Saat ini internet sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa diabaikan. Posisinya mungkin sudah bisa dibilang setara dengan kebutuhan dasar kita yang lainnya seperti sandang, pangan, dan tempat tinggal (papan).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2022, jumlah pengguna internet di Indonesia saat ini sudah mencapai 210 juta jiwa. Itu berarti lebih dari 77% penduduk indonesia sudah menggunakan internet [1].
Pandemi Covid-19 turut berperan besar menggeser perilaku kita dalam mengakses dunia maya. Terlebih adanya dorongan untuk tetap eksis dan produktif meskipun hanya berada di rumah menjadikan internet sebagai satu-satunya cara agar kita tetap terhubung dengan dunia.
Bekerja bisa dilakukan dari rumah. Sekolah pun juga bisa dari rumah. Berbisnis lewat online menemukan momentum untuk berjaya. Tanpa disangka-sangka ternyata pandemi memantik hikmah yang luar biasa. Kita menjadi tahu manfaat internet yang sebelumnya mungkin terabaikan.
Pandemi menyadarkan kita terkait kemana masa depan akan mengarah. Bahwasanya internet akan menjadi kunci dari perkembangan dunia dimasa depan. Pandemi menjadi tipping point dari perkembangan teknologi informasi dan mendisrupsi cara-cara lama yang kadung menjadi primadona.
Internet Aman
Angka penetrasi internet yang mencapai 77% [1] di Indonesia menandakan tingginya kesadaran masyarakat kita terhadap internet. Dari yang kecil hingga dewasa, dari anak-anak sampai orang tua, dan dari balita sampai lanjut usia sepertinya sudah tidak asing lagi dengan teknologi yang satu ini.
Apalagi dengan semakin maraknya penggunaan smartphone maka anggaran bulanan untuk kuota data internet sepertinya sudah menjadi alokasi wajib yang tidak boleh ditawar-tawar lagi. Dari keseluruhan pengguna tersebut mayoritas diantaranya menggunakan paket data dari operator seluler sebagai media perantara untuk mengakses internet, sedangkan hanya sekitar 14.5% saja yang menggunakan fixed broadband [2].
Namun, kecenderungan ini sepertinya terusik oleh pandemi dan menjadikan tren penggunaan internet rumahan (fixed broadband) justru mengalami peningkatan selama periode tersebut[3].
Saya melihat hal ini memang benar adanya karena kebetulan salah seorang kerabat dan beberapa tetangga juga turut memasang layanan internet berjenis fixed broadband ini di rumahnya. Internet tersebut dimaksudkan sebagai fasilitas penunjang bagi anak-anaknya yang harus bersekolah secara daring. Juga dengan harapan agar bisa memberikan akses layanan internet berkualitas kepada seluruh anggota keluarga yang ada di rumah.
Berbicara mengenai layanan internet yang berkualitas umumnya para pengguna internet memiliki beberapa kriteria tertentu dalam memilih provider. Survei APJII menemukan bahwa kualitas koneksi merupakan kriteria utama yang menjadi rujukan pengguna internet, disusul dengan harga, dan promo layanan yang ditawarkan oleh penyedia[4].
Akan tetapi, kalau ditilik lebih jauh beberapa kriteria tersebut sebenarnya masih belum mengakomodasi satu aspek penting yang mungkin seringkali kita abaikan. Yaitu terkait dengan rasa aman bagi pengguna.
Mengapa aspek keamanan ini begitu penting? Seperti yang kita tahu bahwa teknologi internet ini bak pisau bermata dua. Yang jikalau dipergunakan dengan bijak akan memberikan manfaat, sebaliknya apabila disalahgunakan akan melahirkan mudharat.
Sudah berapa banyak kebaikan yang lahir berkat jasa penggunaan internet? Dan sabaliknya, sudah berapa banyak kejahatan yang timbul oleh karena penyalahgunaannya?
