Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pola Penjadwalan untuk Tipe Proses Produksi "Make to Order" dan "Make to Stock"

23 September 2021   15:27 Diperbarui: 29 September 2021   18:21 1860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjadwalan produksi adakalanya perlu mempertimbangkan strategi proses produksinya | Sumber gambar : siemens.com

Ada beberapa variasi proses produksi yang dapat diadopsi sebagai strategi pemenuhan order dari konsumen. Diantaranya yaitu Assemble to Order (ATO), Engineer to Order (ETO), Make to Order (MTO), dan Make to Stock (MTS). Namun dari beberapa strategi tersebut MTO dan MTS lebih sering diperbandingkan satu sama lain.

Mungkin karena kedua jenis strategi tersebut merupakan yang paling sering diterapkan oleh sebagian besar pelaku bisnis khususnya yang bergerak di bidang manufaktur.

Dalam kaitannya dengan pengelolaan penjadwalan produksi, MTO menitikberatkan pelaksanaan proses produksi apabila sudah ada konfirmasi pesanan dari konsumen. Konfirmasi terkait jalan atau tidaknya produksi adalah berdasarkan ada tidaknya order yang diterima.

Sedangkan untuk MTS sendiri lebih mengedepankan level ketersediaan stok untuk mengonfirmasi apakah suatu proses produksi perlu dijalankan atau tidak. MTS berkepentingan agar stok produk selalu tersedia dalam situasi dan kondisi apapun.

Perbedaan ini mengharuskan pemilahan tersendiri tatkala menyusun penjadwalan produksi. Karena landasannya berbeda maka penyusunan jadwalnya pun perlu menyesuaikan.

Penjadwalan produksi yang mengacu pada MTO adalah memberikan jumlah sebagaimana yang diminta pada order tersebut. Tentu dengan allowance yang wajar agar hasil akhir produk tidak menyimpang jauh dari permintaan. Angka yang dijadwalkan lebih jelas seiring angka permintaan yang ada lebih pasti.

Kalau jumlah permintaannya sebanyak 10 buah, maka yang diproduksi adalah 10 buah juga plus minus allowance. Demikian halnya saat permintaannya 100, 1000, dan seterusnya. Produksi baru dijadwalkan beroperasi tatkala angka-angka tersebut sudah dikonfirmasi dan selanjutnya akan diproduksi sesuai permintaan.

Sementara itu, penjadwalan produksi yang mengacu pada MTS memiliki pertimbangan yang sedikit berbeda dari MTO.

Penjadwalan produksi adakalanya perlu mempertimbangkan strategi proses produksinya | Sumber gambar : siemens.com
Penjadwalan produksi adakalanya perlu mempertimbangkan strategi proses produksinya | Sumber gambar : siemens.com

Penjadwalan MTS

Meskipun bertujuan untuk menjaga ketersediaan stok secara terus-menerus, strategi MTS tidak serta merta membuat proses produksi harus dijadwalkan beroperasi tanpa henti. Adakalanya juga untuk dilakukan penyesuaian apabila level stok yang diinginkan sudah tercapai.

Misalnya suatu item produk mempunyai level stok 150 unit. Ketika level stok di gudang masih belum menyentuh angka tersebut maka produksi akan terus dijadwalkan beroperasi. Bisa jadi meskipun produksi dilakukan setiap hari tapi ada penjualan barang juga setiap harinya. Apabila dalam satu hari kerja sebuah proses produksi mampu menghasilkan 75 unit produk maka diperlukan waktu 2 hari untuk memenuhi level stok yang diminta.

Akan tetapi, ketika setiap harinya ada pengeluaran produk dengan jumlah 25 unit tentu waktu 2 hari tidak akan cukup. Produksi akan dijadwalkan lebih lama ketika angka penjualan barangnya terus "menggerus" level stok yang ada. Ini untuk satu jenis produk saja. Jikalau varian produknya lebih dari satu maka kompleksitas perlakuannya akan meningkat. Terlebih jikalau hal itu hanya di-cover oleh satu alat bantu/mesin produksi saja.

Penjadwalan produksi akan mulai menemukan dilema tatkala terdapat 2 atau lebih produk yang saling "bersaing" untuk dipenuhi level stoknya. Memilih salah satu tentu bukanlah cara terbaik untuk memenuhi permintaan produk dari sebuah bisnis. Sehingga perlu ada persiapan untuk mengantisipasi terjadinya hal ini.

Oleh karena itulah perihal penjadwalan produksi ini juga memiliki keterkaitan dengan rencana produksi agregat atau agregate planning. Yang mana hal itu nantinya akan memungkinkan kita untuk membaca estimasi kebutuhan atas sumber daya yang dimiliki saat ini apakah sudah mampu men-cover permintaan atau tidak.

Apakah perlu melakukan investasi sumber daya baru seperti menambah mesin, merekrut pekerja, ataukah cukup dengan menambah jam kerja saja, mengatur level stok produk, dan lain-lain.

Mendesain Level Stok

Penentuan level stok bisa berbeda satu sama lain antar setiap pelaku bisnis. Yang terpenting untuk diperhatikan adalah membaca laju pergerakan produk dalam setiap periode waktu tertentu. Terkadang ada hari-hari dimana penjualan terjadi cukup banyak. Sedangkan pada hari-hari yang lain relatif sepi.

Dinamika ini perlu diolah sedemikian rupa sehingga bisa dibaca polanya. Yang pada akhirnya memungkinkan kita untuk melihat pada level berapakah stok suatu barang berapa pada titik optimalnya. Tidak terlalu sedikit, namun juga tidak kebanyakan.

Stok yang ada mampu mencukupi kebutuhan sampai dijadwalkannya produksi selanjutnya. Disisi lain stok tersebut juga tidak butuh waktu lama mengendap di ruang penyimpanan.

Pendekatan harus dilakukan satu per satu untuk setiap jenis produk mengingat karakteristiknya yang berbeda juga satu sama lain. Mau tidak mau hal ini memang harus dilakukan apabila ingin memastikan perlakuan yang sesuai untuk masing-masing jenis produk, yang pada akhirnya akan berdampak juga pada pola penjadwalan yang dilakukan.

Salam hangat,

Ash

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun