Â
#4. Apakah AI Bisa Membaca Bahasa Tubuh?
Negosiasi bisnis bukan hanya tentang kata-kata. Bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan intonasi suara memegang peranan penting dalam menentukan arah negosiasi. AI sudah cukup pintar dalam menganalisis data tekstual, tetapi bahasa tubuh adalah permainan yang berbeda.
Sejauh ini, banyak AI masih kesulitan untuk sepenuhnya menangkap isyarat non-verbal manusia. Ya, ada teknologi facial recognition, tetapi apakah cukup untuk meniru intuisi manusia? Misalnya, saat seseorang merespons dengan senyuman tipis---itu bisa berarti banyak hal, mulai dari kesetujuan, skeptisisme, hingga ejekan halus. Apakah AI bisa membedakan semua itu? Â Karena terkadang senyuman tipis lebih membingungkan daripada deretan kode binari.
Â
#5. AI sebagai Alat Bantu, Bukan Pengganti
Pada akhirnya, mungkin yang lebih realistis adalah melihat AI sebagai alat bantu, bukan pengganti dalam negosiasi bisnis. Di satu sisi, AI bisa membantu dengan menganalisis data kompleks secara real time, memberi wawasan berbasis angka yang cepat. Di sisi lain, emosi manusia dan keahlian negosiasi berbasis empati tetap tidak tergantikan.
Sama seperti kalkulator yang membantu kita menghitung tanpa menggantikan kemampuan berpikir matematis manusia, AI bisa menjadi mitra dalam membantu negosiasi, tapi tidak seharusnya menggantikan interaksi manusia sepenuhnya. "Humans should remain at the center." ujar Elon Musk, menekankan bahwa teknologi harus tetap di bawah kendali manusia.
Â
***
Jadi, apakah AI bisa menggantikan sentuhan manusia dalam negosiasi bisnis? Jawabannya adalah belum. Meski AI berkembang pesat dalam hal memahami emosi, fleksibilitas, dan membaca bahasa tubuh, tetap ada elemen-elemen penting dalam negosiasi yang hanya bisa dilakukan oleh manusia.
Sentuhan personal, empati yang tulus, dan kemampuan beradaptasi dengan cepat adalah aspek-aspek yang masih sulit dicapai oleh AI. Meskipun begitu, AI dapat menjadi alat bantu yang hebat dalam negosiasi, khususnya dalam menganalisis data dan memberi saran berbasis fakta.
Namun, ketika berbicara tentang memahami perasaan dan emosi, AI masih memiliki jalan panjang untuk benar-benar menandingi manusia. Siapa yang tahu? Mungkin suatu hari nanti, kita akan bernegosiasi dengan robot yang bisa membaca pikiran dan perasaan kita. Tapi untuk sekarang, mari kita tetap percaya pada kekuatan sentuhan manusia.