Ketika suatu layanan internet diarahkan untuk dipakai bersama dengan anggota keluarga tercinta maka tentunya aspek keamanan ini terasa jauh lebih penting. Siapa sih yang ingin anggota keluarganya terpapar oleh efek negatif dari internet?
Tiga Perlindungan Pengguna
Tidak bisa dipungkiri bahwa sangatlah menyenangkan apabila bisa menjelajah internet dari rumah. Kita dapat menikmati manfaat internet untuk mengakses informasi dari segala penjuru dunia hanya dari tempat tinggal kita yang nyaman tanpa perlu beranjak kemana-mana.
Sebagai pemimpin pasar fixed broadband di Indonesia saat ini [5], IndiHome memang memiliki sisi kelebihan yang sangat menarik. Bukan semata tentang kecepatan internetnya, stabilitas layanan internet, ataupun dari pilihan paket yang ditawarkan. Tetapi juga mengenai rasa aman yang dihadirkan oleh  layanan besutan Telkom Indonesia ini.
Setidaknya ada tiga sisi perlindungan yang diberikan oleh IndiHome ini kepada para pengguna, yaitu :
1.>> Perlindungan dari gangguan alam seperti ancaman petir ataupun gelombang elektromagnetik
Saya masih ingat semasa kuliah dulu ketika berlangganan internet rumahan (non fiber optic) bersama teman-teman satu kontrakan. Kala itu kabel internet harus kami cabut/matikan setiap kali cuaca mendung disertai petir melanda. Hal itu dilakukan untuk menghindari potensi terjadinya bahaya. Sehingga kegiatan kami berselancar di dunia maya mesti ditunda untuk sementara sampai cuaca buruk mereda.
Tetapi adanya dukungan kabel fiber optic menjadikan layanan internet dari IndiHome lebih aman untuk diakses. Dengan tidak ada arus listrik pada kabel fiber optic maka hal ini akan menghadirkan rasa aman bagi penggunanya[6]. Terutama ketika cuaca buruk atau kondisi petir yang bisa membahayakan jiwa.
Disamping itu, proyek pembangunan infrastruktur internet kabel laut fiber optic yang dikerjakan oleh Telkom Indonesia bekerja sama dengan beberapa konsorsium juga akan mampu meningkatkan kemampuan transfer data sebesar 100 terabyte per detik atau dua kali lipat dari kapasitas kabel fiber optic yang ada sebelumnya[7].
Mengutip pernyataan dari Peter Lydian di podcast youtube-nya Indrawan Nugroho terkait kerjasama Meta dan Telkom Indonesia dalam membangun infrastruktur fiber optic kabel bawah laut, proyek tersebut nantinya akan dapat meningkatkan kecepatan internet hingga 70%[8].
2. >> Internet Positif dan proteksi dari konten berbahaya
Bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), IndiHome memberikan edukasi kepada pengguna layanannya agar menjauhi akses terhadap beberapa laman situs internet yang ditengarai berbahaya[9].
Meskipun terkadang ada keluhan yang disampaikan oleh pengguna terkait kebijakan tersebut, namun sebenarnya hal ini sangatlah diperlukan terutama untuk melindungi keluarga kita agar terhindar dari konten-konten yang tidak layak seperti situs porno, judi, ajaran radikal, dan sejenisnya.
Hal ini sekaligus menjadi ciri khas dari Internetnya Indonesia yang memang kental dengan budaya ketimuran. Sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa tidak sepatutnya diakses.
Bagaimanapun juga saat ini kita yang berposisi sebagai orang tua tidak bisa setiap saat mengawasi detail "kunjungan" anak-anak kita di dunia maya. Sehingga diperlukan adanya "filter pertama" yang mampu menghindarkan mereka dari kunjungan salah alamat ke situs-situs tidak bermanfaat.
Memang benar bahwa kebijakan internet positif merupakan sebuah upaya proteksi agar kita terhindar dari konten-konten berisiko. Meskipun begitu kita tetap harus memberikan edukasi sekaligus meningkatkan kesadaran diri agar supaya menggunakan internet secara bijak dan bertanggung jawab.
