Resign, menggerutu, berkoar kiri kanan, bersedih, atau bahkan menangis merupakan wujud ekspresi kekecewaan yang terlontar tatkala seseorang menerima perlakuan kurang menyenangkan didalam pekerjaannya.
Setelah sekian lama berada dalam lingkungan kerja yang nyaman, namun tiba-tiba diasingkan ke pekerjaan lain yang suasanya bertolak belakang maka umumnya sangat sedikit diantara kita yang mampu bertahan.
Pengasingan semacam ini dilakukan dengan tujuan untuk menjadikan kita tidak lagi kerasan di tempat kerja hingga akhirnya memutuskan pergi dari sana. Pengusiran secara halus yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan "quiet firing".
Hal ini masih sering terjadi di beberapa tempat kerja. Bahkan tidak sedikit dari para "korban"-nya yang merupakan orang-orang dekat kita.
Akan tetapi, dibalik fenomena quiet firing ini sebenarnya kita bisa memilih untuk memberikan respons lain dibandingkan keputusan untuk lari, pergi, dan menyerah.
Justru sebaliknya, kita bisa saja melakukan "perlawanan" terhadap perlakuan semacam itu. Tentunya dengan cara yang keren dan elegan.
Keep Working, No Debate
Cara pertama adalah melawan dalam diam. Dalam hal ini kita tidak perlu mengeluarkan narasi penolakan, protes, atau menyebarkan berita negatif tentang pribadi-pribadi yang dianggap memiliki andil dalam menyingkirkan kita dari pekerjaan semua.
Disini kita menganggap bahwa upaya pengasingan tersebut adalah bagian dari keputusan profesional yang memang harus diterima. Bahwa mungkin memang ada orang yang lebih tepat di pekerjaan lama kita atau bisa jadi pekerjaan baru yang dijalani memang membutuhkan sumbangsih kita untuk menjadi lebih baik.
Sehingga tidak perlu memperdebatkan keputusan yang sudah diberikan berkaitan dengan pekerjaan yang kita jalani. Karena itu hanyalah bagian dari pekerjaan saja.
Totalitas di "Pengasingan"
Mutiara akan senantiasa menampakkan pijar keindahannya meskipun ia berada didalam kubangan lumpur sekalipun. Mutiara tetap akan menjadi mutiara dimanapun ia berada.