah karena kurangnya kemauan politik untuk memprioritaskan regulasi di sektor ini. Pemerintah sering kali lebih fokus pada isu-isu ekonomi makro, sementara hal-hal yang menyangkut kesejahteraan anak sering kali dianggap urusan sekunder.

Perbaikan Regulasi Baby Care di Indonesia

Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Indonesia bisa belajar dari negara-negara maju dalam hal regulasi baby care. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memberlakukan standar nasional yang mengikat dan memastikan bahwa setiap lembaga penitipan anak mematuhinya. Pemerintah harus lebih tegas dalam melakukan pengawasan dan memberikan sanksi kepada layanan yang melanggar aturan.

Selain itu, pelatihan intensif bagi para pengasuh juga sangat penting. Pengasuh harus memiliki pengetahuan dasar tentang keselamatan anak, kesehatan mental, dan cara menangani keadaan darurat. Lembaga pelatihan pengasuh anak di Indonesia harus ditingkatkan kualitasnya sehingga setiap pengasuh yang bekerja di baby care memiliki kualifikasi yang memadai.

Tidak hanya itu, partisipasi aktif masyarakat juga diperlukan. Orang tua harus lebih kritis dalam memilih layanan baby care untuk anak-anak mereka. Edukasi tentang hak-hak mereka sebagai konsumen baby care dan hak-hak anak mereka dalam mendapatkan pengasuhan yang layak harus diperluas. Orang tua tidak boleh merasa takut untuk menyuarakan kekhawatiran mereka atau melaporkan layanan yang dianggap tidak aman.

Seperti yang dikatakan oleh Nelson Mandela, "There can be no keener revelation of a society's soul than the way in which it treats its children." ("Tidak ada cara yang lebih jelas untuk mengungkap jiwa sebuah masyarakat selain dari cara mereka memperlakukan anak-anaknya"). Jika kita benar-benar peduli pada masa depan bangsa, kita harus mulai dengan melindungi generasi mudanya, terutama yang paling rentan.

Dan itu semua bisa dimulai salah satunya melalui pemberian perhatian yang layak pada layanan baby care.

Maturnuwun,

Growthmedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun