Beberapa hari terakhir ini publik, khususnya para pecinta komik, dikejutkan dengan kemunculan serial komik Superman terbitan DC Comic yang mengusung "tema" tentang sisi lain pahlawan super tersebut yang digambarkan sebagai seorang biseksual.
Biseksual sendiri sebagaimana definisi umumnya adalah seseorang yang mengalami ketertarikan emosional, romantis, dan/atau seksual dengan lebih dari satu jenis kelamin. Biseksual sendiri merupakan "bagian" dari LGBT yang belakangan memang berupaya masif untuk mendapatkan pengakuan dari khalayak.
Tak ayal berbagai kecaman pun dilancarkan, terutama dari para tokoh tanah air yang memang dengan tegas menolak eksistensi dari LGBT ini. Hal ini juga sekaligus ironis mengingat keberadaan Superman selama ini dinilai sebagai sosok yang benar-benar cowok, lelaki sejati, dan jauh dari predikat LGBT.
Superman diidolakan oleh banyak orang, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Sehingga gambaran perihal Superman "baru" yang memiliki orientasi seks "menyimpang" lebih layak disebut aneh ketimbang disebut apresiasi atas hak asasi seksualitas.
Bahkan kalau boleh dikaitkan dengan asal usul Superman yang tidak lain adalah ras alien, maka LGBT itu sendiri bisa disebut sebagai "alien" terhadap norma agama, "alien" terhadap fitrah manusia yang diciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, serta yang lebih khusus yaitu "alien" terhadap adat ketimuran bangsa kita.
Meskipun Superman bukan karya orang Indonesia, namun image-nya yang cenderung populer di tanah air jelas menjadi kabar yang kurang mengenakkan. Seakan-akan kelompok LGBT ini ingin menempuh beragam cara agar diakui eksistensinya. Bukan hanya mainan "Pop It" dan pelangi yang turut menjadi "korban" atas klaim simbol LGBT, kini sosok populer seperti Superman pun merasakan hal yang sama.
Bukan tidak mungkin upaya serupa akan terus digalakkan oleh kalangan pro LGBT dari berbagai sisi melalui beragam cara. Gempuran pemahaman yang menginginkan LGBT dipandang sama rata akan menjadi misi besar dimana kita dan anak-anak kitalah yang menjadi sasarannya.
Yang terlanjur mengagumi Superman entah akan berfikiran apa pasca terbitnya edisi kontroversial cerita komik superhero tersebut. Apakah mahfum dengan cerita yang ada? Atau menolak dengan tegas "pemlintiran" karakter dari sang pahlawan super.
Memang bukan sosok Clark Kent yang diceritakan sebagai biseksual, melainkan Jon Kent sang putra dari Superman dengan love interest-nya Lois Lane. Meski gambaran biseksual itu disematkan pada karakter yang bukan merupakan Superman yang "asli", tapi secara keseluruhan kemasan tentang LGBT dalam kisah superhero terkesan begitu dipaksakan yang menjadikan kisah superhero tidak selayaknya superhero sebagaimana mestinya. Terkecuali menjadi superhero bagi kaum LGBT.
Propaganda itu masih akan terus berlanjut.
Salam hangat,
Ash
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H