Sewaktu di madrasah dulu, sekitar penghujung tahun 90-an, ada satu mata pelajaran yang waktu itu kami anggap sebagai salah satu pelajaran tersulit di sekolah. Khususnya saat memasuki periode ujian sekolah pada pertengahan atau akhir tahun ajaran. Bahasa Arab.
Bukan semata sulit dalam menemukan jawaban dari soal ujian, bahkan untuk memahami soal-soalnya saja sudah membuat pusing kepala. Paling tidak, itulah yang sebagian dari kami rasakan waktu itu.
Seperti halnya mata pelajaran Bahasa Inggris yang semua tulisannya dilafalkan dalam kata-kata berbahasa Inggris, tingkat kerumitan pelajaran Bahasa Arab sepertinya lebih dari itu. Karena yang tertera pada lembar kertas ujian hanyalah deretan huruf dan angka aksara arab seperti yang bisa kita lihat pada lembaran-lembaran mushaf Al Quran.
"Serasa kita mau mengaji saja ini." Begitu kira-kira gumam teman sekolah saya waktu itu.
Padahal, agar bisa menjawab setiap soal ujian kami perlu tahu makna dan arti dari setiap kata berbahasa arab yang tertulis pada soal ujian.
Sebagian teman yang tergolong cakap menghafal kosakata bahasa arab mungkin tidak menghadapi banyak kesulitan. Namun, lain halnya dengan beberapa teman lain yang buruk kualitas hafalannya.
Akhirnya, "strategi pemecahan masalah" yang biasa dipergunakan oleh kelompok "kurang cakap" ini biasanya ada dua. Pertama, tengok kiri kanan melihat jawaban teman. Atau kedua, menggunakan undian.
Strategi pertama rawan diketahui pengawas. Sehingga strategi kedualah yang seringkali dipergunakan oleh kami yang sudah berputus asa untuk menemukan jawaban atas soal-soal ujian itu.
Dengan menggunakan bantuan penghapus pensil, keempat sisinya kami tuliskan huruf A, B, C, dan D mewakili huruf pada soal-soal pilihan ganda. Lalu penghapus itupun kami lemparkan seperti melempar sebuah dadu.
Huruf yang muncul pada sisi atas penghapus itulah yang menjadi rujukan kami untuk memilih jawaban dari soal-soal pilihan ganda. Sebuah jawaban random yang benar salahnya kami sendiri tidak tahu.