Puasa Ramadan tidak hanya sekadar menahan lapar dan haus seharian. Momen puasa Ramadan juga merupakan waktu yang penuh dengan pelajaran tentang disiplin, pengendalian diri, dan solidaritas.
Tetapi, apakah kita pernah berpikir bagaimana puasa ini dapat mempengaruhi kerja sama di tempat kerja?Â
Penelitian terbaru telah menyoroti bahwa praktik puasa Ramadan bisa memiliki dampak yang signifikan pada perilaku kerja sama di lingkungan kerja.
Salah satu aspek menarik dari puasa Ramadan adalah pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan individu.
Sebuah studi menemukan bahwa orang yang sedang berpuasa cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Hal ini terungkap dari kajian berjudul "From self-deprivation to cooperation: How Ramadan fasting influences risk-aversion and decisions in resouces dilemmas." Di mana mereka menjadi lebih konservatif dan cenderung menghindari risiko yang tidak perlu.
Lantas, bagaimana hal ini bisa berpengaruh di tempat kerja?
Bayangkan seorang karyawan yang lebih cermat dalam merencanakan proyek atau mengelola keuangan perusahaan. Kesadaran mereka akan pentingnya membuat keputusan bijaksana yang dibuat penuh kehati-hatinya akan menggiring pada lahirnya keputusan yang lebih berkualitas.
Bagaimanapun, kehidupan di tempat kerja tidak bisa dilepaskan dari aktivitas mengambil keputusan (decision making). Yang oleh karenanya menjadi sangat penting untuk membuat langkah-langkah yang mendasari hal tersebut dipersiapkan dengan bijak. Terlebih bagi para pemegang tampuk kekuasaan organisasi.
Namun, bukan hanya dalam pengambilan keputusan, puasa Ramadan juga memicu peningkatan kerja sama di tempat kerja. Saat individu menjalani puasa, mereka belajar untuk lebih memahami dan mendukung rekan kerja mereka.
Dalam suasana yang diwarnai oleh pengendalian diri, mereka menjadi lebih peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain. Ini membawa kepada lingkungan dimana kolaborasi dan sikap saling mendukung menjadi lebih mudah diwujudkan.
Ketika karyawan merasakan kesulitan bersama-sama, baik itu dalam menahan lapar atau dalam menjalankan tugas-tugas pekerjaan sehari-hari, mereka cenderung lebih terbuka untuk bekerja sama dan saling membantu.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah solidaritas yang diperkuat di antara mereka yang menjalani puasa Ramadan. Ketika individu merasakan kesulitan yang sama, baik itu dalam menahan lapar atau dalam menjalankan tugas-tugas pekerjaan, mereka cenderung merasa lebih terikat satu sama lain.
Ini dapat membentuk kohesi tim yang lebih kuat dan memperkuat hubungan di antara anggota tim. Dengan demikian, puasa Ramadan tidak hanya menjadi waktu untuk refleksi spiritual, tetapi juga untuk memperkuat hubungan sosial di tempat kerja.
Pemimpin dan manajer di tempat kerja juga memiliki kesempatan untuk mengintegrasikan nilai-nilai puasa Ramadan ke dalam budaya perusahaan. Mendorong toleransi, saling pengertian, dan kerjasama dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis dan produktif.
Dengan demikian, praktik puasa Ramadan tidak hanya memberikan manfaat individu, tetapi juga dapat membentuk budaya kerja yang lebih inklusif dan berempati.
Secara keseluruhan, puasa Ramadan dapat memberikan kontribusi positif pada kerja sama di tempat kerja. Dengan memahami dan mengakui dampaknya, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih berkolaborasi, mendukung, dan berempati.
Melalui momen bulan suci ini kita semua berharap bahwa Ramadan tidak hanya mendatangkan kebaikan bagi individu seseorang, melainkan juga bagi kehidupan organisasi dunia kerja juga secara keseluruhan.
Maturnuwun.
Agil Septiyan Habib Esais, dapat dikunjungi di agilseptiyanhabib.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H