Pagi tadi tetiba sebuah notifikasi facebook masuk ke layar smartphone saya. Memberitahukan bahwa ada seseorang yang mengirim ajakan pertemanan.
Tanpa pikir panjang, saya konfirmasi saja ajakan itu. Karena bagi saya siapapun yang mengajak berteman di facebook tidak jadi soal.
Asalkan bukan akun produk yang biasanya memang bertujuan untuk jualan, biasanya saya selalu mengonfirmasi setiap add friend yang masuk. Meskipun toh tidak sedikit dari ajakan pertemanan itu yang ujung-ujungnya menawarkan produk juga.
Saya sendiri tidak ambil pusing. Tidak ada juga niatan untuk mengkhususkan diri berteman dengan siapapun di facebook. Lagipula saya juga memajang foto profil diri saya bersama istri dan anak yang saya buat sekitar empat tahun lalu, alias foto lama.
Tetapi, pagi tadi sedikit berbeda. Ada seorang gadis muda yang mengirimkan ajakan berteman. Paling tidak, itulah yang terlihat dari profile picture-nya.
Sekilas lihat foto profil dan namanya maka saya pun langsung memberi konfirmasi. Tanpa pikir panjang ini itu. Bagi saya, makin banyak teman facebook maka makin besar pula peluang membuat tulisan saya dibaca banyak orang. Karena kebetulan saya suka share tulisan di sana.
Sekitar dua jam berselang tanpa saya sangka-sangka si teman gadis facebook tadi mengirimkan sebuah pesan di inbox. Isinya mungkin menggoda bagi sebagian orang (atau sebenarnya menjijikkan).
Isi pesannya kira-kira seperti ini :
"Selamat pagi, kak. Salam kenal ya. Kakak mau video call sex sama aku gak? Biar privasi kita terjaga komunikasinya jangan di facebook ya. Lewat WhatsApp saja. Nanti kakak hubungi nomor aku disini ya. 08313......5."
Mendapatkan pesan seperti itu jari-jemari saya rasanya gatal untuk menghardik. Tetapi, setelah saya amati kata demi kata dalam tulisan tersebut kok sepertinya hampir serupa dengan pesan yang masuk ke inbox saya sekitar satu bulan yang lalu.
Kala itu ceritanya hampir sama dengan yang terjadi kali ini. Sama-sama ada ajakan berteman di Facebook dari seorang gadis muda, yang sekali lagi itu terlihat dari foto profilnya.
Waktu itu setelah konfirmasi, tidak lama berselang sebuah pesan masuk. Saya lihat pengirimnya ternyata teman gadis Facebook yang baru saya konfirmasi ajakan pertemanannya.
Isi pesan kedua akun tersebut identik. Hanya berbeda akun pengirim dan nomor WhatsApp yang dicantumkan.
Pada "kesempatan" pertama sebulan lalu pesan tersebut saya acuhkan. Bahkan saya hapus inbox tersebut agar tidak timbul masalah di kemudian hari. Bisa diinterogasi macam-macam oleh istri kalau melihat ada pesan mesum seperti itu masuk di Facebook saya. Ribet.
Namun, saat "ajakan kencan" serupa kembali masuk maka saya pun jadi penasaran. Eits, tetapi jangan berfikir macam-macam dulu ya. Saya tidak mengiyakan ajakan teman gadis Facebook ini. Saya sekadar penasaran ingin mencari tahu motif apa gerangan yang mendasari dua gadis muda begitu gampangnya melayangkan ajakan mesra kepada orang yang bahkan tidak pernah dikenalnya.
Saya kirimkan pesan balasan kepada teman gadis Facebook yang mengirimkan pesan "mesra" tadi pagi, "Anda mengirimkan ajakan VC Sex ini ke semua teman Facebook pria ya?". Agar tidak terkesan welcome dengan ajakannya, maka saya sengaja menggunakan kata sapa "Anda".
Dia mengelak dan menjawab, "Enggak. Cuma kamu aja kok."
Andaikan chat itu dikirimkan oleh jari-jemari gebetan mungkin bakalan meleleh perasaan ini. Tetapi, saya harus sabar. Ini godaan. Serius.
"Berapa bayaran yang kamu pungut dari orang-orang yang kamu ajak?" Saya coba melayangkan pertanyaan kembali.
"Enggak bayar. Ini gratis. Kalau gak mau ya sudah." Timpalnya lagi dan mengakhiri percakapan. Dan sepertinya dia jengkel karena saya melayangkan pertanyaan bernada interogasi ini.
Modus Kencan Gratisan, Berujung Pemerasan
Memangnya ada yang menawarkan layanan "esek-esek" online secara gratis ya? Di tengah maraknya prostitusi dunia maya beberapa waktu belakangan saya menilai bahwa ajakan berteman dan kiriman pesan mesra tersebut tidak lebih dari upaya tebar jala saja.
Bagi pria kesepian atau yang memiliki fantasi liar urusan biologis sangat mungkin terjerat. Mengiyakan ajakan yang terkesan menguntungkan tanpa harus mengeluarkan modal apa-apa. Ditawari servis gratis suara erangan dan tontonan eksotis teman gadis Facebook yang baik hati.
Bagi seorang suami yang telah beristri, mungkin ini peluang langka untuk "berselingkuh tanpa selingkuh". Sedangkan bagi para pria lajang, ini adalah momen berharga yang tidak boleh disia-siakan.
Tetapi, saya percaya kamu yang membaca tulisan ini bukanlah orang yang seperti itu, kan?
Coba kita berpikir rasional. Pada zaman sekarang yang begitu mendewakan uang apakah mungkin layanan maksiat seperti itu diumbar dengan begitu murahnya tanpa ongkos dan biaya yang harus dibayar? Mustahil.
Bukankah tawaran VC Sex tersebut tidak mensyaratkan apa-apa? Sepintas memang demikian. Padahal ada risiko besar yang menggelayut di belakangnya. Bagi yang sudah mabuk kepayang oleh ajakan teman gadis Facebook sepertinya tidak akan menyadari hal itu.
Lihatlah situasinya lebih jauh lagi. Saat kamu dan teman gadis facebook tadi benar-benar menjalankan aktivitas mesum VC Sex, bukan tidak mungkin kamu sebenarnya sedang direkam. Wajahmu yang berlumur syahwat itu terpampang dalam rekaman video teman gadis Facebook.
Mungkin kamu merasa puas dan senang melihat pemadangan lawan jenis yang tidak dibungkus sehelai benang pun. Hanya saja kamu sebenarnya sedang mengalami situasi yang serius.
Adegan pribadimu sedang didokumentasikan, yang entah kapan akan menjadi alat tukar berharga bagi teman gadis Facebookmu. Bayangkan ketika video itu dikirimkan lagi kepadamu dengan disertai narasi bahwa kamu harus membayarkan uang sekian juta rupiah agar supaya video tersebut tidak disebar ke mana-mana.
Bayangkan jika video itu dilihat oleh pacarmu, oleh istrimu, orang tuamu, mertuamu, anak-anakmu, kerabatmu, teman kerjamu, bosmu, teman sekolah, rekan kuliah, dan seterusnya. Apakah kamu tidak malu?
Demi menutupi aib itu maka terpaksa kamu pun harus merogoh kocek yang cukup dalam. Kamu sebenarnya sedang menjadi korban pemerasan di Facebook. Membayar untuk sesuatu yang seharusnya tidak perlu dibayar hanya karena syahwat yang tidak terawat.
Semoga bermanfaat. Silakan bagikan artikel ini pada teman dan kerabatmu.
Salam hangat.
Agil S Habib, Penulis Tinggal di Tangerang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H