Bayangkan jika krisis ekonomi adalah boss besar yang selalu datang tanpa diundang, solopreneur mungkin berkata, "Aku bisa hadapi ini, cuma tinggal ngopi 10 cangkir lagi," sedangkan entrepreneur akan bersikap, "Nggak apa-apa, bos, aku punya tim yang bisa jagain aku!"
Â
Siapakah yang Lebih Unggul?
Keduanya memiliki keunggulan dan tantangan masing-masing dalam menghadapi krisis ekonomi global. Solopreneur dengan fleksibilitas dan adaptabilitasnya bisa bertahan lebih cepat menghadapi perubahan. Namun, entrepreneur dengan jaringan dukungan dan sumber daya yang lebih besar memiliki daya tahan yang lebih kuat.
Pada akhirnya, siapa yang lebih siap menghadapi krisis ekonomi global bergantung pada bagaimana mereka memanfaatkan kekuatan unik mereka. Solopreneur harus pintar dalam membagi tenaga dan waktu agar tidak burnout, sementara entrepreneur harus mampu mengarahkan tim dengan bijaksana agar tetap bisa beradaptasi.
Ingat kata Steve Jobs, "Innovation distinguishes between a leader and a follower." Siapakah yang lebih inovatif di tengah krisis? Mungkin jawabannya bukan sekadar tentang menjadi solopreneur atau entrepreneur, tapi seberapa cepat Anda beradaptasi dan seberapa kuat daya tahan Anda.
Ini tentang siapa yang sanggup melewati seleksi alam, guys.
Maturnuwun,
Growthmedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H