Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Cara Kerja "Prod Plan" Mengerek Profitabilitas Bisnis

6 September 2021   10:10 Diperbarui: 7 September 2021   07:51 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perencanaan produksi atau prod plan ada karena urgensi untuk melakukan pengelolaan produksi yang memiliki kompleksitas cukup tinggi. Bagaimanapun juga, sebuah proses produksi berjalan karena adanya keterlibatan beberapa rantai informasi, instruksi, kepentingan, target, dan sejenisnya. 

Semua hal itu disyaratkan untuk saling "memahami" satu sama lain sehingga didapatkan titik pelaksanaan paling optimal dari semuanya. Dimana kepentingan satu pihak haruslah tidak sampai merugikan kepentingan pihak yang lain.

Pro Plan diharapkan menemukan titik temu terbaik (tradeoff) dari semuanya agar semua kepentingan terakomodasi secara optimal. Dengan demikian hal itu akan menempatkan kepentingan organisasi sebagai yang paling utama.

Keberadaan prod plan memungkinkan beberapa potensi waste untuk diminimalisir. Hal-hal seperti waktu tunggu tanpa adanya nilai tambah (waiting), kelebihan jumlah produksi (over production), dan lain-lain akan mampu direduksi apabila "tata letak" perencanaan produksinya dilakukan secara tepat.

Terkadang ada beberapa item yang perlu dijalankan berurutan dengan beberapa item lain. Dilakukan pengelompokkan berdasarkan karakteristik tertentu yang dimiliki oleh suatu produk. Mungkin secara dimensi, ukuran, berat, dan sejenisnya. Sehingga dengan pengelompokan tersebut maka jeda waktu setiap pergantian produksi antar item menjadi lebih cepat.

Di dunia industri, penghematan waktu satu detik saja bisa sangat berharga. Terlebih ketika hal itu terjadi di perusahaan-perusahaan berskala besar dengan tingkat operasi hampir 24 jam sehari, tujuh dari seminggu. 

Bagi industri yang masih berskala sedang sampai kecil, upaya ini merupakan bentuk pembiasaan yang baik dalam rangka menciptakan budaya produktif yang mampu mengerek profitabilitas.

Ambil contoh ada 6 jenis item produk dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain misalnya produk SS1, SS2, SS3, SS4, SS5, dan SS6. SS1 memiliki kesamaan terbanyak dengan SS4. Sementara SS2 relatif sama prosesnya dengan SS5. Dan SS3 lebih banyak kesamaan dengan SS6.

SS2 secara dimensi produk sangat jauh berbeda dengan SS4, sehingga akan butuh waktu lama untuk menyiapkan lini produksi saat pergantian item tersebut dibandingkan saat mengganti dari SS2 ke SS6. 

Pergantian item dari SS3 ke SS5 butuh waktu lebih singkat ketimbang saat diganti ke SS1. Dengan demikian prod plan haruslah dibuat untuk mengakomodasi dari setiap change over item-item tersebut dengan durasi waktu penyiapan yang paling singkat.

Sehingga urutan pengerjaannya pun akan menjadi SS1, SS4, SS3, SS6, SS2, SS4. Atau dibuatkan semacam klasifikasi dimana SS1 dan SS4 adalah kelompok A, SS3 dan SS6 adalah kelompok B, serta SS2 dan SS4 merupakan kelompok C. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun