Angka penjualan produk-produk Nokia dan Kodak terus mengalami penurunan sebelum mencapai puncak keterpurukan. Hanya saja data-data itu justru dipandang secara berbeda oleh beberapa top eksekutif perusahaan.
Bagi mereka, angka penjualan yang menurun hanyalah sekadar kegagalan tim pemasaran. Padahal dibalik hal itu ada petunjuk penting yang seandainya disadari lebih cepat barangkali akan mampu menyelamatkan mereka.
Peramalan atau forecasting sebenarnya cukup membantu sebuah korporasi untuk memperkirakan potensi produk mereka dimasa depan. Entah itu dalan kurun waktu beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun. Prediksi jangka pendek, jangka menengah, hingga jangka panjang mampu diakomodir oleh beberapa metode forecasting sehingga kondisi naik turunnya sebuah bisnis seharusnya bisa dideteksi sejak dini.
Apa yang terjadi di tubuh Kodak, Nokia, dan beberapa peerusahaan lain yang produknya tergerus oleh zaman bisa jadi merupakan bentuk kegagalan dari fungsi forecasting atau bisa juga merupakan bentuk kealpaan terhadap petunjuk yang disampaikan oleh forecasting. Bagaimanapun juga, forecasting hanyalah sebuah alat yang powerful atau tidaknya akan sangat ditentukan oleh penggunanya.
Apakah angka penjualan yang terus menurun akan ditunjukkan dalam kalkulasi forecasting dengan informasi yang sebaliknya? Tidak. Kalkulasinya tentu akan menunjukkan angka yang lebih kecil dari periode sebelumnya. Angka inilah yang selanjutnya menjadi patokan untuk bersikap. Memilih untuk abai atau sebaliknya mawas diri dengan keadaan.
Ketika proyeksi yang dilakukan oleh forecasting menunjukkan kondisi yang tidak diharapkan maka yang sepatutnya dilakukan adalah menjalankan strategi baru untuk bisa memperbaiki kondisi tersebut. Karena tatkala hal itu dibaikan maka bisa jadi ramalan yang tidak diinginkan tersebut akan menjadi kenyataan.
Keterbatasan "Forecasting" Membaca Masa Depan
Forecasting hanyalah suatu upaya untuk "menebak" masa depan yang sejatinya masih menjadi misteri yang tidak akan pernah diketahui secara pasti oleh siapapun. Sehingga ketika tebakan tersebut hasilnya hanya sekadar mendekati kenyataan saja maka hal itu bisa dibilang sudah cukup baik. Semakin dekat dengan kenyataannya maka semakin baik. Begitupun sebaliknya.
Perlu kita ketahui bahwa forecasting sebenarnya juga memiliki keterbatasan dalam penggunaan. Semakin panjang rentang waktu yang diperkirakan maka hasilnya semakin jauh dari akurat mengingat begitu dinamisnya perubahan yang terjadi. Yang mengharuskan forecasting harus terus diperbarui dari waktu ke waktu.
Sayangnya, rentang jangkauan forecasting yang terbatas itu terkadang justru memberikan waktu yang cukup singkat bagi para pelaku bisnis untuk memutar arah kemudinya. Tak ayal mereka pun seperti kapal Titanic yang menabrak gunung es setelah tidak memiliki cukup waktu untuk membelokkah arah kemudinya menuju sisi yang lebih aman.
Dibutuhkan sebuah kepekaan untuk memahami forecasting agar tidak sampai salah langkah. Petunjuk-petunjuk minor yang disampaikan dalam kalkulasi sebisa mungkin ditelaah dan dikaji lebih jauh untuk mendapatkan petunjuk yang lebih jelas. Saat angka penjualan Kodak terus menurun, seharusnya hal itu menjadikan Kodak bertanya banyak hal. Namun justru hal itu tidak mereka lakukan.