Indonesia merupakan market yang sangat potensial bagi produk-produk perawatan kecantikan, khususnya skincare. Hal ini terlihat dari pertumbuhan market produk tersebut yang terus berkembang dari tahun ke tahun.
Bersama India dan China, Indonesia menempati posisi 3 besar untuk pertumbuhan bisnis tertinggi di bidang ini sebagaimana paparan Euromonitor seperti dikutip oleh Dr. Indrawan Nugroho (CEO CIAS) di kanal youtube-nya.
Masih menurut Euromonitor (sebagaimana disampaikan oleh Dr. Indrawan Nugroho), nilai pendapatan yang diperoleh dari bisnis skincare di Indonesia pada tahun 2022 ini diperkirakan akan mencapai angka USD 8,7 miliar. Dan diprediksi akan terus meningkat empat tahun mendatang dengan nilai mencapai USD 17,8 miliar atau sekitar 255,75 triliun rupiah!
Hal ini menandakan begitu besarnya potensi market dari produk-produk skincare untuk ditekuni sebagai suatu peluang bisnis. "Kue" pangsa pasarnya masih sangat menjanjikan selama pelaku bisnis yang berkompetisi di sana memiliki strategi yang tepat dalam menarik minat konsumen yang tengah melambung tinggi itu.
Dan yang lebih menggembirakan lagi adalah, market lokal cenderung lebih menggandrungi produk lokal dibandingkan produk impor seiring bangkitnya kesadaran terhadap karakteristik kecantikan lokal dan juga kepedulian terhadap unsur kandungan produk seperti halal dan ramuan tradisional yang memang menjadi keunggulan tersendiri bagi produk dalam negeri.
Inilah kesempatan besar bagi brand-brand lokal untuk mengambil panggung guna memperkenalkan seluas-luasnya produk mereka kepada pelanggan. Dan dalam hal ini kompetensi masing-masing pihak lah yang paling berperan.
Panggung MS Glow
Salah satu pelaku bisnis yang terjun pada market skincare ini adalah J99 Corp dengan salah satu produknya yaitu MS Glow. Produk MS Glow dan beberapa produk lainnya yang berada dibawah naungan J99 memang hangat diperbincangkan oleh publik beberapa waktu belakangan ini.
Namun, terlepas dari kontroversi yang terjadi sebenarnya jauh lebih menarik bagi kita untuk melihat seperti apa sepak terjang J99 dan MS Glow khususnya dalam mengembangkan sayap bisnisnya sehingga mampu mengantarkan sang pemilik menjadi sosok crazy rich yang fenomenal.
Patut diketahui bahwa bisnis yang besar kerapkali bermula dari sesuatu yang kecil. Begitupun dengan produk MS Glow ini dulunya juga merupakan produk kecil yang belum punya nama. Bahkan ada yang mengatakan dimulai dari garasi rumah sebagai awal dari semuanya. Yang lambat laun terus bertumbuh dan bertumbuh hingga berkembang seperti sekarang. Bukan sebuah hasil instan yang diperoleh tanpa perjuangan.
Bermula dari bisnis reseller penjualan kosmetik pada tahun 2013 yang dilakukan oleh salah satu owner J99, Shandy Purnamasari, hal itu lantas berkembang seiring kelahiran produk MS Glow sekitar 2 tahun berselang. Namun kala itu produk tersebut masih belum diproduksi sendiri alias maklun atau memesan pada pihak ketiga.
Seiring semakin membanjirnya permintaan maka MS Glow pun mampu untuk membangun pabriknya sendiri. Disamping itu, Shandy bersama suaminya (Gilang Widya Pramana) juga mendirikan bisnis "pendukung" berupa klinik kecantikan MS Glow sekitar tahun 2017.
Bisa dibilang bahwa bisnis baru tersebut bukanlah sekadar bisnis tambahan, melainkan juga sebagai penguat brand MS Glow secara keseluruhan. Sampai dengan tahun 2020 yang lalu klinik kecantikan tersebut sudah tersebar di 14 kota di Indonesia.
Pasangan suami istri ini terbilang totalitas dalam menjalankan bisnis. Karena mereka tidak berhenti dengan pencapaian yang sudah ada. Sayap-sayap bisnis terus mereka kembangkan hingga merambah beberapa lini lain seperti minuman, rokok elektrik, garmen, PO bus, dan lain-lain.
Menilik dari laman j99corp.com, setidaknya ada 18 lini bisnis (termasuk yayasan) yang digawangi oleh pasangan suami istri Gilang dan Shandy ini. Bukan tidak mungkin jumlahnya masih akan terus bertambah lagi pada waktu-waktu mendatang.
Kunci Sukses
Seperti disinggung pada awal pembahasan, skincare mendapatkan angin segar untuk bertumbuh kembang di market Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini. Dan MS Glow sepertinya merasakan betul dampak dari fenomena itu. Disamping tentunya dukungan pengelolaan maksimal terhadap produk tersebut yang juga turut memberikan andil besar.
