Grup musik kasidah Nasida Ria tengah hangat diperbincangkan oleh warganet seiring konser yang dilakukannya di Jerman baru-baru ini. Pencapaian tersebut dinilai cukup membanggakan Indonesia karena karya anak bangsa terbukti mendapatkan apresiasi tinggi dari bangsa lain.
Nasida Ria bukanlah grup kasidah baru yang terkenal belakangan. Bahkan bisa dikatakan bahwa kelompok musik yang bernafaskan religi dan beranggotakan kaum "ibu-ibu" ini sebagai salah satu legenda musik tanah air.
Siapa yang tidak kenal lagu "Perdamaian" yang pernah dinyanyikan ulang oleh grup musik Gigi? Atau lagu legendaris "Kota Santri" yang fenomenal itu? Atau jangan lupakan juga lagu "Tahun 2000". Generasi milenial dan sebelumnya mungkin sudah tidak asing lagi dengan mereka.
Kita patut berbangga dengan apa yang sudah diraih oleh Nasida Ria. Disamping kita sebenarnya juga bisa memetik pelajaran penting dari kesuksesan grup kasidah ini untuk diadopsi dalam bidang lain yang kita tekuni. Bukan sebatas pada dunia musik, tetapi juga hal-hal lain yang memungkinkan kita untuk mencipta suatu karya.
Berikut adalah 3 diantaranya untuk kita pahami dan renungi agar kelak kita juga bisa meniti jalan dan pencapaian serupa Nasida Ria pada bidang kita masing-masing.
>> Konsistensi terhadap bidang yang ditekuni
Sedari sejak dibentuk pada tahun 1975 grup musik Nasida Ria terus konsisten dengan musik kasidah yang dibawakannya. Meskipun bermacam-macam genre musik silih berganti memikat telinga penikmat musik tanah air, Nasida Ria terus bertahan dengan genrenya sendiri.
Terkadang memang mereka seperti dilupakan. Akan tetapi hal itu tidak lantas membuat mereka berpaling dan meninggalkan identitas yang sebelumnya telah berhasil membesarkan namanya. Sesekali ada improvisasi mengubah alat musik pendamping dari drum ke biola dan lain-lain sebagai langkah pembaruan.
Hal ini memberi kita pemahaman agar tetap setia pada bidang yang kita rintis, kita jalani, dan kita tekuni. Mungkin kita perlu untuk sedikit banyak menyelipkan improvisasi baru agar memberikan nuansa warna berbeda dari karya yang dicipta. Bukan berpindah bidang, sekadar menyelipkan nafas baru agar tampak lebih fresh.
>> Produktif mencipta karya
Terus berkarya apapun yang terjadi. Nasida Ria mungkin dulu pernah menikmati masa-masa keemasannya. Dan kemudian juga mengalami masa "terabaikan" atau bahkan tenggelam dari ingar bingar pemberitaan.
Akan tetapi hal itu tidak lantas menjadikan grup musik ini berputus asa dan berhenti berkarya. Terus mencoba meskipun penikmatnya sudah tidak seperti dulu lagi. Berupaya untuk produktif dari waktu ke waktu.
Lambat laun hal itu pasti akan menemukan celah kebangkitannya kembali yang bisa jadi tidak disangka-sangka. Nasida Ria terus bergerak dengan karya-karyanya. Bukan hanya di bumi Indonesia, tetapi juga di mancanegara.
Dalam hal ini kita harus memahami bahwa terkadang karya kita baru akan mendapatkan pengakuan tatkala orang-orang terdekat justru meragukan. Sebaliknya yang berada nun jauh di sana melihat bahwa kita memang luar biasa. Jadi, jangan pernah berhenti berkarya.
>> Membangun ciri khas
Mengapa harus konsisten dan terus menelurkan karya-karya? Karena dari sanalah kita membangun ciri khas yang kecil kemungkinannya bakalan bisa diduplikasi oleh orang lain. Sebuah ciri khas tidak bisa diciptakan dalam semalam. Hal itu memerlukan waktu panjang dan bisa jadi penuh perjuangan.
Nasida Ria telah menciptakan ciri khas musiknya yang telah begitu melekat dalam ingatan. Sesuatu yang mungkin sulit untuk diungkapkan namun bisa kita rasakan bahwa keunikan itu hanya dimiliki oleh satu sosok saja.
Ciri khas merupakan "intangible asset" yang memang memerlukan effort lebih dalam menciptakannya.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H