Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Krisis Lingkungan dan "Green Investing", Tren Investasi Hijau atau Sekadar "Greenwashing"?

24 September 2024   05:13 Diperbarui: 24 September 2024   07:48 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Greenwashing menciptakan ilusi bahwa perusahaan peduli lingkungan, padahal kenyataannya tidak demikian | Ilustrasi gambar: freepik.com / freepik

Bagaimana nasib bumi saat ini? Terkepung polusi? Dipenuhi limbah? Benar sekali! Krisis lingkungan makin menjadi perhatian global. Setiap kali buka berita, kamu pasti melihat laporan tentang perubahan iklim, hutan yang terbakar, hingga pencemaran laut yang makin parah. Tapi di balik krisis ini, tren investasi hijau atau green investing muncul sebagai harapan. Atau, mungkinkah itu hanya kedok? Sekadar greenwashing alias pencitraan hijau?

Kita akan bahas beberapa hal penting yang bisa jadi pertimbangan sebelum kamu terjun ke dunia green investing ini. Yuk, simak tiga poin penting berikut, agar kamu bisa membedakan mana yang benar-benar hijau dan mana yang sekadar 'pura-pura'.

#1. Apa itu Green Investing dan Mengapa Terlihat Menjanjikan?

Seiring meningkatnya kesadaran akan isu lingkungan, konsep green investing lahir sebagai bentuk investasi yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga bertujuan menjaga keberlanjutan lingkungan. Dari energi terbarukan hingga teknologi ramah lingkungan, investasi hijau menawarkan prospek jangka panjang yang menguntungkan. Tapi tunggu dulu, apakah semuanya seindah yang terlihat?

Menurut teori sustainable finance (Friede et al., 2015), keputusan investasi yang memperhatikan faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola (environmental, social, and governance atau ESG) dapat memberikan hasil yang lebih stabil dalam jangka panjang. Namun, pertanyaannya, apakah semua investasi hijau benar-benar berkomitmen untuk itu?

"Environmental sustainability doesn't mean business as usual with a green coat of paint." -- William McDonough
(Keberlanjutan lingkungan bukan berarti bisnis biasa yang hanya diberi cat hijau.)

Tepat sekali, tidak semua yang dilabeli 'hijau' berarti sungguh-sungguh ingin melindungi lingkungan. Banyak perusahaan dan investor yang justru menggunakan tren ini untuk kepentingan pencitraan tanpa aksi nyata.

 

Banyak perusahaan memanfaatkan tren hijau untuk menarik investor, tapi apa ini sekadar ilusi hijau? | Ilustrasi gambar: blueandgreentomorrow.com
Banyak perusahaan memanfaatkan tren hijau untuk menarik investor, tapi apa ini sekadar ilusi hijau? | Ilustrasi gambar: blueandgreentomorrow.com

#2. Greenwashing: Mengungkap Ilusi Hijau di Dunia Investasi

Tidak semua yang berkilau itu emas, dan tidak semua yang disebut 'hijau' itu bersahabat dengan lingkungan. Di sinilah kita harus waspada terhadap fenomena greenwashing. Perusahaan atau produk yang terkesan ramah lingkungan di permukaan, tapi di belakang layar ternyata hanya melakukan sedikit atau bahkan tidak ada aksi nyata untuk lingkungan.

Laporan dari Global Canopy Programme menunjukkan bahwa beberapa perusahaan besar yang mempromosikan investasi hijau sebenarnya masih terlibat dalam kegiatan yang merusak lingkungan. Fenomena ini berbahaya karena menciptakan ilusi hijau yang menyesatkan investor. Mereka berinvestasi dengan harapan mendukung keberlanjutan, tetapi malah terjebak dalam strategi pencitraan.

Bagaimana cara membedakan antara investasi hijau asli dan greenwashing? Kuncinya ada pada transparansi dan sertifikasi. Jika perusahaan benar-benar berkomitmen, mereka akan memiliki sertifikasi ESG yang jelas, dan laporan keberlanjutan yang terbuka untuk publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun