Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Plat Nomor Motorku Kembar Identik dengan Milik Orang Lain, Kok Bisa?

18 Juni 2021   23:29 Diperbarui: 29 Juni 2021   11:55 7722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Plat nomor merupakan identitas unik dari suatu kendaraan | Sumber gambar : www.motorplus-online.com

Tiba-tiba dua buah sepeda motor yang ditumpangi oleh masing-masing dua orang berboncengan meminta saya untuk minggir ke jalan. Saat itu adalah siang hari di akhir pekan sepulang dari tempat kerja.

Saya mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang, tidak ngebut dan juga tidak terlalu pelan. Saat dikejutkan dengan permintaan agar minggir oleh sekelompok orang tak dikenal sontak hal itu membuat saya kaget dan bertanya-tanya ada apa gerangan ini?

Saya sendiri mencoba untuk berbaik sangka karena pada saat itu lokasinya adalah di jalan raya yang sedang ramai orang juga. Jadi rasa-rasanya tidak mungkin jika saat itu adalah pembegalan. Mungkin orang-orang ini hanya ingin bertanya jalan atau sejenisnya, saya mencoba menebak maksud dari orang-orang tersebut.

Sesaat setelah menepi dan dihampiri oleh dua orang yang turun dari motor dan dua yang lainnya menunggu di atas motor masing-masing saya mencoba menanyakan maksud mereka apa meminta saya untuk minggir.

Salah seorang dari mereka yang tampak seperti koordinator atau pemimpinnya mencoba menjawab diplomatis perihal maksud dan tujuan mereka.

Singkat kata, mereka adalah petugas dari dealer motor yang diutus untuk "memburu" kendaraan bermotor yang menunggak pembayaran selama beberapa bulan.

Dan entah mengapa tiba-tiba sang pimpinan tadi menunjukkan sebuah gambar pada layar android miliknya. Sebuah foto sepeda motor dengan merk dan warna yang sama persis dengan milik saya.

Yang lebih mengejutkan lagi setelah saya perhatikan plat nomor yang terpampang di plat motor tertulis jelas nomor kendaraannya sama persis dengan milik saya. Tidak ada satu huruf atau angkapun yang berbeda di antara keduanya.

Sayangnya saat itu saya kurang memperhatikan dimensi platnya apakah juga memiliki karakteristik yang sama dengan yang terdapat di kendaraan saya karena terlajur fokus pada nomor kendaraan yang sama persis tadi.

Sebuah Kebetulan?

Kaget campur bingung. Itulah reaksi pertama saya waktu itu. Si pimpinan tadi mengatakan bahwa mereka tengah "memburu" pemilik motor yang dicurigai membawa "kabur" kendaraan yang menunggak pembayaran ke leasing.

Tentunya saya langsung membantah pernyataan mereka yang sepertinya mencurigai saya sebagai sosok bersalah yang sedang mereka bicarakan itu.

Meskipun sepeda motor itu memang dibeli secara kredit, akan tetapi pembayarannya sudah lunas setahun sebelumnya.

Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) pun sudah didapat. Sehingga apa yang gerombolan tersebut katakan terkesan mengada-ada.

Tapi sekumpulan orang-orang tadi masih berusaha menyudutkan dengan meminta bukti surat nomor kendaraan atau STNK. Plat nomor yang tertera di STNK memang sama persis.

Kemudian saat memeriksa nomor mesin kodenya ternyata berbeda dengan apa yang mereka tunjukkan. Argumentasi mereka pun menjadi lemah atas klaim yang menyatakan bahwa sepeda motor saya merupakan yang mereka buru.

Berangsur-angsur mereka pun melangkah mundur dan menyatakan permohonan maaf karena "salah sangka". Dan keempat orang itu pun beberapa saat kemudian melaju meninggalkan saya dengan sepeda motornya masing-masing.

Sejenak kemudian saya masih belum percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Kok bisa ya ada dua plat nomor kendaraan yang sama persis? Apakah itu merupakan suatu kebetulan? Apakah pihak berwajib yang bertugas mengurus plat nomor kendaraan sudah lalai dengan tugasnya sehingga saya sampai harus menjadi "korban" debt collector dealer sepeda motor?

Saat itu ingin sekali rasanya menuangkan uneg-uneg kepada orang-orang yang tidak becus bertugas. Tapi hal itu saya urungkan sembari berpikir ulang apakah kejadian yang saya alami tadi merupakan suatu kebetulan atau tidak. Karena dalam pemahaman saya bukankah seharusnya plat nomor kendaraan itu identik dan pasti berbeda satu sama lain?

Aksi Tipu-tipu

Beberapa lama saya berpikir dan mencari tahu akan hal ini. Dan lama-kelamaan saya pun lupa pernah mengalami peristiwa unik semacam itu. Sampai suatu ketika saya mengobrol dengan seorang rekan yang kebetulan berprofesi sebagai pengacara.

Beberapa detail kejadian saya ceritakan kepadanya. Hingga saya menanyakan kepadanya mungkinkah ada dua plat nomor kendaraan yang kembar identik alias sama persis?

Jawabannya adalah tidak mungkin.

Plat nomor kendaraan sudah dirancang khusus dan menjadi identitas khas dari setiap kendaraan yang beredar di masyarakat. Sehingga sangat tidak mungkin akan ada dua plat nomor berbeda beredar di masyarakat.

Lantas bagaimana bisa sekumpulan orang tadi berkata bahwa mereka mencari kendaraan dengan plat nomor serupa?

Kemungkinan terbesar adalah bahwa hal itu merupakan bagian dari aksi tipu-tipu yang hendak mereka lakukan. Yang entah kebetulan atau tidak ternyata saya dengan sepeda motor yang saya kendarai menjadi target yang mereka buru.

Barangkali jika saat itu saya panik situasinya akan berbeda. Mungkin seandainya angsuran sepeda motor waktu itu belum lunas kepercayaan diri saya akan melemah.

Tapi yang saya rasakan saat itu justru emosi yang meninggi. Hanya saja saya tahan menunggu saat yang tepat meluapkannya.

Jikalau orang-orang tak dikenal tersebut memaksakan keinginannya maka saya berencana membawa perkara itu langsung ke kantor polisi. Biar polisi yang menuntaskan sekalian.

Puji syukur ternyata hal-hal yang tidak diinginkan itu tidak sampai terjadi. Dan saya kira sikap tidak merasa terintimidasi merupakan kuncinya. Sehingga orang-orang tersebut seperti kurang amnunisi untuk melancarkan aksinya.

Dan situasi terjadinya pun masih siang hari dan di tengah-tengah keramaian juga. Saya tidak bisa membayangkan apabila kondisi saat itu bertolak belakang.

Waspada Situasi Serupa

Kejadian itu sebenarnya sudah terjadi cukup lama. Hanya saja peristiwa tersebut masih cukup membekas di pikiran saya. Saya mencoba menerka-nerka mungkinkah ada orang lain yang pernah mengalami situasi serupa dengan yang pernah menimpa diri saya? Dan saya berharap jikalau belum maka sebisa mungkin kita harus waspada dengan modus semacam ini.

Kewaspadaan kita sangatlah menentukan bagaimana sikap kita dalam menanggulangi suatu peristiwa. Mencoba untuk berani meskipun dalam situasi dimana kita sedang disudutkan, diintimidasi, dan dilabeli dengan status pesakitan. Dan yang terpenting dalam mencoba untuk tidak panik atau inferior.

Menjaga level emosi agar berada dalam status menguasai keadaan sangatlah diperlukan agar kita tidak layu oleh gertakan, minder oleh tudingan, atau pasrah tatkala dinarasikan bersalah. Setidaknya harus ada tindakan perlawanan meskipun sekadar adu argumen.

Sebenarnya saya sungguh tidak habis pikir mengapa sampai mengalami peristiwa semacam itu. Tapi kemudian saya beranggapan bahwa mungkin hal itu ada untuk diceritakan kepada orang lain agar tidak merasakan situasi yang sama. Dan bahwa orang-orang yang mencoba melakukan aksi tipu-tipu dengan cara tersebut perlu untuk ditindak.

Salam hangat,

Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun