Terkadang menjalani profesi sebagai perencana produksi (planner) itu hanya sekadar dianggap pelaksana yang tidak jauh berbeda dengan pelaksana yang lain. Sekadar membuatkan rencana produksi, sekadar berkomunikasi antar tim kerja, atau sekadar menjalankan standar operasional prosedur.
Namun, selama beberapa tahun menggeluti bidang ini penulis melihat bahwa ada satu perbedaan besar yang menjadikan peran planner terlihat begitu istimewa.Â
Jikalau tim kerja produksi memiliki orientasi untuk terus-menerus meningkatkan produktivitas, efisiensi proses, dan mutu produk. Atau terus meningkatkan omzet penjualan dari sisi tim penjualan. Atau mendapatkan produk dengan harga paling terjangkau dari sisi pengadaan.
Maka tim perencanaan cenderung mengupayakan agar bagaimana caranya efisiensi dan produktivitas tercapai juga lancarnya dukungan terhadap penjualan supaya berjalan sesuai jatuh tempo tanggal yang ditentukan.
Dengan kata lain, planner memiliki peran besar untuk menemukan trade off antara pembiayaan yang minimal serta profit yang maksimal dari suatu proses operasional di sebuah organisasi bisnis.
Mindset seperti itulah yang harus dipegang teguh oleh planner untuk membuat suatu sinergi proses dari beberapa lini terkait supaya tujuan besar dari unit bisnis bisa diraih.
Sudut Pandang CEO
Tidak jarang dalam sebuah lingkungan bisnis kita menjumpai "egoisme" untuk saling mengedepankan tujuannya sendiri-sendiri.Â
Asalkan penjualan tinggi, asalkan efisiensi tinggi, asalkan mendapatkan harga murah. Sementara disisi lain ada yang "dikorbankan".
Akan menjadi suatu hal yang percuma tatkala produktivitas operasional meningkat pesat sementara angka penjualan tereduksi akibat ketidakmampuan bisnis dalam memenuhi ekspektasi konsumen seperti seringnya terjadi keterlambatan dari tanggal jatuh tempo atau sejenisnya.