Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Legenda Urban, Mistisme, dan Pelestarian Lingkungan

21 Desember 2022   07:53 Diperbarui: 21 Desember 2022   13:50 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Yogayakarta terdapat sebuah legenda urban yang dikenal dengan tradisi Masangin. Menurut cerita turun-temurun yang beredar tentang tradisi ini, kabarnya orang-orang yang berhasil berjalan di antara dua pohon beringin kembar Alun-alun Kidul Yogyakarta dengan mata tertutup akan terkabul hajatnya.

Terlepas benar tidaknya mitos ini, keberadaan pohon beringin di Alun-alun Kidul tersebut kini dipandang sebagai salah satu tempat sakral yang mendapat keistimewaan di benak masyarakat.

Pemerintah daerah akan melindunginya. Penduduk sekitar akan menjaganya. Hampir mustahil rasanya bahwa akan ada tangan-tangan jahil yang berani berulah menebang pohon beringin keramat tersebut dan menjadikannya komoditas dagangan layaknya penebangan liar di hutan Kalimantan sana.

Semua pihak melihat nilai spesial pada pohon beringin kembar ini. Label sebagai pohon keramat telah tersemat sehingga menjadikannya sebagai pohon yang lebih dari sekadar pohon. Pohon istimewa yang meskipun secara ilmu biologi sebenarnya memiliki fungsional yang sama dengan pohon-pohon lain pada umumnya.

Pandangan istimewa terhadap pohon ini secara tidak langsung akan membuat seruan aktivis lingkungan hidup perihal arti penting penghijauan dan pelestarian lingkungan menjadi lebih mudah ditunaikan seiring meleburnya hal itu dengan keyakinan batin publik.  

Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini tidaklah mudah mengajak serta seluruh elemen masyarakat untuk terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan. Seruan-seruan melalui media cetak ataupun elektronik hanya menjadi tebaran berita yang sulit berubah menjadi aksi nyata. Kita memerlukan sentuhan yang lebih mendalam dan lebih mengena di benak masyarakat agar mereka turut tergerak menunaikannya. Kita memerlukan legenda urban dan mistisme untuk mendukung kampanye pelestarian lingkungan.

Kampanye tentang bahaya pemanasan global sudah sering kita dengar dimana-mana. Tapi dalam praktiknya efek pemburukannya masih saja terjadi dari waktu ke waktu. NASA menyatakan bahwa terjadi peningkatan suhu bumi sebesar 0.85 derajat celcius di tahun 2021 dibandingkan rata-rata suhu tahunan pada rentang tahun 1951 -- 1980.

Peningkatan suhu bumi ini tentu bukanlah kabar baik karena mengakibatkan permukaan air laut meninggi. Tidak perlu jauh-jauh ke Antartika untuk melihat dampaknya. Kawasan Utara Jakarta sudah lebih dari cukup untuk mengintip ancaman besar itu. Belum lagi jika kita menengok intensitas kebakaran hutan atau perubahan musim kemarau dan musim hujan yang semakin tidak jelas batas peralihannya.

Semua gegara gas rumah kaca yang berlebih. Semua gegara kapasitas pepohonan tidak lagi sepadan dengan emisi karbon yang kita hasilkan. 

Agar keseimbangan kembali tercipta maka memulihkan kembali pepohonan yang sudah terlanjur tumbang menjadi salah satu keharusan. Disamping tentunya tetap menjaga eksistensi pepohonan yang masih bertahan dengan sebaik-baiknya. Lewat seruan. Melalui ajakan. Atau melalui sebaran legenda urban.

Beberapa cagar alam berhasil dilestarikan seiring beredarnya cerita rakyat yang mengisahkan sisi gaibnya.  Alas Purwo tetap terjaga kelestariannya mungkin akibat pemberian status sebagai kawasan hutan lindung. Ada hukum formal yang menjaganya dengan baik. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa popularitas Alas Purwo dari segi mistis juga turut menjadikan pemilik tangan-tangan jahil berfikir ulang sebelum berbuat ulah disana. 

Mistisme Alas Purwo sebagai pusat lelembut sedikit banyak membuat merinding bulu kuduk orang-orang yang melewatinya. Jangankan untuk merusak hutan, menebang beberapa batang pohon saja sudah was-was karena takut dilabrak makhluk tak kasat mata penghuninya.

Meskipun gegara hal ini kita mungkin dianggap sebagai pemercaya tahayul, akan tetapi mistisme tersebut justru terlihat ampuh melindungi alam sekitar sehingga tidak terusik dan rusak oleh ulah orang-orang tak bertanggung jawab. Jikalau pandangan mistis serupa juga tersemat di hutan Kalimantan dan juga beberapa kawasan lainnya, maka barangkali kerusakan disana bisa dihindari.

Pandangan menghormat terhadap legenda urban  suatu benda, sebuah pohon, atau kawasan hutan tertentu secara tidak langsung akan mereduksi potensi eksploitasi berlebih terhadapnya. Cara kerjanya hampir sama dengan hukum formal yang berlaku dimana para pelanggar akan mendapatkan hukuman dari pihak berwajib. Cuma bedanya pelanggar "norma" mistis ini cenderung takut mendapatkan hukuman dari sesuatu yang tak terlihat.  Mistisme memberikan efek dan konsekuensi tindakan bagi yang meyakininya.

Saya tidak sedang bermaksud mengajak Anda semua untuk mempercayai hal-hal mistis di lingkungan kehidupan sekitar. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa penghormatan terhadap hal-hal mistis memberikan kontribusi positif terhadap upaya pelestarian lingkungan dan penjagaan terhadap aksistensi alam sekitar dari tangan-tangan jahil manusia tidak bertanggung jawab.

Hilangnya sopan santun terhadap eksistensi hal-hal gaib menghadirkan perilaku tak kenal takut yang justru lebih berbahaya bagi keberlangsungan alam sekitar. Para pelaku pembalakan liar diluar sana kemungkinan besar tidak akan berfikir dua kali dengan tindakannya. Pandangan mereka hanya menganggap hutan dan pepohonan sebagai bagian dari makhluk hidup yang bisa dieksploitasi kapan saja. Tanpa ada kekhawatiran bahwa "penghuninya" akan marah.

Padahal alam sendiri bisa meluapkan amarahnya kepada siapapun tanpa pandang bulu.

 

Salam hangat.

Agil S Habib, Penulis Tinggal di Tangerang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun