Padahal usia yang dimiliki seseorang tidak setiap saat dilakukannya untuk menunaikan ibadah. Dengan keterbatasan seperti itu maka apakah pantas kita sebagai manusia mengharapkan berada di surga untuk selamanya?
Kita perlu untuk mawas diri. Menunaikan ibadah dengan sebaik mungkin adalah suatu keharusan. Demikian juga mengajak rekan sejawat untuk turut mengerjakan ibadah juga bagian dari kebaikan. Aldi Taher mungkin punya maksud baik dengan unggahannya tersebut, hanya saja ia masih harus memilih dan memilah kata-kata yang hendak ia utarakan.Â
Bagaimanapun persepsi publik kita belumlah sepenuhnya memahami maksud dibalik keyakinan untuk masuk surga tersebut. Sehingga pernyataan yang berpotensi memicu pro kontra sebagai akibat kurangnya wawasan sebaiknya dihindari. Lagipula untuk apa mengunggah tindakan ibadah jika didalamnya tersirat perilaku riya', ujub, pamer, dan sejenisnya. Bisa-bisa sesuatu yang bernilai ibadah justru hangus karenanya.
Apa yang Aldi Taher sampaikan memang tidak sepenuhnya tepat, tapi juga tidak bisa dikatakan salah total. Ada hal baik yang ingin ia sampaikan. Dalam hal ini sebaiknya kita lebih memperhatikan diri kita masing-masing apakah kita sendiri sudah mempersiapkan diri sehingga layak menjadi penghuni surga? Inilah pentingnya belajar agama dari ahlinya. Bukan semata membaca dari berita internet atau tulisan tanpa sanad keilmuan yang jelas.Â
Sebelum mengomentari orang lain apakah ia akan masuk surga atau tidak alangkah baiknya jika kita menanyakannya terlebih dulu pada diri kita sendiri. Toh, kita bukan panitia akhirat yang tidak punya kewenangan apapun dalam menentukan status tempat bernaung seseorang di hari kemudian itu.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H