Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Goodbye Pemilu Cerdas?

12 September 2023   15:59 Diperbarui: 13 September 2023   14:04 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (KOMPAS.com/Miftahul Huda)

"Assalamualaikum ibuk2 yg punya KTP Tangerang ntr sore ada pembagian sembako dri calon DPR RI.. tolong photo copy KTPnya dibawa ya.. atas perhatiannya sy ucapkan banyak terima kasih. Wassalam.."

Tulisan di atas merupakan salinan dari pengumuman grup WA perumahan oleh salah satu pengurus RT di lingkungan tempat tinggal saya beberapa hari lalu.

Meskipun kegiatan bagi-bagi sembako tersebut tampak sebagai tindakan menebar kebaikan kepada masyarakat luas, tapi sejatinya hal itu tak lebih dari politik uang yang dikonversikan dalam wujud sembako.

Apalagi pelakunya adalah calon anggota DPR RI, dan adanya syarat kepemilikan KTP Tangerang untuk bisa menerima bantuan tersebut.

Memang, sebagai sebuah kompleks perumahan baru dengan rata-rata penghuninya adalah pendatang dari luar daerah tentu hal ini menjadi ladang suara baru untuk dikeruk oleh para calon anggota legislatif (caleg) dalam rangka meraih tampuk kekuasaan.

Namun, sangat disayangkan bahwa misi mulia memperjuangkan aspirasi rakyat melalui kontestasi pemilu masih saja dilakukan dengan cara-cara tidak etis, yakni dengan mengedepankan sogokan (uang/barang) ketimbang menebar pemikiran dan gagasan.

Kampanye Mendidik

Dalam setiap episode pemilihan umum (pemilu), khususnya pemilu legislatif (pileg), sangat sulit atau hampir tidak pernah dijumpai para bakal caleg menyosialisasikan gagasan serta pemikirannya kepada masyarakat pemilih manakala kelak berhasil menduduki kursi anggota dewan.

Baliho-baliho yang bertebaran di pinggir jalan raya dengan ukuran puluhan meter persegi sangat tidak cukup untuk memberi penjelasan tentang rencana tindakan selama kurun waktu lima tahun kedepan.

Di era penuh tantangan seperti sekarang, cara-cara kampanye pileg yang selama ini dilakukan cenderung sudah tidak relevan lagi untuk menjawab perubahan zaman. Gaya blusukan, pamer kedekatan, dan bagi-bagi "kebaikan" sudah usang untuk terus dipertahankan.

Publik perlu dicerdaskan dan diajak untuk mengaktifkan pikirannya. Dilibatkan untuk melihat realitas bangsa bahwa masa depan tidak lagi cukup ditata dengan sogokan sembako murah dan jenis politik uang lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun