Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Tren "Boredom Productivity" Membentuk Ulang Perilaku Milenial?

4 Oktober 2024   05:33 Diperbarui: 4 Oktober 2024   08:27 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merenung, menemukan makna di balik kebosanan | Ilustrasi gambar: freepik.com / karlyukav

Siapa bilang kebosanan adalah musuh produktivitas? Justru sebaliknya, ada tren situasi di kalangan milenial yang menunjukkan bahwa rasa bosan bisa menjadi pemicu kreativitas serta produktivitas yang tak disangka-sangka. Fenomena inilah yang dikenal sebagai "Boredom Productivity."

Di saat banyak orang tergoda oleh berbagai distraksi digital, sebagian kalangan generasi milenial cerdas justru memanfaatkan momen-momen bosan mereka untuk menggali potensi diri. Tapi, apakah ini hanya gaya hidup sementara atau untuk kepentingan jangka panjang?

Kebosanan, menurut penelitian terbaru, tidak lagi (dianggap) sekadar jeda yang membosankan dalam rutinitas, tapi bisa menjadi kesempatan untuk merefleksi diri dan menemukan inspirasi baru.

Seperti kata Albert Elpidorou dalam penelitiannya, "The Bright Side of Boredom", kebosanan bisa membuka jalan bagi kejelasan mental, sehingga kita bisa mengidentifikasi apa yang sebenarnya kita inginkan dan butuhkan. Dan barangkali ini bisa lebih dari sekadar gaya hidup, ini adalah tentang bagaimana kita mendefinisikan ulang produktivitas di era modern.

Berikut ini adalah tiga cara 'Boredom Productivity' dapat membentuk ulang perilaku generasi milenial:

1. Menolak Distraksi Digital untuk Memaksimalkan Kreativitas

Jika kamu pernah menemukan dirimu bosan saat scrolling media sosial, kamu tidaklah sendirian. Berbeda dengan generasi sebelumnya (atau bahkan setelahnya) yang mencari hiburan instan, milenial cenderung semakin sadar bahwa distraksi digital tidak selalu membawa manfaat jangka panjang. Sebaliknya, mereka mulai memanfaatkan waktu ini untuk mengembangkan keterampilan baru atau memulai proyek-proyek kreatif.

Kebosanan, bagi banyak milenial, adalah sinyal untuk berhenti sejenak dari stimulasi berlebihan dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting. Tindakan ini juga didukung oleh hasil penelitian Mann & Cadman (2014), yang menemukan bahwa kebosanan bisa memicu imajinasi yang lebih kreatif. Maka tidak heran kalau banyak dari mereka yang akhirnya menemukan ide-ide baru saat tengah bosan.

 

2. Menciptakan Ruang untuk Refleksi Diri

Di tengah kecepatan dunia digital, sangat jarang ada waktu untuk berhenti dan berpikir mendalam. Namun, kebosanan menyediakan ruang yang sangat diperlukan untuk refleksi diri tersebut. Tanpa terus-menerus terpapar oleh distraksi, milenial menggunakan kebosanannya sebagai kesempatan untuk menilai kembali tujuan, nilai, dan keinginan mereka.

Bagi beberapa orang, kebosanan menjadi jeda untuk memproses berbagai pengalaman hidup. Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Elpidorou yang mengatakan bahwa kebosanan adalah alarm psikologis yang memberi tahu kita ketika sesuatu yang kita lakukan tidak memuaskan atau tidak bermakna. Refleksi yang dilakukan di momen kebosanan ini bisa membantu milenial dalam membuat keputusan lebih bijak dan bertujuan di masa depan.

 

Merenung, menemukan makna di balik kebosanan | Ilustrasi gambar: freepik.com / karlyukav
Merenung, menemukan makna di balik kebosanan | Ilustrasi gambar: freepik.com / karlyukav

3. Mengubah Kebosanan Menjadi Waktu Berkarya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun