"Di dalam era digital, bahkan seekor katak pun bisa viral dan menghasilkan uang. Jadi, apa alasanmu?"
Generasi milenial dikenal sebagai generasi yang paling akrab dengan teknologi. Mereka tumbuh dengan kecepatan internet, gadget yang semakin canggih, dan akses ke berbagai platform digital. Tetapi, di balik segala kenyamanan tersebut, generasi ini juga dihadapkan dengan tantangan besar, yakni tentang bagaimana cara mereka menggunakan digitalisasi untuk membangun bisnis kecil dari nol?
Bukan sekadar soal jualan online atau membuat konten viral. Ada seni tersendiri yang perlu dipelajari oleh para milenial agar bisa benar-benar scale up dari "zero" menjadi "hero" dalam dunia bisnis yang penuh persaingan ini.
Berikut ini akan kita bahas mengenai bagaimana generasi milenial bisa memanfaatkan digitalisasi untuk membangun bisnisnya dengan cara cerdas dan juga strategis.
1. Mindset Digital: Melihat Teknologi Sebagai Peluang, Bukan Penghalang
Seberapa sering kamu merasa "gagap teknologi" ketika mendengar istilah-istilah seperti big data, AI, atau blockchain? Bagi sebagian orang, teknologi terasa seperti monster yang sulit dijinakkan. Tapi bagi generasi milenial yang visioner, teknologi adalah jembatan menuju kesuksesan.
Studi dari Giones & Brem (2017) menunjukkan bahwa teknologi digital telah menciptakan ruang bisnis yang inklusif bagi para pengusaha muda. Dengan modal minim, mereka bisa memulai bisnis kecil dan berkembang melalui platform digital. Kamu tidak perlu punya toko fisik, bahkan tidak perlu menyewa kantor. Yang kamu butuhkan hanyalah laptop, ide brilian, dan koneksi internet yang stabil.
Tapi, mari kita jujur. Kebanyakan orang tidak tahu harus mulai dari mana. Mindset proactive adalah kunci. Lihat teknologi sebagai peluang, bukan penghalang. Seperti yang dikatakan oleh Elon Musk, "I could either watch it happen or be a part of it." (Saya bisa saja menonton itu terjadi, atau menjadi bagian dari itu.) Jangan hanya jadi penonton dalam revolusi digital ini---jadilah pelakunya!
Â
2. Personal Branding: Menjual Diri Sebelum Menjual Produk
Sebelum kamu bisa menjual produkmu secara efektif, kamu perlu menjual dirimu terlebih dahulu. Di era digital, personal branding menjadi krusial. Apakah kamu menyadari bahwa brand yang kuat dapat menciptakan kepercayaan lebih cepat daripada iklan berbayar?
Generasi milenial telah memahami bahwa mereka tidak hanya perlu memasarkan produk atau jasa, tetapi juga harus membangun reputasi sebagai individu yang kredibel dan kompeten di bidang yang mereka pilih. Gary Vaynerchuk, seorang pengusaha terkenal, mengatakan, "Your personal brand is your reputation. And your reputation in perpetuity is the foundation of your career." (Brand pribadi Anda adalah reputasi Anda. Dan reputasi Anda adalah fondasi karier Anda untuk selamanya.)
Lalu bagaimana cara membangun personal branding? Mulailah dengan konsistensi. Pilih platform yang paling relevan dengan bisnismu---apakah itu Instagram, TikTok, atau LinkedIn. Selalu hadirkan konten yang relevan, otentik, dan menyuarakan visi bisnismu. Jangan lupa untuk selalu engage dengan audiensmu. Personal branding yang kuat akan membuat bisnismu lebih dipercaya, lebih mudah berkembang, dan tentu saja, lebih cuan.
Â
3. Strategi Content Marketing: Menyusun Konten yang Mengedukasi dan Menghibur
Konten adalah raja, tapi konten yang membosankan hanyalah sebatas omong kosong. Di tengah derasnya aliran konten di media sosial, bagaimana cara kamu membuat bisnismu menonjol?
Salah satu strategi terbaik adalah membuat konten yang tidak hanya menarik, tetapi juga mengedukasi audiensmu. Konten yang menghibur dan edukatif pada saat yang bersamaan adalah kunci kesuksesan dalam content marketing. Neil Patel, seorang ahli digital marketing terkenal, mengatakan, "Create content that teaches. You can't give up. You need to be consistently awesome." (Buat konten yang mendidik. Kamu tidak boleh menyerah. Kamu harus konsisten luar biasa.)
Namun, ingat, kamu juga harus menyesuaikan jenis kontenmu dengan platform yang kamu gunakan. Misalnya, di TikTok, konten video yang cepat dan penuh humor cenderung lebih disukai. Sementara di LinkedIn, konten yang lebih serius dan berorientasi edukasi akan lebih efektif.
Bayangkan kamu menjual sepatu handmade. Kamu bisa membuat video behind the scenes tentang proses pembuatan sepatu tersebut, atau bahkan tutorial tentang bagaimana memilih sepatu yang nyaman. Dengan begitu, audiens tidak hanya melihat produkmu, tetapi juga mendapatkan nilai dari konten yang kamu sajikan.
Â
***
Mengubah perjalanan dari "zero" ke "hero" tidak pernah mudah, tetapi dengan mindset yang benar, branding yang kuat, dan strategi konten yang cerdas, generasi milenial bisa memanfaatkan digitalisasi untuk membangun bisnis kecil yang sukses. Jangan pernah takut untuk gagal, karena setiap kesalahan adalah pelajaran berharga dalam perjalanan bisnismu.
Seperti yang dikatakan oleh Jeff Bezos, "If you double the number of experiments you do per year, you're going to double your inventiveness." (Jika kamu menggandakan jumlah eksperimen yang kamu lakukan setiap tahun, kamu akan menggandakan daya ciptamu.) Eksperimen, inovasi, dan ketekunan adalah kunci kesuksesan dalam dunia digital.
Jadi, tunggu apa lagi? Dunia digital sudah menunggumu. Let's to be a Hero!
Maturnuwun,
Growthmedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H