Popularitas produknya melesat dan menjadi primadona di antara sekian banyak konsumen yang sudah merasakan manfaat dari produk tersebut. Hal ini dibuktikan dari raihan Indonesia Best Brand Award (IBBA) tahun 2020 lalu untuk kategori Perawatan Wajah yang Dijual Secara Eksklusif yang diberikan oleh Majalah SWA dan MARS Digital Indonesia.
Tentunya bukan suatu kebetulan apabila penghargaan bergengsi tersebut berhasil didapatkan. Terdapat strategi simultan yang saling menunjang satu sama lain sehingga elemen kesuksesan tersebut diraih oleh J99 dan utamanya bagi MS Glow. Strategi tersebut diantaranya :
- Inovasi dan pengembangan produk secara terus menerus
Hal ini terlihat dari pernyataan sang founder sekaligus CEO MS GLow, Shandy Purnamasari pasca menerima penghargaan IBBA 2020. Ia mengatakan bahwa MS Glow akan terus berinovasi dan beradaptasi dengan teknologi kecantikan terbaru untuk menghasilkan produk yang memberikan rasa nyaman bagi penggunanya.
Ini merupakan suatu pertanda bahwa inovasi produk memegang peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi kepuasan pelanggan. Sehingga perlu terus dijaga.
- Menjunjung tinggi kualitas produk
Produk yang baik akan mampu menjual dirinya sendiri. Itulah kalimat yang sering diucapkan oleh pakar pemasaran. Dan pencapaian yang didapatkan oleh MS Glow jelas bukan suatu kebetulan. MS Glow memang memiliki kualitas yang mumpuni sebagai produk yang digandrungi banyak orang.
- Membangun citra produk yang memiliki nilai keunikan tersendiri
Produk perawatan kulit mungkin sering dianggap sebagai domain kaum hawa. Meskipun pada kenyataannya saat ini tidak sedikit dari kaum adam yang juga memiliki kepedulian serupa.
Segmen inilah yang digarap secara serius oleh MS Glow dengan produk MS Glow for Men-nya dengan menggandeng brand ambassador unik dalam diri Babe Cabita dan juga Marshel Widianto. Dua komika yang mungkin bagi sebagian kalangan dinilai kurang cocok menjadi "sampul depan" suatu produk perawatan kulit. Akan tetapi justru karena pembawaan keduanya lah yang menciptakan kesan percaya diri di benak para konsumen.
Bukan isapan jempol belaka manakala pasangan Gilang dan Shandy disebut sebagai crazy rich. Bisnis yang mereka geluti memang memiliki potensi besar untuk mendukung pencapaian yang mereka dapatkan saat ini. Ditambah dengan etos kerja yang mereka bangun sejak lama, dan dilengkapi dengan strategi bisnis yang mumpuni maka hasil akhirnya akan menjadi luar biasa.
Barangkali kita semua harus memetik lebih banyak lagi pelajaran dari pencapaian yang didapatkan oleh couple preneur ini ketimbang memperbincangkan sisi kontroversi yang masih diliputi tanda tanya itu. Ketimbang timbul fitnah, alangkah baiknya bagi kita untuk belajar hal-hal positif dari perjalanan sukses keduanya.
Dari kedua sosok ini kita sejatinya mendapatkan beberapa insight berharga yang akan sangat berguna apabila kita ingin meniru pencapaian yang mereka dapatkan, seperti :
>>Ride The Wave atau menunggangi gelombang. Prinsip ini berlaku seiring ketepatan langkah dari Gilang dan Shandy untuk memulai langkah bisnisnya di industri skincare yang memang tengah mengalami momentum pertumbuhan yang luar biasa.
Langkah serupa patut kita coba meskipun berada pada ranah yang berbeda. Karena dengan menunggangi gelombang yang ada maka kita akan mampu berselancar mengarungi persaingan dengan aman dan menyenangkan.
>> Pentingnya kolaborasi. Dalam hal ini pasangan Gilang dan Shandy menunjukkan pentingnya arti kerjasama keduanya sebagai sepasang suami istri. Kita tidak bisa berjalan seorang diri, khususnya dalam mengarungi hiruk pikuk dunia bisnis.
Meskipun kolaborasi ini seringkali diartikan lebih luas dengan menjalin kemitraan dan interaksi dengan pelaku bisnis yang lain, akan tetapi bentuk kerjasama yang paling awal adalah melalui kedekatan suami istri.
>> Penciptaan produk berkualitas. Sebagai elemen terpenting dalam bisnis, produk harus mendapatkan perhatian yang cukup dari pemiliknya. Produk harus berkualitas karena dari sanalah semua bermula. Pemasaran yang baik, kolaborasi yang baik, ataupun momentum yang pas tidak akan berarti apa-apa jikalau pada akhirnya produk tersebut dinilai buruk oleh pelanggan. Sehingga atensi terhadap hal itu harus terus dikedepankan.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H