3. >>Perlindungan terhadap kesehatan mental pengguna internet
Sudah bukan rahasia lagi kalau koneksi internet yang lemot merupakan momok yang menyebalkan bagi para pengguna internet dimanapun berada. Bahkan lebih dari itu ternyata hal ini juga menjadi pemicu stres.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ericsson CunsumerLab beberapa tahun lalu menunjukkan bahwa streaming video yang tersendat 2 detik mengakibatkan peningkatan stres kognitif sebesar 16%. Sedangkan aktivitas mengunggah sesuatu (video, gambar, dan sejenisnya) ke media sosial bisa menurunkan motivasi pengguna sampai dengan 47% tatkala terjadi delay[10]. Dengan demikian memang ada efek negatif terhadap psikologi pengguna ketika internet yang dipergunakan mengalami gangguan.
Saya termasuk orang yang beberapa kali tersulut emosi tatkala jaringan internet tiba-tiba lelet padahal saat itu sedang diburu waktu untuk menuntaskan sebuah pekerjaan yang memerlukan dukungan internet.
Melihat kondisi tersebut maka dukungan internet berkualitas dari IndiHome dan juga Telkom Indonesia seharusnya bisa meminimalisir risiko stres yang terjadi selama kita mengakses internet.
Internet yang diliputi rasa aman merupakan sebuah kebutuhan. Kehadirannya laksana polisi yang mampu melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat. Namun, IndiHome melakukan hal serupa dari sisi teknologi. Apabila internet sudah memberikan proteksi seperti yang diharapkan maka untuk selanjutnya kita tinggal melesat dan memetik manfaat internet dengan lebih optimal untuk menghasilkan sesuatu yang berharga bagi diri sendiri dan sesama.
Evolusi Internet
Dari waktu ke waktu teknologi terus berkembang dan berevolusi. Hal itu terjadi secara progresif dimana perkembangan baru melengkapi kemampuan lama yang sudah lebih dulu ada dan berubah menjadi sesuatu yang lebih sempurna.
Jikalau dulu komunikasi jarak jauh terjadi hanya melalui sambungan telepon, maka semakin kesini semakin banyak opsi lain untuk melakukannya. Ada facebook, whatsApp, instagram, zoom, dan lain sebagainya. Dengan pengalaman interaksi yang tentunya semakin lengkap.
Suatu hari nanti saat kita berkomunikasi dengan orang-orang ditempat jauh sangatlah mungkin bagi kita untuk merasakan kedekatan komunikasi layaknya interaksi nyata. Tubuh kita seperti benar-benar hadir dihadapan lawan bicara  atau sebaliknya. Kita akan menjumpai realitas virtual yang sensasinya begitu mirip dengan keadaan sebenarnya. Sebuah pengalaman yang lebih imersif.
Era metaverse sudah menjelang didepan mata. Yang mana hal itu akan membuka lebih banyak lagi kesempatan dari internet dibandingkan yang saat ini kita ketahui. Menantang kita untuk berkembang dan mengkreasi sesuatu yang baru.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah kita hanya bisa memakainya untuk scrolling media sosial saja? Atau sebatas untuk berbelanja di dunia maya? Atau justru kita berhasil menciptakan karya-karya yang luar biasa darinya?
Kita tidak boleh menjadi user semata, yang hanya bisa menggunakan hasil karya orang lain saja. Namun, kita juga harus lebih proaktif untuk ikut serta menjadi creator di era metaverse. Memberi aksi untuk sesuatu yang menginspirasi sesuai dengan kapasitas kita masing-masing.
Dalam hal ini kita tentunya tidak bisa bertindak sendiri. Kita memerlukan kolaborasi dengan pihak lain. Dan Internetnya Indonesia akan menjadi penopang dari sukses tidaknya upaya kita dalam menyongsong era baru dimasa depan.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H