Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Saat Menjadi Sasaran Luapan Amarah Bos karena Kesalahan Rekan Kerja, Begini Cara Menyikapinya

21 Mei 2021   15:09 Diperbarui: 21 Mei 2021   15:16 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah bekerja dengan sebaik mungkin, detail, sempurna, tapi masih saja kena marah. Bukan karena hasil kerja kita yang tidak becus atau penuh masalah, melainkan gegara kesalahan yang dilakukan oleh rekan kerja pada waktu yang lain sehingga kita turut merasakan imbas amarah si bos yang jengah atas terjadinya kesalahan tersebut.

Dalam suatu organisasi umumnya memang terdiri dari beberapa orang yang saling bekerja sama, berinteraksi, dan berkomunikasi satu sama lain. Selama prosesi tersebut tidak menutup kemungkinan akan adanya kesamaan objek kerja atau hal lain yang menjadikan suatu pekerjaan tidak hanya dikontrol oleh satu orang.

Beberapa orang saling terhubung atau setidaknya memiliki andil untuk menuntaskan suatu pekerjaan. Dalam hal ini sangatlah mungkin ada satu orang atau lebih membuat suatu masalah entah itu disengaja ataupun tidak yang berdampak pada penuntasan pekerjaan. Sehingga si bos yang melihat kondisi tersebut akan beranggapan bahwa semua orang yang ada disana turut memiliki andil terhadap terjadinya masalah tersebut.

Apalagi bagi mereka yang bekerja dalam sistem shift. Saat shift sebelumnya melakukan kesalahan dan secara jam kerja tidak memungkinkan untuk bersua dengan si bos, maka tak ayal shift setelahnya yang "beruntung" bersua si bos akan menjadi sasaran interogasi. Padahal sejatinya orang-orang yang berada pada shift tersebut tidak tahu-menahu secara langsung perihal persoalan yang terjadi.

"Jangan pernah mengecilkan arti penting kekeluargaan dalam suatu lingkungan kerja karena mungkin saja hal itu akan berperan penting untuk membantu kita dalam mewujudkan iklim kerja yang nyaman dan bersahabat untuk ditempati."

Tapi bagaimanapun juga si bos biasanya akan meluapkan kekecewaannya, kekesalannya, ataupun amarahnya terhadap siapapun pihak yang memiliki kedekatan dengan permasalahan tersebut. Entah itu mereka yang berhubungan langsung dengan maupun yang tidak langsung. Bagaimanapun juga, bisa dibilang lumrah apabila seorang bos marah karena adanya ketidakberesan pekerjaan.

Hanya saja sebagai anak buah yang tidak menjadi biang keladi masalah namun justru menerima luapan amarah rasa-rasanya sulit untuk menerima hal itu. Merasa diberlakukan tidak adil atas "dosa" yang sebenarnya tida diperbuat. Bukan tidak mungkin anak buah yang seringkali menerima perlakuan semacam itu menjadi tidak betah dalam menjalani pekerjaannya. Jika orang-orang ini merasa dirinya terus-menerus menerima perlakuan tidak adil semacam itu maka bisa saja mereka memutuskan untuk hengkang, resign.

Sikap Kita

Sebuah tim adalah satu kesatuan yang terikat satu sama lain. Keberhasilan satu orang adalah keberhasilan tim. Begitupun juga kesalahan satu orang juga merupakan kesalahan tim. Sehingga setiap orang yang terlibat dan menjadi bagian tim harus turut merasakan konsekuensi dari apa yang dilakukan oleh setiap anggota timnya. Sama rata sama rasa. Apakah ini berarti setiap orang yang menjadi bagian dari tim harus selalu berbesar hati apabila turut merasakan getah akibat perbuatan rekan kerjanya?

Dalam hal inilah arti penting adanya ikatan kekeluargaan dalam sebuah tim. Sehingga setiap orang merasa saling memiliki satu sama lain. Bukan sebatas relasi kerja atau menjalin urusan teknis semata. Kondisi demikian hanya akan memunculkan hasrat untuk melindungi dirinya sendiri tanpa peduli terhadap kondisi orang lain. Jika ada rekan kerja yang menerima masalah dalam kaitan dengan pekerjaan, maka dorongan yang hadir adalah bersikap masa bodoh dan tidak peduli. Karena yang terpenting adalah dirinya aman dari masalah.

Oleh karena itulah sebuah tim harus dibiasakan dan dikondisikan dalam situasi yang benar-benar membuat mereka merasa memiliki tim tersebut. Memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga segenap anggota tim. Apabila sudah seperti itu maka tatkala menghadapi situasi dimana seseorang harus menerima luapan amarah bos oleh sebab masalah yang ditimbulkan rekan satu tim maka perasaan yang muncul akan lebih "legowo". Memaklumi bahwa siapapun bisa berbuat salah dan bisa saling menambal kekurangan satu sama lain. Dengan demikian harmoni kerja akan lebih mungkin tercipta.

Salam hangat,

Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun