Saat mengunjungi retail modern atau beberapa pusat keramaian lain tidak jarang kita menjumpai petugas parkir yang biasanya adalah warga biasa tanpa atribut organisasi tertentu yang mewadahinya. Mereka adalah orang-orang sekitar yang menawarkan jasa pelayanan jaga parkir kendaraan milik para pengunjung yang datang.
Meskipun terkadang mereka ini disebut sebagai jukir liar tapi tidak sedikit diantaranya yang memang berdedikasi dalam menunaikan tugas. Memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi para pemilik kendaraan untuk memarkirkan atau menyeberangkan jalan selepas keluar dari tempat yang dikunjungi.
Saat seorang pengunjung mengalami kesulitan untuk mengeluarkan kendaraannya akibat terhalang oleh kendaraan milik orang lain, jukir ini tampil sebagai "penyelamat" yang mengomandoi sekaligus mengambil tindakan agar pengunjung bersangkutan bisa keluar dari kesulitannya.
Hanya saja, di beberapa tempat mungkin kita bersua dengan jukir yang terkesan duduk-duduk saja dan hanya senang menerima uangnya saja sedangkan pelayanannya sangat minimalis.Â
Ketika si pengunjung tengah sibuk mengeluarkan kendaraannya dari parkiran, ternyata si jukir hanya melongok memperhatikan seperti semua masih baik-baik saja.
Demikian pula tidak ada aba-aba untuk mengarahkan maju mundur atau setop kendaraan saat ada kendaraan lain yang berpapasan. Bagi si pemilik kendaraan hal ini menjadi terasa tidak sepadan dengan uang yang mereka berikan pada si jukir.Â
Biarpun itu hanya sekadar uang receh yang nominalnya kecil. Lain halnya saat si jukir tampak antusias membantu para pengguna parkir.
Sebenarnya masih cukup banyak pelayanan publik yang dilakukan oleh warga selain jasa parkir kendaraan. Ada yang menjadi juru kemacetan yang tampil saat ada momen-momen kemacetan pasca terjadi kecelakaan, mobil mogok, dan lain-lain yang mana biasanya ada beberapa orang mengambil alih komando untuk mengatur jalannya kendaraan di jalanan.
Selain itu, ada juga "petugas" penyeberang jalan yang melayani dengan memberikan ruang bagi pemilik kendaraan yang ingin menyeberang dari satu sisi ke sisi jalan yang lain. Mereka menghentikan laju sebagian kendaraan untuk memberikan jalan bagi kendaraan yang lain.
Beberapa pekerjaan informal memang terlihat sepele, padahal ada kontribusi yang besar disana khususnya bagi para pemilik kendaraan yang berkepentingan untuk melakukan aktivitas melalui jalanan atau tempat-tempat lain yang memerlukan pengondisian.
Keberadaan mereka ini sebenarnya sah-sah saja karena situasi terkadang memang membutuhkan. Akan tetapi, para pekerja informal tersebut tetaplah tidak boleh berbuat semaunya dalam "bertugas".Â
Karena bagaimanapun juga saat mereka memilih untuk "terjun" dengan jasanya tersebut hal itu berarti bahwa pelayanan mesti diberikan dengan sebagaimana mestinya.
Para pengguna parkiran tentu ingin kendaraannya benar-benar aman, dipermudah saat memarkir atau mengeluarkan kendaraaan, dan sejenisnya. Ketika situasi sebaliknya yang terjadi tentu hal itu akan menjadi masalah dan memantik kekecewaan. Terlebih ketika si jukir hanya angkat tangan saat terjadi masalah.
Sama halnya dengan beberapa pekerjaan informal lain yang mana ketika ada "pemberlakuan" tarif disana maka perlu adanya imbal balik yang sepadan atas hal itu. Para pengguna parkir, para penyeberang jalan, dan sebagainya adalah sebagian dari pengguna jasa informal yang tentu berharap memperoleh layanan semestinya untuk uang yang mereka bayarkan.
Lain urusan apabila uang kompensasi untuk para pekerja informal diberikan dengan maksud berderma. Sebatas memberi tanpa berharap pamrih untuk dilayani. Tapi justru karena itulah para pelaku pekerjaan informal harus lebih mawas diri dengan apa yang mereka kerjakan.Â
Bahwa apa yang mereka lakukan meskipun terkesan sederhana tapi pada dasarnya selalu ada tanggung jawab yang mesti ditunaikan dengan sebaik-baiknya.
Salam hangat,
Ash
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H