Gempa besar yang terjadi kemarin (15/01) di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, telah merenggut cukup banyak korban jiwa. Selain itu, gempa berkekuatan 6,2 magnitudo itu juga memporak-porandakan gedung bangunan mulai dari rumah, tempat ibadah, hingga rumah sakit.Â
Menilik situasi wabah seperti sekarang keberadaan rumah sakit merupakan sesuatu yang amat vital. Apalagi melihat kondisi beberapa waktu terakhir dimana banyak rumah sakit yang sudah mendekati batas maksimal kapasitas seiring terus bertambahnya korban COVID-19 yang butuh perawatan.
Bahkan tidak sedikit dari pasien yang sudah kesulitan untuk mendapatkan kamar kosong guna perawatan dirinya. Bukan sebatas mereka yang terpapar COVID-19 saja, akan tetapi pasien dengan beragam jenis keluhan lain juga mengalami situasi serupa.
 "Bencana itu bisa datang tiba-tiba tanpa kita sangka-sangka. Terlebih selama periode pandemi COVID-19 yang terjadi setahun belakangan ini. Bencana dan wabah yang hadir bersama-sama ibarat cobaan 'combo' bagi bangsa ini. Tinggal sekarang bagaimana kita menyikapinya serta melihat seperti apa kira-kira kondisi bangsa ini kedepan. Dengan segala potret kondisi alam negara kita maka sepertinya perlu dipertimbangkan untuk menghadirkan bangunan tahan gempa. Paling tidak dengan memulainya pada gedung-gedung seperti rumah sakit agar layanan kesehatan tetap bisa ditegakkan dalam berbagai situasi dan kondisi."
Keberadaan rumah sakit memang sangat vital bagi publik. Terlebih pada masa pandemi seperti sekarang ini. Pemerintah China pada masa-masa awal pandemi menyeruak pun sampai pernah membangun rumah sakit darurat yang pengerjaannya begitu dikebut.Â
Hal ini menimbang situasi urgensi keberadaan rumah sakit yang memang diperlukan segera. Lantas ketika sebuah bencana gempa datang menimpa dan hal itu sampai membuat beberapa rumah sakit porak-poranda maka inilah kondisi genting yang mesti segera ditindaklanjuti.
Terlepas dari kebutuhan adanya rumah sakit untuk mendukung penuntasan wabah, gempa yang porak poranda jelas merupakan pukulan tambahan bagi para pasien yang membutuhkan perawatan atas sakit yang dideritanya. Mereka yang seharusnya mendapatkan dukungan perawatan semestinya menjadi harus dirawat ala kadarnya.Â
Apalagi gempa yang terjadi juga memicu terciptanya korban jiwa yang cukup banyak. Entah yang meninggal dunia atau yang mengalami luka-luka. Dan sekali lagi mereka butuh segera ditangani oleh fasilitas rumah sakit.
Meniilik status rumah sakit yang diperlukan dalam banyak situasi, dan terlebih ketika masa pandemi seperti sekarang mungkin perlu kiranya untuk mempertimbangkan desain gedung rumah sakit yang memiliki daya tahan terhadap terjangan gempa.Â
Meskipun intensitas terjadinya gempa di Indonesia bisa jadi tidak sesering negara Jepang yang terkenal dengan bangunan anti gempanya itu, tapi masa-masa pandemi yang berkepanjangan seharusnya dijadikan pertimbangan perlunya membangun rumah sakit tahan gempa. Apalagi menilik peta geografis negara kita yang katanya berada dalam jalur cincin api yang memang rentan terhadap gempat.
Wacana untuk merancang gedung tahan gempa hendaknya mulai digalakkan. Mungkin tidak harus diterapkan untuk semua jenis gedung atau bangunan.Â