Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa quiet luxury adalah strategi finansial yang cerdas. Daripada membeli barang murah yang cepat rusak, mereka memilih untuk menginvestasikan uang mereka pada barang-barang berkualitas tinggi yang tahan lama. Lebih sedikit belanja, lebih banyak efisiensi---begitu katanya. Namun, apakah ini benar-benar cara untuk menabung atau hanya tipu muslihat pemasaran?
Menurut kajian perilaku konsumsi, generasi muda cenderung lebih menghargai pengalaman dibandingkan barang-barang materi. Mereka cenderung memandang belanja barang mewah sebagai investasi jangka panjang daripada pengeluaran konsumtif. Tetapi, seperti yang sering kali terjadi dalam dunia pemasaran, industri mode dengan cepat menangkap tren ini dan memanfaatkan narasi kesederhanaan sebagai alasan untuk tetap menjual produk mereka dengan harga premium.
Sebagai contoh, lihatlah merek-merek seperti Loro Piana atau The Row. Pakaian mereka terlihat sangat sederhana dan minimalis, tapi coba cek harga mereka---mereka tidak main-main. Barang yang terlihat sederhana ini justru menjadi lebih mahal karena diproduksi dalam jumlah terbatas dan menggunakan bahan berkualitas premium.
Apakah ini strategi finansial yang cerdas? Â Tergantung perspektifmu. Jika barang itu benar-benar bertahan lama dan tidak tergoda oleh tren cepat, mungkin iya. Namun, kalau kamu akhirnya tetap tergoda untuk terus berbelanja "sesuatu yang baru," ya, mungkin dompetmu tetap akan merana.
#3. Kepuasan Psikologis: Antara Gaya dan Status Sosial
"People who think money can't buy happiness just don't know where to shop." --- Bo Derek
(Terjemahan: Orang yang berpikir uang tidak bisa membeli kebahagiaan hanya belum tahu di mana harus belanja.)
Di balik gaya hidup quiet luxury, ada unsur psikologis yang mendalam. Orang-orang yang mengadopsi tren ini mungkin tidak ingin pamer secara terbuka, tapi tetap ingin mendapatkan validasi dari lingkungan mereka.Â
Fenomena ini disebut dengan istilah signaling dalam kajian perilaku manusia. Meski secara fisik mereka terlihat sederhana, ada pesan tidak langsung yang mereka kirimkan: "Aku mampu membeli barang mahal, tapi aku tidak perlu memamerkannya."
Tren ini menunjukkan bahwa sebagian orang merasa lebih nyaman ketika tidak menarik perhatian terlalu banyak, namun tetap ingin diakui oleh mereka yang "tahu." Seakan-akan, semakin sedikit kamu berusaha terlihat mewah, semakin mewah dirimu di mata orang lain. Inilah daya tarik tersembunyi dari Quiet Luxury.
Tapi tunggu, jangan salah kaprah. Tren ini juga bisa membawa tekanan sosial tersendiri. Apa artinya? Meski tidak ada logo besar di bajumu, kamu tetap merasakan tekanan untuk "tampil" elegan dengan cara yang lebih tersembunyi. Dan ini, secara tidak langsung, justru menambah beban finansialmu. Ironis, bukan?Â
***
Quiet Luxury adalah fenomena yang menarik karena menggabungkan dua konsep yang bertolak belakang: kesederhanaan dan kemewahan. Apakah tren ini benar-benar menghemat uang atau sekadar strategi pemasaran yang cerdas, semuanya kembali pada bagaimana kamu memandangnya.Â