Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Ternyata Mobil Listrik (Bukan) Solusi Pelestarian Lingkungan?

8 Februari 2023   16:24 Diperbarui: 13 Februari 2023   00:04 1676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun ada pengurangan, tapi itu hanya sekadar memperlambat kerusakan lingkungan. Belum menanggulangi persoalan secara tuntas.

Tahun 2015 -- 2018 emisi karbon terbesar merupakan sumbangsih dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Tapi selama beberapa tahun terakhir ini sektor transportasi mengambil alih peran tersebut.

Tapi seperti yang saya sampaikan sebelumnya bahwa mobil listrik barulah sebatas solusi setengah jalan. Hanya mengalihkan emisi dari satu sektor ke sektor yang lain. Dari transportasi ke sumber pembangkit listrik.

Apalagi menurut PLN saat ini pembangkit listrik di Indonesia menyumbang emisi karbon 14% secara nasional. Pemberdayaan mobil listrik bisa jadi akan meningkatkan prosentase itu.

Penggunaan mobil listrik benar-benar akan memberi dampak signifikan manakala sumber pembangkitnya turut beralih menggunakan sumber Energi Baru dan Terbarukan (EBT), yang kita tahu potensinya sebenarnya sangat besar.

Sayangnya, porsi EBT Indonesia tersebut baru mencapai 12,16% di tahun 2021 lalu, berbanding 4,9% pada tahun 2015. Atau hanya meningkat sebesar 1,21% per tahun. Padahal potensi EBT kita mencapai 3.686 Giga Watt, atau baru termanfaatkan sekitar 0,3 -- 2,5 persennya saja.

Disamping itu, mobil listrik juga memerlukan penggunaan baterai sebagai penyimpan sumber tenaga. Dan kalau boleh dibilang, justru keberadaan baterai inilah pemicu masalah lain kalaupun misalnya sumber energi listrik telah berganti ke EBT.

Proses produksi baterai membutuhkan aktivitas  penambangan logam dan mineral sehingga berpotensi merusak serta mencemari lingkungan.

Menurut Kasubdit Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ratna Kartikasari, komponen baterai berisi material atau komponen yang berpotensi beracun yakni mengandung logam berat dan senyawa organik beracun lainnya.

Belum lagi menyangkut penggunaan lithium yang konon kabarnya sangat sulit untuk didaur ulang. Sehingga mobil listrik belum benar-benar mampu menjadi penyelesai masalah lingkungan yang terjadi selama ini. Bahkan sangat mungkin menambah terjadinya masalah baru.

Harapan Baru Lingkungan

Riset yang semakin masif dilakukan terhadap penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar kendaraan mungkin sedikit menghembuskan angin segar akan keberadaan sumber daya kendaraan yang benar-benar ramah terhadap lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun