Sebuah proyek besar diluncurkan oleh pemerintah Arab Saudi yang berencana untuk menghadirkan Virtual Reality (VR) dari kiblat umat Islam seluruh dunia, Ka'bah Masjidil Haram, di metaverse.
Sontak hal ini pun langsung menuai respon dari berbagai kalangan khususnya terkait kemungkinan adanya pemberlakuan ibadah haji secara virtual tapa harus mendatangi lokasi tempat suci tersebut.
Namun, hal itu langsung menuai kritik salah satunya dari salah satu lembaga keagamaan di Turki (Diyanet) bahwa ibadah haji di metaverse tidak mungkin terjadi. Karena syarat utama dari ritual ibadah ini adalah keberadaan langsung dari yang bersangkutan di tanah suci Mekah guna menunaikan setiap ritual yang menjadi syarat dari rukun Islam kelima ini.
Sebenarnya, gagasan terkait peluncuran metaverse situs suci dunia Islam ini tidak selalu harus dimaknai bahwa ibadah haji akan "beralih" ke realitas virtual. Akan tetapi kita justru bisa memandangnya sebagai kesempatan untuk melihat kiblat umat Islam terebut langsung dari dekat meskipun belum berkesempatan langsung untuk bertamu kesana.
Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu syarat untuk menunaikan ritual ibadah haji adalah mampu. Terutama menyangkut urusan finansial ekonomi. Belum lagi apabila kita membicarakan mengenai antrian keberangkatan. Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk bisa menunaikan ibadah ini.
Sehingga, kesempatan yang paling cepat tentu dengan melaksanakan umroh yang sayangnya biayanya juga tidak bisa dibilang murah.
Jikalau hasrat kita adalah sekadar ingin merasakan sensasi bersua dengan situs paling dihormati oleh umat Islam tersebut maka bisa jadi Ka'bah metaverse ini menjadi alternatif solusi. Apalagi pihak pemerintah Arab Saudi juga menjanjikan kemungkinan untuk melihat situs-situs lain yang juga cukup memiliki peran penting dalam kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW beserta sahabat pada masa-masa awal peradaban Islam disana.
Sehingga apabila tujuan utamanya adalah sekadar untuk berwisata, melihat situs-situs sejarah, atau merasakan sensasi berkunjung ke tempat-tempat penting di Arab Saudi maka tidak ada salahnya untuk mengunjunginya via metaverse. Yang seharusnya tidak memerlukan biaya lebih tinggi dibandingkan ketika kita harus berkunjung kesana secara langsung.
Kalaupun nantinya metaverse tersebut dijanjikan akan menyerupai kondisi yang sebenarnya, dimana kita akan bisa melihat detail penampakan atau bahkan mencium harum wangi situs yang dikunjungi tetap saja hal itu merupakan sebuah proyeksi virtual yang memiliki perbedaan dibandingkan saat kita berada disana secara langsung. Tapi setidaknya hal itu masih lebih nyata ketimbang kita melihatnya dari angan-angan atau layar kaca televisi.
Metaverse memang menghadirkan begitu banyak kemungkinan. Namun jangan sampai hal itu sampai dimaksudkan untuk mengakali tatacara beribadah sebagaimana yang sudah digariskan sebelumnya. Sebuah ibadah memiliki nilai istimewa salah satunya adalah karena peluh, penat, dan beratnya perjuangan untuk melakukannya.
Terlebih apabila maksud kita adalah untuk menunaikan ibadah baik itu haji ataupun umroh. Maka niatan untuk datang kesana benar-benar harus diperkuat. Karena bagaimanapun juga setiap aktivitas ibadah memiliki syarat sahnya masing-masing. Disamping tentunya akan terasa lebih afdhol tatkala kita menjalaninya dalam realitas.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H