Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ketika Tidak Ada Ajakan untuk Bukber Ramadan

19 Maret 2024   14:50 Diperbarui: 19 Maret 2024   14:56 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hei guys, weekend ini kita bukber yuk. Kesempatan setahun sekali nih. Sayang banget kalau dilewatin."

Isi pesan ajakan untuk buka puasa bersama (bukber) menjadi sebuah ritual rutin setiap kali bulan Ramadan datang. Bukber Ramadan menjadi momen yang sepertinya tidak ingin disia-siakan oleh sebagian kalangan untuk kongko bareng dalam sebuah balutan seremoni bukber.

Seru sih. Apalagi jika itu dilakukan sekaligus sebagai ajang reuni teman-teman lama seperti teman kuliah, teman sekolah SMA, teman SMP, SD, bahkan mungkin teman semasa TK.

Biarpun setiap bukber Ramadan umumnya harus mengeluarkan sejumlah finansial tertentu, tidak sedikit yang tetap antusias. Bukber Ramadan dengan teman kerja, bukber teman tongkrongan, bukber teman di kampung, bukber reuni sekolah, dan seterusnya.   

Meski ada juga yang menggerutu karena undangan bukber Ramadan datang bertubi-tubi. Isi dompet jadi terkuras lebih cepat dari biasanya karena harus membayar iuran untuk berbuka.

Namun, situasi tersebut berlaku bagi orang-orang yang mendapatkan ajakan untuk bukber Ramadan. Bagaimana dengan kelompok yang sebaliknya? Atau orang-orang yang tidak mendapat ajakan untuk bukber Ramadan samasekali? Adakah diantara kalian yang mengalaminya?

Ramadan Tanpa Bukber

Ramadan tanpa bukber terasa hambar ? Belum tentu. Lagian selama ini ritual bukber Ramadan kebanyakan justru berisi acara sorak sorai suka cita atau saling ledek dan gurau para peserta. Sebagiannya lagi bahkan dengan sengaja mengabaikan Sholat Tarawih. Atau bahkan Sholat Maghrib.

Singkat kata, masih ada yang menjadikan bukber Ramadan sebagai bagian terpisahkan dari meresapi keutamaan bulan Ramadan, atau hanya sekadar menganggapnya sebagai acara untuk makan-makan. Sebatas itu saja. Jadi, apa bedanya dengan makan bareng di hari biasa?

Aku pribadi tidak memandang buruk acara bukber, selama dalam praktiknya tidak sampai menganaktirikan aktivitas lain yang lebih penting. Bagaimanapun, menjaga silaturahmi itu baik. Bersosialisasi juga hal yang lumrah demi menjaga keakraban sosial.

Cuma memang harus diperhatikan kadarnya.

Yang uangnya pas-pasan jangan  belagu bukber sana sini. Sedangkan yang finansialnya mapan alangkah baiknya memahami keadaan. Jangan main tembak ajak bukber serampangan tanpa melihat kondisi sekitar. Paham momen. Kenali situasi.

Karena, Ramadan tanpa bukber tetap akan menjadi Ramadan. Poinnya bukan pada ada tidaknya ritual bukber, melainkan sejauh mana kita memperlakukan Ramadan secara layak dan terhormat.

Apakah mengadakan bukber termasuk diantaranya?

Anti Galau Tak Diajak Bukber

Mungkin ada yang beranggapan ketika seseorang tidak diajak bukber itu artinya ia tidak diakui keberadaannya secara sosial. Rasanya penilaian semacam itu terlalu dangkal. Bagaimana mungkin ada tidaknya kita hanya diukur dari sesuatu semacam itu. Kalaupun ada yang merasa demikian, itu hanyalah asumsi pribadi saja.

Justru ketika tidak mendapat undangan bukber, khususnya yang berbayar, kita mestinya bersyukur karena pengeluaran tidak bertambah. Juga tidak sampai harus meninggalkan kebiasaan ibadah pasca berbuka. Semisal sholat maghrib berjamaan, sholat tarawih berjamaah, tadarusan di musholla, dan lain sebagainya.

"Tapi kan jadi gak bisa ketemu teman-teman ?"  Ya elah, memangnya secetek itu penilanmu atas pertemuan dengan seorang teman?

Aku pribadi sih memandang bukber Ramadan dengan biasa-biasa saja. Ada ajakan ya ikut semisal waktunya memungkinkan. Kalau banyak ajakan pasti juga mikir-mikir dulu untuk semua diiyakan. Mesti selektif menentukan pilihan.

Kunci utamanya menurutku itu jangan memaksakan diri dan keadaan. Syukur kalau bisa ikutan. Tapi, jangan terlalu risau manakala belum berkesempatan. InsyaAllah di lain waktu kita bisa bertemu.

So, jangan galau ya kalau tidak ada yang mengajak bukber. Ramadan masih bersamamu.

 

Maturnuwun.

Agil Septiyan Habib Esais, dapat dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun