Pandji Pragiwaksono, salah satu komika merangkap aktor, merangkap penulis, merangkap presenter, merangkap penyanyi, dan lain-lain belakangan memang sedang hangat dibicarakan. Gegaranya apalagi kalau bukan karena yang menyinggung masalah sensitif yang ramai diperbincangkan publik akhir-akhir ini. Front Pembela/Pemersatu/Persaudaraan/.. Islam atau FPI.
Pandji memang dikenal sebagai selebritis yang cukup aktif menyikapi permasalahan politik. Lagu-lagu, tulisan, hingga lawakannya pun cukup sering menyinggung masalah itu. Meski tidak jarang narasi-narasi yang disampaikannya mengandung kesan kontroversial bahkan provokatif. Salah satu judul album yang sekaligus pernah menjadi nama acara program televisi, Provocative Proactive, mungkin bisa memberikan gambaran seperti apa sosok Pandji itu. Secara pribadi saya termasuk menggemari gayanya menulis serta melakukan stand up comedy. Meski tidak jarang gaya tersebut rentan membawanya pada hujatan netizen sebagaimana yang baru-baru ini terjadi.
"Cara terbaik untuk tidak terjebak kedalam isu-isu sensitif adalah dengan menjauhinya samasekali. Apalagi ketika kita tidak memiliki kepentingan langsung disana. Terkadang kita harus melihat dari sudut pandang komedi yang cukup melontarkan tawa dalam melihat peristiwa."Â
Pernyataan Pandji terkait FPI, NU, dan Muhammadiyah memang disampaikannya sebagai hasil kutipan wawancara yang pernah ia lakukan kepada Sosiolog Thamrin Tamogala tahun 2012 lalu. Terlepas sesuai tidaknya poin yang disampaikan oleh sang sosiolog dengan interpretasi yang diperoleh Pandji, sebagian kalangan sudah beranggapan bahwa apa yang disampaikan Pandji memang menyiratkan kesan provokatif karena dinilai kurang apresiatif terhadap peran ormas besar seperti NU ataupun Muhammadiyah dimasa lalu. Padahal mungkin saja Pandji sebatas ingin bersikap proaktif mengangkat isu hangat sebagai materi obrolannya. Sayangnya Pandji lupa bahwa ada sebagian kalangan yang sensitif menyangkut beberapa hal tertentu. Ambil contoh kasus Mbak You dengan ramalan menghebohkan yang justru berujung pada pelaporannya kepada pihak berwajib. Tapi mungkin Pandji sedikit lebih beruntung karena tidak atau belum senasib dengan Mbak You.
Semakin hari setiap narasi yang menyinggur perkara sensitif semakin riskan menerima perundungan, cacian, makian, dingga pelaporan. Sehingga selain mengharapkan maklum pemahaman layaknya negara demokrasi seseorang juga harus lebih waspada terhadap setiap kata-kata yang dilontarkan. Jangan sesekali menyinggung perkara sensitif meskipun dalam konteks kegiatan kreatif apabila tidak mau disebut provokatif.
Mungkin Hanya Komedi
Pernyataan Pandji yang viral dan ramai dibicarakan perihal FPI, NU, dan Muhammadiyah ini adalah terkait sebutan elit yang ia sematkan untuk ormas NU dan Muhammadiyah. Sebaliknya FPI-lah yang justru lebih dekat dengan warga. Sontak hal ini akhirnya membuat banyak pihak merasa bahwa Pandji tidak fair dalam menilai ormas NU dan Muhammadiyah yang sudah berekontribusi bagi bangsa sejak masa penjajahan dulu.
Apa yang disampaikan Pandji mungkin dipahami berbeda oleh orang-orang yang melihat dan mendengarkan pernyataan Pandji mengenai NU, Muhammadiyah, dan FPI. Jika Pandji memang mengaitkan pernyataan yang ia buat sebagai bagian dari mengutip pernyataan sosiolog Thamrin Tamogala, alangkah baiknya jika Pandji mengadakan wawancana kembali dengan sang pakar untuk mendengar langsung pernyataan yang bersangkutan. Kesannya sekarang adalah pernyataan kontroversi yang memuji FPI dan sebaliknya "mengesampingkan" NU ataupun Muhammadiyah tidak diakui Pandji sebagai pernyataannya, melainkan pernyataan dari Thamrin Tamogala. Lantas sebenarnya yang memicu kontroversi ini siapa? Pandji-kah? Atau Thamrin Tamogala-kah? Respon publik yang terlalu sensitif menanggapi pernyataan tersebutkah? Atau karena hal lain yang entah apa.
Belum jelas ending dari polemik ini seperti apa akan berakhir. Tapi kemungkinan pihak-pihak yang tidak sepakat dengan Pandji akan meminta yang bersangkutan untuk mengeluarkan pernyataan klarifikasi atau permohonan maaf. Bagaimanapun juga kini FPI seolah berada diseberang jalan yang ditentang beberapa kalangan tapi juga didukung beberapa simpatisan. Keputusan pembubaran, perintah pemblokiran, instruksi penahanan, dan kasus penembakan merupakan bagian dari pusaran kasus yang membawa serta nama FPI didalamnya. Publik pun tahu bahwa semua hal itu sangatlah sensitif untuk disikapi. Mau mendukung rentan di-bully, sedangkan bersifat kontra pun mungkin juga tidak mendapatkan apresiasi. Lebih baik kiranya untuk menghindari pusaran peristiwa itu dan cukup memandang drama publik yang kita saksikan tak lebih dari sekadar komedi kehidupan. Sosok-sosok pekerja kreatif seperti Pandji dan lain-lain sebaiknya sedikit menjauhkan diri dari isu-isu yang berpotensi membuat mereka masuk dalam pusaran konflik seperti itu. Masih ada hal produktif lain yang bisa dibicarakan.
Salam hangat,
Agil S Habib
Refferensi :