Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Usia 30-an tapi Masih Gugup Bertemu Atasan, Apakah Wajar?

9 Januari 2021   10:03 Diperbarui: 9 Januari 2021   15:57 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: istockphoto.com)

Setiap orang umumnya dianugerahi oleh rasa percaya diri yang berbeda satu lain. Meski sebenarnya kepercayaan diri itu bisa dilatih tapi tetap saja tidak semua orang mampu mendapatkannya dengan mudah. 

Kegugupan atau kekhawatiran yang menggelayut didalam diri seorang anak buah tatkala harus menghadap atasannya memang cenderung disebabkan oleh rendahnya kepercayaan diri. 

Seseorang bisa dengan mudah melambungkan kepercayaan dirinya tatkala ia mendapati dirinya memegang suatu kebenaran. Bisa jadi karena ia sudah menunaikan tugas sesuai permintaan, menjalankan pekerjaan sesuai instruksi, atau memiliki bukti data yang kredibel. 

Keberadaan beberapa hal itu akan meringankan situasi di mana seseorang dituntut untuk percaya diri karena segala yang dibutuhkan berjalan dengan sebagaimana mestinya.

Permasalahannya sekarang adalah tatkala kita sedang berada pada posisi "tidak sempurna". Ada celah dan kekurangan yang tidak tertuntaskan sebagaimana harapan atasan kepada anak buahnya. 

Seorang rekan pernah berkata kalau "fitrah" atasan adalah menuntut kesempurnaan dari anak buahnya. Apabila satu hal beres maka pasti akan digali dan dipermasalahkan hal yang lain. Mungkin bisa dibilang tidak ada pekerjaan anak buah yang sempurna. Kegugupan rentan menyelinap dalam diri seseorang yang tidak yakin atas apa yang ada pada dirinya.

Kegugupan akan lebih mudah dihilangkan apabila kepercayaan diri tidak hanya dimiliki saat kita berada dalam kondisi sempurna. Tatkala berada pada situasi yang sebaliknya kepercayaan diri itu pun harus tetap ada. 

Ibarat kata, meskipun salah tapi tetap percaya diri. Memang bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, tapi jika ingin kegugupan itu sirna terkadang kita juga harus memiliki "kemampuan" semacam ini. 

Bukankah terasa aneh tatkala kita sedang dalam situasi kurang menguntungkan tapi justru bersikap percaya diri? Apakah hal itu bukan merupakan tindakan tidak tahu diri? Di satu sisi penilaian semacam itu bisa jadi tidak bisa dihindari. Sementara di sisi lain kepercayaan diri merupakan salah satu cara untuk menghapus kegugupan selain memilih untuk bersikap masa bodoh.

Apabila tujuan kita adalah bisa terus bekerja tanpa harus dilanda kegugupan tentu kepercayaan diri harus tetap dipelihara dalam situasi dan kondisi apapun. Hal itu tentunya juga riskan mengundang opini negatif dimana kita disebut tak tahu malu karena "sudah salah tapi tetap bertingkah". Tapi toh sebuah penilaian tidak akan berarti apa-apa selama kita tidak melakukan seperti apa yang mereka sangkakan. 

Percaya diri tidak selalu harus ditampakkan dengan tampang slengekan. Cukup dipatri dalam hati dan dijadikan amunisi saat menghadapi situasi di mana kita berada dalam situasi tersudut, tersangka, bersalah, dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun