Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Siasat Men-setting YouTube untuk Si Kecil yang Menolak Memakai "YouTube Kids"

30 Agustus 2021   10:06 Diperbarui: 30 Agustus 2021   14:46 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak bermain gawai| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Bagi para orangtua yang sudah memiliki buah hati, khususnya mereka yang masih balita mungkin terkadang menghadapi sebuah dilema tatkala anak tercintanya mulai menggemari tontonan di YouTube. Di satu sisi YouTube memang menawarkan beragam konten mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Lengkap.

Tentunya ada kekhawatiran bahwa si kecil akan secara sengaja atau tidak senagaj menonton konten yang tidak sesuai peruntukan umurnya. Sehingga tidak jarang para orangtua membatasi betul anak-anaknya untuk mengakses platform media sosial tersebut.

Kebetulan juga pihak YouTube sendiri sudah menghadirkan layanan aplikasi sejenis namun yang lebih ramah terhadap anak yaitu YouTube Kids. Konten-konten yang hadir di sana lebih spesifik menyasar segmen anak kecil sehingga para orangtua akan berkurang kekhawatirannya bahwa si kecil akan "tersesat" melihat tontonan yang tidak semestinya.

Akan tetapi, bagi sebagian orang yang buah hatinya terlanjur mengenal YouTube ketimbang YouTube Kids terkadang anak-anak kecil itu bisa jadi menolak menggunakan YouTube Kids sebagai media tontonannya. Termasuk bagi seorang anak kecil sekalipun. Dan hal ini dialami oleh salah seorang kerabat saya sendiri.

Sang buah hati menolak mentah-mentah ketika disodori YouTube Kids meskipun sebenarnya konten anak kecil yang terdapat di YouTube juga bisa disaksikan melalui YouTube Kids. 

Tapi yang namanya anak kecil kadangkala keras kepala juga. Memilih ngambek ketimbang harus menggunakan YouTube Kids. Sehingga daripada sang buah hati ngambek maka diizinkanlah sang buah hati untuk tetap melihat YouTube. Meskipun hal itu lantas menuntut perhatian lebih dari para orangtua agar anak-anaknya tidak sampai mengakses tontonan "haram".

Seperhatian apapun orangtua kepada buah hatinya tidak jarang pada momen-momen tertentu akan mengalami lepas pengawasan. Entah karena ingin ke kamar mandi, ke dapur, atau sekadar mengangkat telepon. 

Celah itulah yang tetap harus diwaspadai karena umumnya seorang anak kecil itu memiliki rasa penasaran tinggi terhadap sesuatu. Salah-salah yang kita khawatirkan sebagai orangtua yaitu anak-anak mengakses tontonan orang dewasa bisa saja terjadi.

Oleh karena itu, kita tetap perlu melakukan langkah antisipasi dan juga proteksi untuk mencegah kemungkinan tersebut agar jangan sampai terjadi. 

YouTube meskipun bukan YouTube Kids sebenarnya tetap bisa dikondisikan selayaknya platform video yang ramah pada anak-anak. Syaratnya, perlu adanya beberapa penyesuaian pada setting atau pengaturan YouTube yang hendak kita pakai tersebut.

YouTube haruslah dikondisikan agar lebih ramah bagi si kecil | Sumber gambar : id.theasianparent.com
YouTube haruslah dikondisikan agar lebih ramah bagi si kecil | Sumber gambar : id.theasianparent.com

Pengondisian Setting YouTube

Secara garis besar, akun YouTube yang kita izinkan untuk ditonton oleh si kecil hendaknya merupakan akun YouTube yang berbeda dengan milik kita selaku orangtua yang mungkin sama-sama menikmati tontonan di YouTube. 

Pembedaan ini perlu dilakukan mengingat algoritma YouTube yang memang merekomendasikan video berdasarkan riwayat tontonan sebelumnya.

Apabila akun YouTube yang kita tonton dan si kecil tonton merupakan akun yang sama maka jejak video yang kita tonton sangat mungkin akan juga bisa dilihat oleh si kecil yang umumnya memang penasaran dengan hal-hal baru. 

Seandainya ada orangtua yang pernah mengakses video "kategori dewasa" maka bisa dipastikan algoritma YouTube akan membaca jejak tersebut. Semakin banyak dan semakin sering suatu jenis konten diakses maka algoritma YouTube akan semakin banyak merekomendasikan tontonan sejenis kepda akun kita.

Oleh karena itu sebaiknya si kecil memang dibuatkan akun khusus mereka dan kita sebagi orangtua selanjutnya mengondisikan akun tersebut sedemikian rupa sehingga hanya men-subscribe kanal YouTube konten anak-anak serta hanya menonton video yang ramah anak. Terlebih ketika gawai yang dipergunakan oleh si kecil juga merupakan gawai yang kita pakai juga.

Sehubungan dengan hal itu maka kita sebagai orangtua perlu membuat pengaturan khusus pada aplikasi YouTube pada gawai yang nantinya akan dipakai juga oleh si kecil. Dan berikut ini merupakan tahapan-tahapan yang perlu kita lakukan.

Membuatkan akun email pada gmail khusus si kecil

Pada umumnya menonton YouTube di gawai khususnya akan diminta untuk melakukan register atau login menggunakan email gmail pengguna. Meskipun sebenarnya akses juga bisa dilakukan tanpa harus melakukan register atau login terlebih dahulu.

"Manfaat" dari melakukan login ini akan menjadikan kita lebih terfokus menonton pada hal-hal yang menjadi preferensi kita. Sehingga tampilan video pada layar tidak terkesan random saja seperti halnya ketika kita menikmati YouTube dengan tanpa akun.

Yang lebih penting, ketiadaan akun akan membuat si kecil mengakses YouTube tanpa batasan dan memungkinkannya untuk melihat apapun yang oleh argoritma sistem direkomendasikan untuk dilihat. 

Mungkin karena sedang trending atau sejenisnya. Padahal untuk urusan trending ini bisa jadi konten anak-anak sangat kecil kemungkinannya untuk tampil ke permukaan.

Akun email harus dibuatkan di gmail karena YouTube memang terkoneksi dengan platform email tersebut. Sehingga jika ingin membuat akun YouTube maka kita harus juga memiliki akun google atau dengan kata lain akun gmail.


Menambahkan akun email khusus si kecil pada gawai

Satu aplikasi YouTube di suatu gawai memungkinkan untuk dikelola menggunakan satu akun atau lebih. Yang mana salah satunya bisa diaktivasi bergantian satu sama lain. 

Jika kita baru menggunakan 1 jenis akun saja maka kita bisa menambahkan akun-akun yang lain untuk dipilih nantinya. Dalam hal ini kita lantas bisa memasukkan akun khusus bagi si kecil.

Apabila hanya ada satu gawai saja yang dipakai secara bergantian maka kita bisa mengaktivasi akun kita sendiri tatkala ingin menonton video YouTube. Sementara saat tiba "giliran" si kecil untuk menonton maka kita harus merubah akun YouTube kita terlebih dahulu menjadi akun versi si kecil.


Mengaktivasi akun khusus pada aplikasi YouTube

Ketika kita sudah berhasil membuatkan akun Google atau gmail khusus bagi si kecil maka secara otomatis akun tersebut juga akan terdaftar di YouTube dan tinggal menunggu untuk diaktivasi saja bergantian dengan akun-akun yang lain.

Ketika sedang mengaktivasi akun si kecil maka sebisa mungkin kita jangan sampai menggunakannya untuk searching konten video lain selain yang berkaitan dengan konten anak-anak. Karena algoritma sistem yang sedianya kita "isolasi" khusus untuk program tontonan si kecil akan "terkontaminasi" dengan video konten yang lain.

Lebih baik kita mengkroscek dulu setelan akun yang aktif adalah versi akun siapa sebelum mulai menonton acara YouTube. Agar akun yang memang diperuntukkan bagi si kecil tetap "steril" dari konten yang tidak sesuai umurnya.


Melakukan subscribe pada kanal YouTube anak-anak & searching video konten anak

Setelah pertama kali dilakukan aktivasi pada akun khusus si kecil maka kita sebagai orangtua harus berpegang teguh pada dua hal penting. Pertama, tonton video yang hanya ramah anak atau konten yang sesuai dengan umur si kecil. Kedua, subscribe hanya pada kanal YouTube yang menyajikan konten bagi anak-anak.

Kedua hal tadi memiliki fungsi untuk mengarahkan video rekomendasi YouTube pada akun si kecil agar hanya menampilkan konten-konten yang sesuai mereka. Semakin suatu akun YouTube diarahkan untuk konten anak-anak saja maka rekomendasi yang ditampilkan akan mengarah pada hal itu.


Mengaktifkan mode terbatas

Tahapan-tahapan sebelumnya sebenarnya sudah cukup mengarahkan tampilan video YouTube sesuai dengan yang kita inginkan. Yaitu yang ramah dan sesuai dengan usia si kecil. 

Meskipun begitu, kita tetap harus mengupayakan langkah proteksi lain sehingga tatkala ada konten video bagi orang-orang dewasa yang lolos dari filter tetap bisa dicegah dan tidak sampai ditonton oleh si kecil. Caranya yaitu dengan mengaktifkan "mode terbatas" pada aplikasi YouTube.

Kita bisa mengondisikan "restricted mode" ini pada menu "setelan" atau "setting" pada kun YouTube yang kita pakai. Disana kita bisa mengaktivasi mode tersebut atau mematikannya. 

Ketika mode tersebut diaktivasi maka semua akun YouTube yang dipakai dalam satu gawai yang sama akan mengalami pembatasan semua. Termasuk akun milik kita sendiri. Sehingga kita sebagai orangtua juga harus bersiap tidak bisa menyaksikan beberapa konten yang barangkali masuk dalam daftar blokir pada mode terbatas itu.

Jika tidak ingin akun kita turut terdampak karenanya maka kita bisa menggunakan gawai yang lain dan menyesuaikan pengaturannya.

Melalui siasat tersebut diharapkan tontonan YouTube pada gawai yang dipakai oleh si kecil bisa terkondisikan sedemikian rupa sehingga konten-konten yang disaksikan menjadi lebih relevan untuk dilihat.

Dengan segala upaya tersebut sejatinya kita sudah setahap lebih baik untuk melindungi anak-anak kita agar tidak terpapar oleh konten-konten yang tidak sesuai umur mereka. 

Hanya saja, sebisa mungkin kita tetap harus mendampingi mereka pada saat mulai menjelajah YouTube dengan segala tontonannya itu. Memberikan mereka pengarahan tentang nilai-nilai positif dan menghindari nilai-nilai negatif. Mengingat bisa jadi ada momen-momen khusus di salah satu konten video yang mempertontonkan sesuatu yang tidak semestinya sehingga perlu dikoreksi.

Sudah menjadi tugas setiap orangtua untuk memastikan anak-anaknya mendapatkan referensi pendidikan yang baik dalam proses tumbuh kembangnya. Serta untuk melindungi mereka dari setiap potensi kontaminasi pemahaman yang tidak seharusnya. Dengan demikian proses tumbuh kembang si kecil menjadi lebih terjaga.

Salam hangat,

Ash

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun