Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sesungging Senyum Bahagia dari Seorang Pekerja Biasa

4 Maret 2021   14:47 Diperbarui: 4 Maret 2021   14:57 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : www.instantoffices.com

Bahagia Menjadi Pekerja Rata-rata

Seorang pekerja dengan level rata-rata tidak perlu menunggu mendapatkan promosi jabatan, kenaikan gaji tunjangan, atau menempati posisi bergengsi pekerjaan. Menjadi pribadi rata-rata tidak perlu untuk disesalkan. Dengan status karir yang biasa-biasa saja, bekerja di tempat kerja tidak terkenal, dan dengan peran yang sepertinya tidak terlalu menonjol. Tapi sayangnya disadari atau tidak kita cenderung lebih suka untuk show off keluar dan menampilkan diri agar "terlihat" oleh orang lain. Seakan-akan terlihat istimewa dimata orang lain adalah segalanya. Padahal ketika ada satu orang yang diistimewakan maka akan ada orang lain yang terabaikan. Ketika seseorang berada pada posisi diistimewakan barangkali hal itu akan menyenangkan. Lantas bagaimana ketika seseorang tengah dalam posisi terabaikan? Untuk itulah tulisan ini dimaksudkan agar seseorang tetap bisa berbahagia meski berada dalam status pengabaiannya.

Mulai dari pekerja level bawah, menegah, hingga yang paling berkuasa sekalipun sebenarnya punya peluang yang sama untuk menikmati situasi dan kondisi yang mereka alami. Bahagia bukanlah tentang siapa menjadi apa. Namun lebih kepada memetik hikmah dari apa yang sudah ada dan dipunya. Kita mungkin bukanlah sebuah benda yang dikaitkan ke rantai untuk ditarik. Kita mungkin juga bukan sosok-sosok yang menarik rantai itu. Dimana diantara keduanya seringkali mendapatkan perhatian lebih dari yang lain. Meskipun kita hanyalah bagian dari mata rantai yang terlihat seolah-olah sama seperti kebanyakan orang yang lain, justru keberadaan kitalah yang menjadikan kita istimewa. Istimewa tidak selalu tentang berbeda dengan yang lain, tetapi juga tentang keberadaan.

Tidak masalah menjadi pekerja rata-rata yang mungkin tidak dipandang istimewa. Menjalani aktivitas dengan cara yang biasa, rutin, dan tidak terlihat mewah. Meskipun begitu sepertinya kita tetap harus bangga dan membusungkan dada bahwa tampak biasanya diri kita merupakan bagian dari kebahagiaan yang barangkali didambakan oleh orang-orang yang berupaya menjadikan dirinya luar biasa. Mungkin sebuah senyuman lebih mudah tersungging dari kita yang biasa ini daripada mereka yang bergaya mewah.

Salam hangat,

Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun