Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bocoran Masa Depan, "Freelancer" Berkuasa dan Status "Karyawan Tetap" Punah?

24 Januari 2021   06:45 Diperbarui: 26 Januari 2021   21:28 2681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi freelancer. (sumberTHINKSTOCK.COM via kompas.com)

Prinsip ekonomi berbagi atau sharing economy lambat laun mulai menyasar ke segala lini. Dunia bisnis khususnya semakin hari semakin dikuasai oleh para pelaku yang memberdayakan konsep kolaborasi dan juga menerapkan prinsip-prinsip mobilisasi - orkestrasi. 

Suatu jenis usaha tidak melulu dikuasai oleh satu pelaku yang menjalankan semua lini seorang diri. 

Akan tetapi beberapa pihak turut berkontribusi satu sama lain untuk menciptakan sebuah entitas bisnis yang tersinergi satu sama lain. Kita bisa melihat dengan jelas seperti apa bisnis di era disrupsi ini berjalan. 

Gojek bukanlah perusahaan yang berjalan seorang ini. Ia mengajak serta beberapa partisipan lain seperti penyedia layanan transporasi ojek, taksi, atau pemilik kendaraan pribadi agar turut serta menjalankan sharing economy. 

Begitu pun dengan perusahaan-perusahaan kelas dunia lain tidak bekerja sendirian dengan menjalankan langsung aktivitasnya dari hulu hingga hilir.

Apple dalam membuat iPhone tidak lantas mengerjakan semua part-nya sendiri. Ada pabrikan lain yang mendukungnya. Demikian pula dengan aplikasi atau apps yang dioperasikan oleh iPhone merupakan hasil kerjasama dari para programmer cerdas yang mengunggah karyanya melalui app store. 

Bahkan organisasi sebesar NASA sekalipun ternyata tidak serta merta menyerahkan pelaksanaan riset kepada orang dalam alias pekerja tetapnya, mereka juga memberikan ruang yang luas kepada publik di seluruh dunia untuk turut berpartisipasi menelurkan karya-karya luar biasa.

"Dunia sudah berubah dan tak lagi sama dengan seperti yang duhulu kala. Kita mungkin akan menyangka semuanya tetap baik-baik saja sementara perubahan itu terus terjadi hingga kita terlambat menyadari bahwa ada hal besar yang tengah terjadi." 

Inilah realitas dari era disrupsi yang mau tidak mau mengharuskan semua pelakunya untuk membuka diri dan melibatkan orang lain dalam sebuah ekosistem bisnis. Kita tidak bisa lagi menjadi sepenuhnya egois seperti dulu atau akan tiba waktunya kita akan berakhir dan tersingkir. 

Permasalahannya sekarang apakah kita sudah benar-benar menyadari bahwa era orkestrasi sudah tiba? Ataukah kita masih terpaku dengan cara kerja lama seraya menganggap bahwa status quo akan bertahan untuk selama-lamanya?

"Freelancer" 

Melihat pola yang berkembang di era disrupsi ini dimana beberapa pihak saling berkolaborasi satu sama lain sepertinya akan ada kemungkinan dimana suatu hari nanti tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjadi daya dukung perusahaan juga akan diperlakukan tidak terikat. 

Mirip dengan cara NASA menjalankan beberapa penelitiannya berdasarkan riset yang dilakukan pihak eksternal dimana yang dianggap paling sesuai akan mendapatkan pendanaan dan dukungan teknis dari pihak NASA, maka beberapa jenis pekerjaan lain sepertinya akan bernasib serupa. 

Jika Gojek bisa memiliki pekerja tanpa terikat kontrak atau tidak berstatus tetap maka sejumlah jenis pekerjaan lain sangat mungkin berjalan dengan cara serupa. 

Mungkin industri tekstil yang biasanya bersifat padat karya dengan mempekerjakan ribuan pekerja akan beralih sebagian di antaranya kepada ibu-ibu rumahan yang memiliki keterampilan melakukan pekerjaan serupa. 

Mereka bisa memberikan jasanya meskipun tidak berstatus karyawan industri bersangkutan. Dengan begitu biaya-biaya seperti listrik, air, atau mungkin tunjangan transportasi bisa mereka reduksi karena ongkos-ongkos tersebut ditanggung sendiri oleh pekerja "freelancer" tadi.

Ilustrasi pekerja | Sumber gambar : www.koalahero.com
Ilustrasi pekerja | Sumber gambar : www.koalahero.com
Iya , freelancer. Karena tenaga kerja tersebut tidak terikat langsung oleh perusahaan yang mempekerjakan mereka. Seperti halnya para driver Gojek atau Grab yang menjalankan pesanan di aplikasi milik perusahaan yang menaungi Gojek atau Grab sementara pada dasarnya mereka tidak mendapatkan gaji dari pihak Gojek atau Grab secara langsung. 

Orang-orang yang sebelumnya bekerja di restoran, dan mendapatkan gaji dari melayani pelanggan atau memasak di dapur restoran bisa jadi sebentar lagi cukup berdiam diri di rumah dan memasak sembari menunggu ada driver yang menjemput masalah tersebut untuk diantarkan kepada pemesan. 

Status yang sebelumnya karyawan tetap restoran bisa beralih menjadi pekerja bebas rumahan yang bisa melakukan lebih dari satu jenis pekerjaan.

Bagi pihak restoran sendiri mereka mungkin tidak perlu lagi mengangkat karyawan tetap. Cukup bagi mereka menawarkan menu yang harus dimasak kepada para freelancer juru masak. 

Melalui mekanisme tertentu pemilik restoran cukup mengambil pesanan yang dimaksud dan kemudian disajikan kepada pembeli di restoran. Mereka tidak perlu lagi melakukan stok bahan. 

Membiarkan para freelancer juru masak tadi yang menyimpan bahan-bahannya sesuai dengan kriteria masakan yang menjadi ranah tugasnya masing-masing. Dengan demikian beban pekerjaan yang sebelumnya menjadi tanggung jawab restoran akan berkurang.

Dalam konteks industri manufaktur maupun jasa, biasanya ada beberapa bagian departemen yang saling bekerja sama satu sama lain untuk memproduksi produk inti yang akan dijual ke pembeli. 

Ada bagian pengadaan, departemen riset, bagian inspeksi, divisi produksi, bidang perencanaan, personalia, hingga bagian finansial. Semuanya bahu membahu mengerjakan tugas dari satu naungan perusahaan. 

Paling tidak seperti itulah yang banyak terjadi saat ini. Namun untuk beberapa waktu ke depan siapa yang tahu kalau bagian riset akan diserahkan kepada pihak eksternal yang secara khusus mebidangi itu. 

Demikian juga dengan bagian personalia mungkin cukup diserahkan langsung pada perusahaan yang menggeluti sumber daya manusia atau sistem penopangnya. 

Sebuah perusahaan tidak perlu lagi bagian-bagiannya dijalankan secara mandiri, melainkan bisa melibatkan peran serta pihak luar sehingga memungkinkan pengeluaran biaya yang lebih efisien. 

Perusahaan inti cukup mengorkestrasi entitas terkait untuk menghasilkan produk intinya. Seperti halnya Gojek mengorkestrasi para driver Gojek atau pemilik rumah makan untuk melayani pelanggan yang butuh sarana transportasi ataupun makanan.

Tidak ada Lagi Karyawan Tetap?

Menilik situasi terkait perkembangan era yang sekarang ini terjadi kita yang berprofesi sebagai karyawan suatu perusahaan harus bersiap menyikapi segala kemungkinan yang terjadi. 

Teknologi telah memungkinkan banyak hal terjadi. Internet, otomatiasi, big data, artificial intelligence, cloud computing, dan sejenisnya memang sangat membantu peran manusia dalam mengerjakan banyak hal. Namun di sisi lain kehadiran mereka bisa juga menggeser peran manusia yang umumnya memang memiliki keterbatasan. 

Customer service perusahaan penyedia layanan hampir pasti tidak bisa dijalankan seorang manusia saja selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Mereka pasti akan butuh dukungan teknologi robot sebagai opsi. Kalaupun manusia bisa tentu hal itu harus dilakukan bergantian, tidak cukup dengan satu orang. 

Dan ini artinya biaya yang dikeluarkan akan lebih besar. Sehingga apabila perusahaan menginginkan efisiensi lebih tentu mereka akan lebih memilih memanfaatkan teknologi. Hal ini menandakan akan hadirnya sebuah era dimana sebagian dari pekerjaan manusia akan diambil alih oleh teknologi.

Sementara itu teknologi terus berkembang dari waktu ke waktu. Riset terus menerus dilakukan untuk membuat hal baru yang dulunya menjadi monopoli manusia menjadi sedikit demi sedikit bisa juga dijalankan oleh mesin melalui kecerdasan buatan. 

Para pekerja kasar di perusahaan yang tugasnya tidak terlalu membutuhkan kemampuan analisis kemungkinan akan menjadi yang pertama terkena imbas. Digantikan oleh teknologi yang memang tidak mengenal lelah. 

Dan kondisi ini sebenarnya sudah banyak kita temui. Sepertinya hanya menunggu waktu terkait siapa yang akan mendapatkan giliran selanjutnya. 

Saya, anda, atau kita semua suatu hari nanti mungkin akan terkena dampak serupa. Tidak sedikit yang meramalkan bahwa suatu jenis pekerjaan akan musnah dan pekerjaan lain akan lahir. Tinggal kita perhatikan saja dimana posisi kita. Terancam disingkirkan atau bersiap menyambut kesempatan yang diberikan zaman.

Benar adanya suatu pernyataan yang mengatakan bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Begitu pun dengan profesi. Saat ini kita sudah merasa nyaman dengan status pekerjaan tetap. 

Menjadi karyawan tetap adalah impian semua pekerja bergaji. Padahal tidak ada yang menggaransi bahwa apa yang kita lakukan saat ini akan tetap abadi sepanjang hayat mengingat perubahan yang terjadi begitu cepat dan dahsyat. 

Yang perlu diingat kita sekarang tengah berada dalam pusaran perubahan itu. Entah apakah di antara kita sudah ada yang menyadari atau justru masih mengingkari. Tapi alangkah baiknya apabila kita sudah bersiap sejak jauh-jauh hari sebelum semua terlambat.

Saya mungkin harus mengatakan bahwa kelak tidak akan ada lagi status karyawan tetap. Sebagian pekerja hanya akan berstatus freelancer yang menunggu job dari para "dirigen orkestra". 

Kalaupun tidak semuanya tapi dunia semakin lama akan didominasi oleh sebuah iklim industri yang mengutamakan kolaborasi dimana kita nantinya akan dituntut untuk membekali diri dengan berbagai jenis keterampilan yang tidak semua orang bisa melakukannya.

Salam hangat,
Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun