Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Zakat Langsung atau Lewat Perantara Amil Zakat, Mana yang Lebih Berdampak Sosial?

15 Maret 2024   13:36 Diperbarui: 16 Maret 2024   00:30 2587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Zakat langsung lebih berdampak terhadap interaksi sosial? | lustrasi gambar: Freepik

Mungkin sudah 10 tahun lebih kebiasaan saya dan keluarga membayar zakat fitrah ke panitia amil zakat di masjid dekat tempat tinggal kami. Hal ini berbeda dibandingkan ketika saya masih kecil dulu, sewaktu seumuran sekolah dasar, ketika ibu saya mengajak untuk membayarkan zakat fitrah kepada sanak kerabat atau tetangga dekat yang mengalami kondisi ekonomi penuh keterbatasan.

Biarpun secara syarat sah zakat fitrah hal itu sama-sama memenuhi syarat (karena mustahiq zakat termasuk diantaranya adalah fakir, miskin, amil, dan lain-lain), akan tetapi secara pribadi saya memandang bahwa menyalurkan zakat fitrah kepada orang-orang yang memang membutuhkannya secara langsung menghadirkan dampak sosial yang lebih besar.

Misalnya begini, saya memiliki tetangga miskin yang untuk kebutuhan makan sehari-harinya saja sulit. Ketika saya menyalurkan zakat fitrah kepadanya secara langsung, efeknya akan berbeda dibandingkan ketika saya menyalurkannya lewat lembaga atau panitia amil zakat di kampung saya.

Si tetangga tadi memang sama-sama menerima zakat, namun kemungkinan ia akan beranggapan bahwa zakat itu dari panitia atau orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan amil zakat tersebut. Efek solidaritas mekanik dan kohesil sosial tidak akan terjalin dengan sempurna antara saya dengan si tetangga tadi.

Barangkali efek tersebut terjadi antara si tetangga dengan panitia amil zakat. Tapi, bagaimana jika panitianya ternyata orang yang tiggal berjauhan dari yang bersangkutan? Dampak positif secara sosial tidak akan membuahkan hasil yang optimal.

Lain halnya ketika misalnya saya yang beriteraksi langsung dan menyampaikan zakat fitrah itu kepada si tetangga. Akan muncul integrasi sosial dan perasaan respek satu dengan yang lain. Hubungan kami akan semakin erat berkat praktik kedermawanan yang saya lakukan.

Tapi, ini bukan tentang pamrih ya. Melainkan tentang sebuah upaya untuk mengeruk efek sosial paling optimal dari sebuah praktik kedermawanan zakat fitrah. 

Coba bayangkan seandainya semua anggota masyarakat, baik itu kelompok mampu dan tidak mampu secara ekonomi, bisa membaur tanpa sinisme satu dengan yang lain.

Si mampu akan lebih menghargai keadaan si tidak mampu. Sebaliknya, si tidak mampu akan merasa lebih diperhatikan oleh kerabatnya yang mampu. Hubungan interaksi antar individu akan lebih terasa tatkala penyaluran zakat fitrah dilaksanakan secara langsung oleh si pembayar zakat kepada para mustahiq.

Aktivitas Kedermawanan

By the way, sebelum mengulas lebih jauh, solidaritas mekanik itu adalah sebuah konsep yang diusung oleh sosiolog Emile Durkheim yang merujuk pada bentuk solidaritas sosial berdasarkan pada kesamaan nilai, keyakinan, dan norma di dalam masyarakat.

Sementara itu, untuk kohesi sosial sendiri berkaitan dengan kepaduan yang mempertahankan kelangsungan masyarakat atau kelompok sosial.

Dengan kata lain, solidaritas mekanik dan kohesi sosial ini mengarah pada hubungan interaksi sosial yang harmonis dan bersahabat.

Dalam sebuah artikel penelitian berjudul Ramadan: The month of fasting for muslim and social cohesion-mapping the unexplored effect ditemukan bahwa aktivitas kedermawanan berupa zakat dan infaq mampu memperkuat kohesi sosial serta solidaritas mekanik di kalangan umat muslim.

Efek ini saya kira akan lebih dirasakan oleh masing-masing individu pembayar zakat manakala mereka melakukan interaksi langsung dengan para mustahiq zakatnya.

Lantas, apakah ini berarti badan amil zakat tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap interaksi sosial? Khususnya terkait dengan solidaritas mekanik dan kohesi sosial?

Belum tentu.

Peran amil zakat diperlukan untuk memastikan pembagian zakat terjadi secara merata. Coba bayangkan ketika ada tetangga yang sangat miskin lantas semua tetangga yang lain berduyun-duyun membayarkan zakat kepadanya. Akhirnya, beberapa tetangga lain yang juga kurang mampu secara ekonomi (tapi masih lebik baik kondisinya), menjadi terabaikan.

Hal ini tentu tidak tepat juga. Sehingga dengan keberadaan amil zakat maka upaya pembagian zakat fitrah bisa berlangsung secara lebih proporsional. Proporsionalitas inilah yang memungkinkan terjadi legowo antar anggota masyarakat. Hal ini diperlukan juga untuk mewujudkan interaksi sosial yang harmonis dan bersahabat.

Jadi, mana yang lebih berdampak sosial? Membayar zakat secara langsung atau lewat perantara amil zakat? Saya kira ini kembali pada perspektif dan keyakinan kita masing-masing.

 Maturnuwun.

Agil Septiyan Habib Esais, dapat dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun