Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Esais; Industrial Profiling Writer; Planmaker; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Grow Smarter Everyday

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

(Tidak) Ada Urgensi Berucap Selamat pada Presiden - Wakil Presiden Terpilih

21 Maret 2024   11:25 Diperbarui: 21 Maret 2024   11:30 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Prabowo -- Gibran ditetapkan sebagai pemenang pilpres 2024 oleh KPU | lustrasi gambar : cnbcindonesia.com

"Saya tidak akan mengakui Prabowo -- Gibran sebagai pemenang pemilu presiden 2024. Tidak akan mengucap selamat atas putusan kemenangan mereka sebagaimana diumumkan oleh KPU." 

Apabila saya mengutarakan pernyataan seperti itu, apakah akan berdampak pada hasil pilpres 2024 ? Samasekali tidak. Bahkan demonstrasi besar menolak hasil pilpres pun barangkali tidak pernah tercerna oleh otak para pemangku kebijakan.

Setali tiga uang, memberikan ucapan selamat atau tidak untuk status pemenang pilpres pun tidak memiliki urgensi apapun. Apalagi bagi kita rakyat jelata yang sebatas dibutuhkan suaranya selama masa kontestasi. Setelah masa itu berlalu, apakah suara kita masih penting ?

Saya bukan pemilih Prabowo -- Gibran. Saya tegas menyatakan itu. Sebagaimana pernyataan saya dalam tulisan terdahulu, tidak ada samasekali dorongan hati untuk memihak kepada beliau berdua. Terlebih setelah melihat riuhnya kekacauan etika bernegara kita selama beberapa waktu terakhir.

Bahkan, selepas quick count hasil pilpres dirilis, setelah itu pula hasrat saya untuk percaya pada negeri ini memudar. Khususnya pada pemerintahan yang sedang berjalan dan giringan pemerintah baru yang hendak terbentuk.

Dengan semua hal itu maka saya merasa tidak mungkin untuk berucap selamat atas sesuatu yang mereka sebut sebagai kemenangan pilpres. Atau menyampaikan selamat atas ditetapkannya presiden terpilih. Tidak ada gunanya bagi saya. Juga tidak berdampak apapun pada mereka.

Meskipun berada di pihak yang tidak dimenangkan dalam kontestasi, saya tetaplah bagian dari warga negara Indonesia. Siapapun presiden yang dilantik nantinya ia tetap berkewajiban menunaikan hak-hak segenap rakyat Indonesia. Bukan semata terhadap yang memilih dan mendukungnya selama kontestasi pilpres 2024 berlangsung.

Mau enaknya saja dong kalau begitu ? Tidak memilih tapi kok menuntut hak ? Iya, memang harus begitu. Atau kita mau buat kesepakatan pemerintahan Indonesia dibagi-bagi secara proprosional berdasarkan hasil suara pemilu? Sekian persen ikut pasangan 01, sekian persen 02, dan sekian persen 03. Tidak mungkin, bukan?

Jadi, kalaupun ada dari Anda yang sinis dengan segala kritik dan pernyataan yang menyudutkan Prabowo -- Gibran, tidak perlu juga merasa resah atau hati panas. Toh, pada akhirnya dia yang "terpilih" tetap mengemban tugas dan tanggung jawab mengelola negeri ini. Secara keseluruhan.

Merasa Perlu Membela ?

Saya masih sering melihat pernyataan berseliwean di media sosial atau di kolom komentar beberapa artikel dan video media masa yang isinya menghujat serta membela figur publik yang beberapa waktu lalu bersaing dalam kontestasi pilpres.

Sampai kini pun masih banyak yang melontarkan serangan dan juga tangkisan kepada mereka meskipun kita yang berada dibawah ini tahu bahwa sepedas apapun pernyataan kita hal itu samasekali tidak dianggap. Terkecuali kita merupakan bagian dari tokoh publik yang kata-katanya (lebih mungkin) didengar atau dikutip media.

Anehnya, masih saja banyak yang membandel seolah diri mereka adalah para militan yang suaranya terdengarkan hingga pucuk pimpinan.

Sadar woi, para elit tidak benar-benar menjadikan kita bagian dari keluarga mereka. Kalaupun hal itu terucap dari lisan atau ketikan jari-jemari mereka sangat mungkin hal itu hanyalah gimik dan tindakan pantes-pantesan.

Semisal ada diantara Anda yang mencaci saya karena pernyataan keras saya terhadap Prabowo -- Gibran, apa untungnya itu bagi diri Anda? Apakah Anda akan mendapat promosi jabatan di tempat kerja? Saya kok ragu. Terkecuali, Anda memang orang dalam.

Saya kira, biarlah semua kritik, kekecewaan, pernyataan keras, terlontar kepada siapapun pemangku kebijakan. Kepada pemerintah. Kepada mereka yang diumumkan sebagai pemenang pilpres. Jangan kita sebagai rakyat bertindak sebagai barrier atas ketidakpuasan dari rakyat juga.

Seakan-akan kita ini sebagai rakyat cuma ribut sendiri satu dengan yang lain padahal para elitnya dengan syahdu ngopi dan buka puasa bersama. Tengok, Surya Paloh dengan Nasdem-nya terlihat melunak, bukan?

Apakah mereka bersikap kesatria ? Mungkin, bagi sebagian orang. Tapi, saya melihat bahwa pada umumnya partai politik akan berperilaku pragmatis. Tidak ada teman atau lawan abadi. Yang ada hanyalah kepentingan abadi.

Pertanyaannya, apakah itu demi kepentingan rakyat? Jika iya, maka rakyat yang mana ?

 

Maturnuwun.

Agil Septiyan Habib Esais, dapat dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun