Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Urgensi Membangun Rumah Sakit Tahan Gempa Saat Periode Wabah

16 Januari 2021   07:28 Diperbarui: 17 Januari 2021   15:29 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gempa besar yang terjadi kemarin (15/01) di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, telah merenggut cukup banyak korban jiwa. Selain itu, gempa berkekuatan 6,2 magnitudo itu juga memporak-porandakan gedung bangunan mulai dari rumah, tempat ibadah, hingga rumah sakit. 

Menilik situasi wabah seperti sekarang keberadaan rumah sakit merupakan sesuatu yang amat vital. Apalagi melihat kondisi beberapa waktu terakhir dimana banyak rumah sakit yang sudah mendekati batas maksimal kapasitas seiring terus bertambahnya korban COVID-19 yang butuh perawatan.

Bahkan tidak sedikit dari pasien yang sudah kesulitan untuk mendapatkan kamar kosong guna perawatan dirinya. Bukan sebatas mereka yang terpapar COVID-19 saja, akan tetapi pasien dengan beragam jenis keluhan lain juga mengalami situasi serupa.

 "Bencana itu bisa datang tiba-tiba tanpa kita sangka-sangka. Terlebih selama periode pandemi COVID-19 yang terjadi setahun belakangan ini. Bencana dan wabah yang hadir bersama-sama ibarat cobaan 'combo' bagi bangsa ini. Tinggal sekarang bagaimana kita menyikapinya serta melihat seperti apa kira-kira kondisi bangsa ini kedepan. Dengan segala potret kondisi alam negara kita maka sepertinya perlu dipertimbangkan untuk menghadirkan bangunan tahan gempa. Paling tidak dengan memulainya pada gedung-gedung seperti rumah sakit agar layanan kesehatan tetap bisa ditegakkan dalam berbagai situasi dan kondisi."

Keberadaan rumah sakit memang sangat vital bagi publik. Terlebih pada masa pandemi seperti sekarang ini. Pemerintah China pada masa-masa awal pandemi menyeruak pun sampai pernah membangun rumah sakit darurat yang pengerjaannya begitu dikebut. 

Hal ini menimbang situasi urgensi keberadaan rumah sakit yang memang diperlukan segera. Lantas ketika sebuah bencana gempa datang menimpa dan hal itu sampai membuat beberapa rumah sakit porak-poranda maka inilah kondisi genting yang mesti segera ditindaklanjuti.

Terlepas dari kebutuhan adanya rumah sakit untuk mendukung penuntasan wabah, gempa yang porak poranda jelas merupakan pukulan tambahan bagi para pasien yang membutuhkan perawatan atas sakit yang dideritanya. Mereka yang seharusnya mendapatkan dukungan perawatan semestinya menjadi harus dirawat ala kadarnya. 

Apalagi gempa yang terjadi juga memicu terciptanya korban jiwa yang cukup banyak. Entah yang meninggal dunia atau yang mengalami luka-luka. Dan sekali lagi mereka butuh segera ditangani oleh fasilitas rumah sakit.

Meniilik status rumah sakit yang diperlukan dalam banyak situasi, dan terlebih ketika masa pandemi seperti sekarang mungkin perlu kiranya untuk mempertimbangkan desain gedung rumah sakit yang memiliki daya tahan terhadap terjangan gempa. 

Meskipun intensitas terjadinya gempa di Indonesia bisa jadi tidak sesering negara Jepang yang terkenal dengan bangunan anti gempanya itu, tapi masa-masa pandemi yang berkepanjangan seharusnya dijadikan pertimbangan perlunya membangun rumah sakit tahan gempa. Apalagi menilik peta geografis negara kita yang katanya berada dalam jalur cincin api yang memang rentan terhadap gempat.

Wacana untuk merancang gedung tahan gempa hendaknya mulai digalakkan. Mungkin tidak harus diterapkan untuk semua jenis gedung atau bangunan. 

Cukup diprioritaskan pada beberapa tempat yang memang memegang fungsi paling krusial khususnya di tengah periode wabah seperti sekarang. Rumah sakit bisa dikatakan sebagai tempat paling vital itu mengingat dialah yang paling berurusan dengan nyawa manusia.

Sejatinya bangunan tahan gempa itu amat kita butuhkan. Tapi karena kita tidak sering merasakan nestapa akibat gempa seperti halnya negara Jepang maka kita menganggapnya seakan biasa-biasa saja. Teknologi rumah tahan gempa itu bisa dibilang sebagai temuan luar biasa utamanya bgai wilayah-wilayah yang rentan mengalaminya.

Sebenarnya tidak harus merujuk ke Jepang untuk membicarakan gedung anti gempa ini. beberapa tempat di Indonesia juga sudah menerapkan teknologi ini dengan tujuan untuk mereduksi risiko yang ditimbulkan dari bencana gempa yang terkadang sulit diterka kapan akan terjadi. Hanya saja standarisasi untuk gedung tahan gempa itu sepertinya belum diberlakukan untuk ketegori jenis bangunan tertentu.

Seandainya standarisasi ini diberlakukan sebagai syarat pendirian suatu bangunan maka rumah sakit haruslah yang paling dipertimbangkan untuk itu. Karena sebagai tempat yang bertugas memastikan kesehatan publik maka rumah sakit harus selalu siap sedia dalan situasi dan kondisi apapun. 

Andaikan semua gedung porak-poranda, tapi rumah sakit harus menjadi tempat terakhir yang mengalaminya. Agar setiap orang yang butuh bantuannya bisa disembuhkan kembali kesehatannya serta kembali pulih seperti semula.

Bahkan mungkin kalau bisa rumah sakit itu tidak hanya sebatas tahan gempa, tapi juga tahan banjir, tahan tsunami, dan tahan dari terpaan berbagai ancaman alam lainnya. 

Bagaimanapun alam memiliki kekuatan yang cenderung sulit atau tidak mungkin dikendalikan oleh sepenuhnya. Sekadar untuk menebak terjadinya gampa masih teramat susah. Tapi kita memiliki kemampuan untuk membuat antisipasi terhadap segala kondisi. 

Membuat langkah dan upaya yang bisa menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa. Syaratnya adalah dengan mulai memperhatikan aspek-apek penting yang harus tetap ada dalam segala situasi musibah bahkan bencana.

Rumah sakit tahan gempa mungkin perlu dipertimbangkan keberadaannya pasca terjadinya gempa beberapa waktu lalu itu. Dengan periode pandemi yang belum usai hendaknya hal ini menjadi momentum kita bersama utamanya pemerintah agar segera mengambil langkah strategis yang tidak sebatas penanggulangan bencana, tapi harus lebih dari itu.

Salam hangat,
Agil S Habib

Refferensi : [1]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun