Apabila perencanaan dibuat serampangan maka beberapa risiko seperti defect produk, overproduction, waiting, inventory, loss transportation, motion, dan overprocessing akan terjadi. Beberapa jenis pemborosan tersebut biasanya dikenal dengan istilah 7 (seven) waste didalam konsep lean manufacturing .
Suatu ketika, saya sudah membuat rencana produksi untuk running dua hari kedepan. Sedangkan untuk hari ketiga seharusnya akan saya review keesokan harinya. Akan tetapi, ternyata esoknya saya jatuh sakit sehingga tidak bisa melakukan review.
Alhasil, terdapat lini produksi yang menganggur dan harus menunggu selama beberapa waktu karena peran tersebut harus saya wakilkan pengelolaannya.
Padahal, mesin dalam kondisi stand by dan mengonsumsi listrik. Karena jikalau dimatikan risikonya lebih besar terkait waktu set up dan proses setting ulang. Sehingga, dengan keterlambatan perencaan produksi akan menimbulkan listrik terbuang percuma selama beberapa waktu.
Bayangkan jika hal ini terjadi berulang, maka pemborosan akan semakin besar.
Disamping itu, penyusunan jadwal produksi dengan frekuensi change over produk cukup tinggi juga akan meningkatkan potensi waste. Baik itu dari sisi waktu terbuang ataupun bertambahnya produk defect.
Meningkatnya pemborosan sama artinya dengan makin banyaknya sumber daya yang tersia-sia. Dalam hal inilah green planning menjadi sesuatu yang penting untuk mengefisiensikan sumber daya perusahaan.
Mekanisme Kontrol
Saya membuat alat bantu khusus dalam menjalankan mekanisme kontrol seluruh aspek perencanaan produksi dan pengendalian persediaan. Sebuah perencanaan produksi yang dibuat secara berkelanjutan untuk satu periode tertentu serta mekanisme evaluasi per jam, harian, dan seterusnya.
Pergerakan stok barang dipantau secara rutin untuk melihat tren pemakaian. Setiap penyimpangan akan segera ditndaklanjuti sehingga pada penghujung waktu tetap terkendali.