Sebagai contoh, jikalau dulu untuk memasak cukup dengan kayu bakar yang menghasilkan banyak asap polutan, maka sekarang kita sudah bisa menggunakan gas elpiji dengan lebih sedikit asap tapi butuh upaya ekstra dalam rangka "menanggap" gas elpiji untuk dimasukkan kedalam tabung gas. Ada teknologi yang lebih maju berperan disana.
Pada tahap selanjutnya, kompor listrik kemungkinan besar akan menggantikan penggunaan elpij. Dan untuk menciptakan kompor listrik membutuhkan teknologi lebih rumit daripada kompor gas biasa. Diperlukan kecerdasan yang lebih tinggi disana.
Simak bagaimana GF Biochemicals, perusahaan milik mantan pesepakbola Mathieu Flamini, beroperasi menghasilkan produk dari bahan-bahan terbarukan. Proses yang dilakukan untuk menghasilkan levulinic acid berbasis hayati lebih rumit dan kompleks secara kimiawi daripada proses untuk menghasilkan produk sejenis menggunakan cara konvensional dari minyak bumi yang tidak ramah lingkungan.
Tidak bisa tidak, ekonomi hijau memang membutuhkan kecerdasan yang lebih agar bisa menerapkan dan memetik buahnya. Sehingga ini bukan lagi perkara mau atau tidak mau untuk mengadopasi ekonomi hijau, akan tetapi apakah kita memiliki cukup kecerdasan atau tidak untuk melaksanakannya.
Salam hangat.
Agil S Habib, Penulis Tinggal di Tangerang