Apabila order atau permintaan merupakan titik awal dari perjalanan sebuah bisnis, maka forecasting atau peramalan merupakan salah satu pintu masuknya. Forecasting memberikan kisi-kisi tentang apa saja yang perlu dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum permintaan sebenarnya masuk.
Setidaknya ada tiga hal yang penentuannya tergantung dengan data forecasting ini, yaitu rencana kapasitas operasional, desain sistem penunjang, dan penjadwalan operasi.
Apakah kapasitas yang ada saat ini sudah cukup mampu mengakomodasi potensi load bisnis selama beberapa waktu mendatang? Apakah desain sistem operasi sudah bisa mengakomodir ragam varian permintaan yang muncul? Apakah sumber daya penunjang mulai dari peralatan, SDM, hingga bahan baku sudah bisa dikondisikan sebagaimana seharusnya?
Beberapa pertanyaan tersebut tentu tidak akan terjawab dengan sendirinya apabila tidak memiliki landasan yang cukup bisa dipercaya. Dan landasan itu tentunya harus berasal dari data kondisi real yang dipotret potensinya sehingga mampu memberikan gambaran situasi dan kondisi yang mendekati kenyataan.
Forecasting sebagai salah satu tool yang bisa diberdayakan untuk membantu hal itu mampu mengulik kisi-kisi dari potensi yang terjadi pada masa depan dengan mendasarkannya pada beberapa rekam data historis yang dikumpulkan sendiri beberapa waktu sebelumnya atau berdasarkan informasi dari pihak ketiga.
Aspek Penting "Forecasting"
Menerawang masa depan menggunakan metode peramalan atau forecasting diharapkan mampu memberikan keuntungan sedini mungkin bagi para pelaku bisnis. Akan tetapi, sebelum memulai untuk melakukan kalkulasi forecasting guna memperoleh hasil peramalan terbaik maka setiap pelaku bisnis perlu tahu dan memahami beberapa hal penting ini agar supaya proses kalkulasi yang dilakukan nantinya bisa memberikan hasil yang kredibel.
Adapun aspek-aspek tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan Data Sebenarnya
Data terbaik yang menjadi acuan untuk meramal sesuatu hal adalah data rekaman dari sesuatu tersebut pada masa lalu.Â
Ketika kita ingin mengetahui prospek penjualan produk di masa depan maka kita harus menjadikan histori penjualan tersebut di masa lalu sebagai landasan. Bukan data dari produk lain atau terlebih menggunakan data random sebagai acuan.
2. Membiarkan Data Berbicara Apa Adanya
Data memiliki karakternya masing-masing. Ia berbicara apa adanya terkait kondisi yang ia alami pada setiap periode waktu. Data menceritakan kepada kita tentang detail sesuatu yang perlu kita tangkap sebagaimana maksud yang ada. Bukan memahaminya sebagaimana keinginan atau asumsi kita.
Tidak perlu bagi kita untuk melakukan modifikasi terhadap sebuah data agar data tersebut terlihat baik, masuk akal, teratur, dan sejenisnya. Hal itu justru akan mengacaukan otentisitas data yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kualitas hasil kalkulasi forecasting yang dilakukan.
3. Memperhatikan Pola Histori Data
Terkadang kita menganggap data sebagai sesuatu yang abstrak, acak, dan tidak memiliki makna apapun. Namun, belakangan kita semakin paham bahwa data merupakan harta karun tersembunyi yang menyimpan potensi luar biasa apabila dipahami dengan baik oleh penggunanya.
Jika ditelaah dan dieksplorasi lebih jauh sebenarnya setiap data itu menyimpan rekam jejak aktivitas suatu entitas seperti bisnis, pribadi, dan sebagainya. Yang terkadang si "produsen" data tersebut sendiripun bisa jadi tidak memahami maksudnya.
Namun, setelah ditata sedemikian rupa sehingga akhirnya terlihat suatu pola tertentu yang mengesankan sesuatu yang unik. Demikian halnya data histori yang menjadi rujukan forecasting juga memiliki kecenderungan serupa. Yang nantinya akan bisa dijadikan sebagai acuan untuk memilih metode peramalan yang tepat.
Apabila ketiga hal tersebut sudah dipahami dengan baik maka untuk melakukan proses kalkulasi akan menjadi lebih terarah dan lebih objektif dalam menangkap proyeksi yang didapatkan dari proses forecasting.