Dalam ulasan sebelumnya saya sudah menjabarkan terkait peran availability sebagai parameter performa operasional sebuah bisnis (baca: Availability Rate, Parameter Performa yang Perlu Diperhatikan Pelaku Bisnis) dan bagaimana kontribusinya dalam menentukan kemampuan bisnis merespon kebutuhan konsumen.
Sebagai informasi, availability rate merupakan salah satu aspek dari tiga aspek penting lain seperti performance rate dan quality rate yang mudah-mudahan bisa kita bahas nanti di tulisan-tulisan selanjutnya.
Namun, bukan suatu kebetulan apabila availability menjadi poin yang pertama kali dibahas. Karena seperti sempat disinggung pada tulisan sebelumnya, bahwa availability ini merupakan garis depan untuk menggapai kinerja bisnis yang lebih baik.
Availability yang buruk menjadikan faktor penunjang kinerja yang lain meskipun bernilai baik hanya akan menjadi pencapaian yang semu belaka. Dengan bobroknya rating availability maka pencapaian performance rate dan quality rate mendekati 100% sekalipun akan terasa seperti percuma saja.
Mengingat aspek ini merupakan representasi utama dari berapa besaran waktu produktif yang mampu dihadirkan selama waktu operasional diberlakukan. Apakah dari sekian jam waktu tersedia meyoritas atau minortias diantaranya merupakan waktu produktif atau sebaliknya.
Jikalau katakanlah dari delapan jam waktu kerja dan cuma separuhnya saja yang produktif, sementara capaian performance rate dan quality rate bernilai tinggi maka separuh waktu yang hilang tersebut tetap tidak akan terkompensasi. Separuh waktu tersebut akan tetap hilang. Biaya akan tetap dikeluarkan. Uang akan hilang dari dekapan. Terlepas kita menyadarinya atau tidak.
Oleh karena itu, berharganya waktu harus benar-benar diperhatikan. Waktu akan terus berjalan meskipun aktivitas bisnis kita berhenti sementara akibat sesuatu hal. Dan itu artinya jatah waktu 24 jam kita telah terkurangi dari kapasitas yang tersedia.
Mengapa ada sebagian pelaku bisnis yang sampai harus melemburkan karyawannya? Hal itu karena bisnis memiliki variabel waktu yang perlu kita imbangi. Sebagaimana teori Einstein, bahwa waktu itu relatif. Maka demikian halnya dengan bagaimana bisnis mengelola waktunya untuk beroperasi hingga bertransformasi.
Langkah PreventifÂ
Langkah preventif semisal preventive maintenance memegang peranan penting dalam menjaga waktu agar berada pada rentang maksimalnya. Yang dimaksud dengan maintenance disini tidak semata terkait dengan memperbaiki alat, mesin, atau sejenisnya. Tetapi juga memelihara hal-hal lain yang berpotensi menciptakan breakdown dan berhenti beroperasinya operasional sebuah bisnis.
Terlepas dari besar kecilnya bisnis tersebut, kepedulian terhadap detail kecil yang terkait dengan operasional bisnis penting untuk dilakukan. Jikalau detail kecil tersebut diabaikan maka kita mesti waspada suatu saat ketika kita lengah hal itu akan "menghukum kita". Apakah seseorang yang berjalan itu tersandung kerikil kecil atau batu berukuran besar?
Memahami sepenuhnya apa yang kita lakukan itu perlu. Mengetahui setiap rincian serta melihat setiap jengkal pekerjaan dalam sebuah bisnis merupakan sikap yang harus dimiliki oleh para pelaku bisnis. Meskipun sejatinya hal itu tidak harus dilakukan sendiri.
Lantas bagaimana caranya mengontrol semuanya padahal cakupannya sangat luas? Dalam hal inilah diperlukan suatu sistem. Mengapa bisnis yang semakin besar umumnya membutuhkan sumber daya (khususnya) manusia yang lebih banyak? Salah satunya adalah agar mampu menjadi "wakil" dari si empunya bisnis untuk memantau segala lini tersebut.
Availability adalah tentang pentingnya merancang langkah-langkah preventif sehingga sesuatu yang menyebabkan hilangnya waktu produktif tidak sampai terjadi.
Availability bukan tentang bagaimana menanggulangi downtime. Namun lebih kepada kita sebagai pelaku bisnis menciptakan situasi agar downtime tersebut tidak pernah terjadi. Atau kalaupun terjadi maka penangannya bisa cepat sehingga kejadiannya tidak berlarut-larut.
Sehingga para pelaku bisnis harus bisa melihat lebih jauh beberapa kedepan terkait potensi-potensi apa saja yang muncul atau terjadi terhadap pengelolaan lini bisnisnya. Hal itu bisa diperoleh melalui pengalaman dari segala dinamika yang terjadi pada bisnisnya masing-masing ataupun dari peristiwa yang dialami oleh bisnis yang lain.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H