Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pak Jokowi (Mungkin) Salah Pilih Raffi

14 Januari 2021   10:29 Diperbarui: 14 Januari 2021   10:33 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi golongan pertama yang mendapatkan vaksinasi COVID-19 berarti dua hal. Pertama, mereka akan menjadi rujukan dari keampuhan dari penggunaan vaksin. 

Termasuk dengan potensi efek samping penggunaan vaksin juga akan tercermin pada golongan pertama ini. Kedua, golongan pertama biasanya disebut kelompok istimewa. 

Dimana ketika orang lain belum mendapatkan kesempatan serupa mereka justru terpilih untuk menjadi sosok yang diprioritaskan menerima vaksin sementara orang lain tidak seberuntung dirinya. 

Dan jika dinarasikan bahwa orang-orang yang menjadi kelompok pertama prioritas penerima vaksin adalah orang-orang istimewa, maka Presiden Jokowi termasuk didalamnya. 

Sebagai orang nomor satu di republik ini amatlah wajar kiranya beliau menerima privilege tersebut. Kemudian ada sosok yang lain dengan "hak" serupa yaitu selebritis Raffi Ahmad. 

Yang ditunjuk oleh pihak istana untuk menjadi perwakilan anak muda untuk menerima vaksin pertama. Entah karena Raffi Ahmad begitu populer dan memiliki banyak pengikut di sosmed atau karena hal lain sehingga ia dipilih untuk itu. 

Tapi tiba-tiba beredar kabar bahwa Raffi Ahmad yang sudah menjalani vaksinasi itu bersikap ceroboh beberapa waktu setelah dirinya disuntik "zat pemicu kekebalan tubuh terhadap serangan COVID-19" dengan melakukan aktivitas nongkrong bersama teman-temannya dan mengabaikan protokol kesehatan (prokes) yang semestinya ditaati.

"Raffi Ahmad seharusnya menjadi contoh yang baik bagi masyarakat bahwa mereka yang sudah menerima vaksin tidak serta merta bisa berbuat semaunya. Kita masih dalam situasi bahaya pandemi, dan setiap langkah seharusnya diperhatikan. Terlebih ketika ia ditunjuk sebagai orang yang menerima keistimewaan vaksin pertama."

Sebagai sosok yang dipilih sebagai contoh khususnya bagi anak muda rasanya tindakan Raffi Ahmad ini tidak pantas. Setelah disuntik vaksin bukan berarti seseorang langsung kebal dari paparan virus. 

Oleh karena itu prokes tetap harus ditaati terlepas seseorang belum atau sudah mendapatkan vaksin. Bahkan sesama publik figur lain seperti Sherina Munaf menggunggah pernyataan di twiiter yang isinya bernada teguran kepada Raffi Ahmad yang semestinya bisa konsisten menjadi contoh baik bagi masyarakat. 

Tentunya tidak sembarangan istana memilih seseorang untuk dijadikan sebagai percontohan. Demikian pula ketika istana memilih Raffi Ahmad sebagai "duta" vaksinasi. 

Bahwa seseorang yang sudah divaksin pun tidak boleh lantas bertingkah seenaknya sendiri dan mengabaikan hal sepenting prokes. Bagaimana jika perilaku Raffi itu kemudian diikuti oleh orang banyak? Bisa gagal program vaksinasi yang sudah begitu susah payah digarap ini.

Publik harus dipahamkan bahwa vaksin tidak serta merta membuat pandemi tuntas seketika. Ada tahapan-tahapan yang mesti dipahami oleh semuanya. 

Pasca seseorang disuntik vaksin tubuh baru akan terpicu membentuk antibodi dari serangan virus kurang lebih sekitar 14 hari lamanya. Mungkin pemberlakuan kembali PSBB tanggal 11 -- 25 Januari 2021 ini juga dimaksudkan untuk itu. Bahwa siapapun yang sudah menerima suntikan vaksin tetap harus disiplin menaati prokes.

Menjadi penerima vaksin pertama tidak seharusnya membuat seseorang gegayaan dan menganggap dirinya pasti aman dari virus. Tingkah polah seperti itu selain masih berisiko terpapar COVID-19 juga membuat orang-orang yang belum mendapatkan vaksinasi memberikan persepsi buruk terhadapnya. 

Selayaknya figur anak muda pilihan istana seharusnya sikap dan tindakan yang ditunjukkan benar-benar harus diperhatikan sekaligus dipertanggungjawabkan. 

Karena kalau tidak mungkin saja istana telah membuat kesalahan karena telah memilih Raffi Ahmad sebagai sosok yang dipercaya menerima vaksin pertama.

Salam hangat,
Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun