Pada momen ini idealisme seseorang sepertinya harus terlebih dahulu mengalah pada pragmatisme dan memilih bersikap realistis. Biarpun menjalani ketidaknyamanan secara emosi hal itu harus rela ditanggung asalkan hajat hidup utama masih terpenuhi. Masih ada waktu dan kesempatan yang lain untuk berbuat sesuatu dan memperbaiki situasi.Â
Selama kebutuhan hajat hidup masih belum terpenuhi oleh "profesi impian", maka pekerjaan utama yang saat ini menempati status "profesi utama" tetap harus dipertahankan.Â
Konsekuensinya, ada aspek emosi yang diabaikan, ada impian yang ditunda, dan ada fokus yang terbelah. Sembari menelusuri jalan menuju target utama, segala daya upaya tetap harus dikerahkan biarpun pada akhirnya hal itu mengharuskan seseorang menginjakkan kaki di "dua dunia".
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H