Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Peran "Forecasting" dan Alasan Mengapa Sebagian Pelaku Bisnis Terlambat Menyadari Perubahan

13 September 2021   15:00 Diperbarui: 14 September 2021   07:01 2016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah-kisah perjalanan korporasi besar yang lantas gulung tikar sudah beberapa kali kita dengar.

Perusahaan raksasa yang dulunya begitu digdaya seolah tiba-tiba hilang tiada. Bak mati ditelan bumi. Mereka tersingkir oleh para pesaing yang lebih cepat menyadari terjadinya perubahan, atau lebih tepatnya "sadar diri" terhadap perkembangan zaman.

Kodak yang begitu yakin dengan produk kebanggaannya, rol film, menutup diri dari masa depan akan potensi kehadiran kamera digital. Sesuatu yang pastinya di kemudian hari mereka sesali sebagai sebuah kesalah besar.

Begitupun dengan raksasa handphone seperti Nokia yang dulu begitu digdaya namun kini seolah bukanlah siapa-siapa dan hanya menyisakan produk nostalgia.

Pada suatu titik tertentu para "mantan" raksasa itu mungkin mengabaikan pergeseran zaman (shifting) yang terjadi dan baru menyadari setelah semua sudah terlambat. Padahal petunjuk mengenai hal itu bisa jadi sudah ada sejak lama namun masih tampak kabur sehingga sangat sedikit yang menyadari keberadaannya.

Salah satu petunjuk tersebut seharusnya bisa dilihat dari angka peramalan (forecasting) penjualan produk. Mungkinkan korporasi sebesar Kodak ataupun Nokia tidak memiliki data forecasting dalam pengelolaan proses bisnisnya? Rasa-rasanya hal itu hampir mustahil.

Lantas, apakah keberadaan forecasting tersebut tidak bisa membaca "gerak-gerik" data permintaan yang cenderung menurun?

Seharusnya bisa. Pihak manajemen Kodak sendiri tentunya menyadari angka penjualan produk mereka terus mengalami penurunan dibalik semakin populernya fotografi digital.

Namun sepertinya waktu itu mereka ingkari sembari berharap bahwa angka penjualan produk mereka akan kembali merangkak naik. Tapi realitasnya ternyata tidaklah seperti itu.

Pun demikian dengan Nokia yang sepertinya juga terlalu arogan untuk mengakui bahwa produk mereka sudah ketinggalan zaman.

Ramalan yang Menjadi Kenyataan

Angka penjualan produk-produk Nokia dan Kodak terus mengalami penurunan sebelum mencapai puncak keterpurukan. Hanya saja data-data itu justru dipandang secara berbeda oleh beberapa top eksekutif perusahaan.

Bagi mereka, angka penjualan yang menurun hanyalah sekadar kegagalan tim pemasaran. Padahal dibalik hal itu ada petunjuk penting yang seandainya disadari lebih cepat barangkali akan mampu menyelamatkan mereka.

Peramalan atau forecasting sebenarnya cukup membantu sebuah korporasi untuk memperkirakan potensi produk mereka dimasa depan. Entah itu dalan kurun waktu beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun. Prediksi jangka pendek, jangka menengah, hingga jangka panjang mampu diakomodir oleh beberapa metode forecasting sehingga kondisi naik turunnya sebuah bisnis seharusnya bisa dideteksi sejak dini.

Apa yang terjadi di tubuh Kodak, Nokia, dan beberapa peerusahaan lain yang produknya tergerus oleh zaman bisa jadi merupakan bentuk kegagalan dari fungsi forecasting atau bisa juga merupakan bentuk kealpaan terhadap petunjuk yang disampaikan oleh forecasting. Bagaimanapun juga, forecasting hanyalah sebuah alat yang powerful atau tidaknya akan sangat ditentukan oleh penggunanya.

Apakah angka penjualan yang terus menurun akan ditunjukkan dalam kalkulasi forecasting dengan informasi yang sebaliknya? Tidak. Kalkulasinya tentu akan menunjukkan angka yang lebih kecil dari periode sebelumnya. Angka inilah yang selanjutnya menjadi patokan untuk bersikap. Memilih untuk abai atau sebaliknya mawas diri dengan keadaan.

Ketika proyeksi yang dilakukan oleh forecasting menunjukkan kondisi yang tidak diharapkan maka yang sepatutnya dilakukan adalah menjalankan strategi baru untuk bisa memperbaiki kondisi tersebut. Karena tatkala hal itu dibaikan maka bisa jadi ramalan yang tidak diinginkan tersebut akan menjadi kenyataan.

Keterbatasan "Forecasting" Membaca Masa Depan

Forecasting hanyalah suatu upaya untuk "menebak" masa depan yang sejatinya masih menjadi misteri yang tidak akan pernah diketahui secara pasti oleh siapapun. Sehingga ketika tebakan tersebut hasilnya hanya sekadar mendekati kenyataan saja maka hal itu bisa dibilang sudah cukup baik. Semakin dekat dengan kenyataannya maka semakin baik. Begitupun sebaliknya.

Perlu kita ketahui bahwa forecasting sebenarnya juga memiliki keterbatasan dalam penggunaan. Semakin panjang rentang waktu yang diperkirakan maka hasilnya semakin jauh dari akurat mengingat begitu dinamisnya perubahan yang terjadi. Yang mengharuskan forecasting harus terus diperbarui dari waktu ke waktu.

Sayangnya, rentang jangkauan forecasting yang terbatas itu terkadang justru memberikan waktu yang cukup singkat bagi para pelaku bisnis untuk memutar arah kemudinya. Tak ayal mereka pun seperti kapal Titanic yang menabrak gunung es setelah tidak memiliki cukup waktu untuk membelokkah arah kemudinya menuju sisi yang lebih aman.

Dibutuhkan sebuah kepekaan untuk memahami forecasting agar tidak sampai salah langkah. Petunjuk-petunjuk minor yang disampaikan dalam kalkulasi sebisa mungkin ditelaah dan dikaji lebih jauh untuk mendapatkan petunjuk yang lebih jelas. Saat angka penjualan Kodak terus menurun, seharusnya hal itu menjadikan Kodak bertanya banyak hal. Namun justru hal itu tidak mereka lakukan.

Seandainya hasil kalkulasi jangka panjang, jangka menengah, sampai jangka pendek forecasting memotret indikasi ketidakberesan maka para pelaku bisnis harus lebih responsif terhadap hal itu. Melakukan kroscek dari berbagai sisi untuk menganalisa apakah hal itu sesuatu yang sederhana ataukah sebuah pentunjuk penting untuk ditindaklanjuti.

Jangan sampai mengulang sikap manajemen Kodak dan Nokia yang akhirnya justru menyesal sampai hari ini. Sebagai pelaku bisnis kita seharusnya lebih "ngeh" terhadap segala petunjuk yang ada meski sekecil apapun itu. Terlebih saat ini kita memasuki periode puncak disrupsi yang menjadikan banyak hal-hal lama seperti tidak relevan dan ketinggalan zaman.

Seharusnya hal ini menjadi suatu pelajaran berharga dan menjadikan kita sadar untuk memanfaatkan segala sumber daya demi mengulang nasib tragis serupa. Dengan forecasting adalah salah satunya.

Salam hangat,

Ash

***

Refferensi :

[1]; [2]; [3]; [4]; [5]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun