"Ibu adalah sekolah pertama (bagi anak-anaknya). Bila engkau mempersiapkannya (dengan baik), maka sama halnya dengan engkau mempersiapkan generasi bangsa yang terbaik."
Malam itu, sekitar 3 tahun 2 bulan yang lalu, istri saya ditengah usia kehamilan yang sudah menginjak 7 bulan duduk berselonjoran kaki sembari mengelus-elus perutnya yang sudah membesar. Ia duduk di dekat jembatan penyeberangan orang di pinggir jalan raya selepas turun dari angkutan umum yang mengantarnya pulang dari tempat kerja.Â
Meskipun sedang hamil besar ia tidak lantas mengabaikan pekerjaannya begitu saja dan  bersikukuh tetap masuk kerja biarpun harus menempuh perjalanan cukup jauh. Saat menjemputnya malam itu didalam hati saya ada rasa kasihan melihat istri yang sedang hamil besar masih harus bekerja dan pulang hingga larut malam.Â
Akan tetapi ketika diminta untuk beristirahat saja di rumah istri saya justru menolak. Ia merasa kurang nyaman jikalau harus berdiam diri di rumah sementara sedari dulu ia sudah terbiasa mengisi hari dengan bekerja dan bekerja. Sebuah tipikal khas ibu milenial yang senantiasa aktif dan produktif serta tidak terpaku pada urusan rumah tangga saja.
Kehamilannya yang semakin membesar dari waktu ke waktu disatu sisi membuat saya sebagai suaminya khawatir terhadap kondisi istri saya dan juga bayi yang ada di dalam kandungannya. Tapi disisi lain ada kebanggaan besar tatkala istri saya begitu kuat menjalani hari-hari penuh kesibukan sembari tetap melindungi kondisi si kecil yang terus bertumbuh itu.Â
Istri saya termasuk pribadi yang aktif mencari informasi perihal kondisi kandungannya serta mengupayakan hal apa sekiranya untuk memastikan jabang bayi baik-baik saja. Terkait pemeriksaan kandungan misalnya, bisa dikatakan istri saya jauh lebih tanggap dan responsif untuk datang ke dokter kandungan guna memeriksa kondisi perkembangan anak kami.
Mungkin terkadang ia merasakan nyeri pada perutnya saat sudah terlalu capek bekerja. Apabila saat itu terjadi maka beristirahat adalah hal yang wajib baginya. Merebahkan diri atau merilekskan tubuh merupakan salah satu cara untuk memulihkan kondisi sehingga mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.Â
Ketika kondisi tubuhnya sudah baikan sepertinya saat itu menjadi sebuah momen keseruan tersendiri bagi istri saya dan juga bayi didalam kandungannya. Misalnya ketika berangkat kerja mengendarai angkutan umum yang berjalan bak roller coaster hal itu justru menjadi momen berbagi keseruan antara ibu dan anak.Â
Berulang kali istri saya mengajak bayi dalam kandungannya berbicara ditengah momen "seru" itu. Sepertinya istri saya memahami bahwa saat-saat didalam kandungan itulah periode penting yang tidak boleh diabaikan dalam tahapan awal mendidik seorang anak. Rahim seorang ibu merupakan ruang kelas pertama bagi anak manusia yang bersemayam didalamnya. Setiap orang akan mengalami tahapan awal persiapan menuju kehidupan yang sesungguhnya di dalam rahim ibunya masing-masing.
Rahim Ibu adalah Ruang Kelas Pertama
Rahim ibu merupakan tempat "calon" manusia mengalami proses tumbuh kembang pertamanya. Sejak pertama kali berwujud dari hasil pembuahan sel kedua orang tuanya, ia kemudian bertumbuh menjadi zigot, berkembang menjadi embrio, janin, hingga akhirnya menjadi bayi yang siap dilahirkan ke dunia.Â
Secara medis sebenarnya keberadaan bayi didalam kandungan sang ibu sudah terkategori sebagai makhluk hidup dan bisa merasakan kehidupan seperti mendengar sesuatu di dunia luar kandungan, merasakan lapar, dan beberapa tanda biologis kehidupan yang lain. Sehingga tidak sedikit pakar kesehatan kandungan yang menyarankan para ibu untuk memberikan stimulus tertentu guna merangsang proses pertumbuhan janin atau bayi didalam kandungan.
Menyantap makanan bergizi, memperdengarkan musik klasik atau murotal Al-Qur'an, memberikan sugesti positif pada bayi melalui pelafalan kata-kata yang baik, serta menata emosi sehingga tidak "menular" pada si jabang bayi. Beberapa hal tersebut perlu dilakukan karena sejatinya si kecil sudah mulai belajar sesuatu meski berada didalam rahim ibunya. Oleh karena itu seorang ibu selaku orang yang berinteraksi langsung dengan bayi dalam kandungan merupakan sosok terpenting sekaligus menentukan kualitas pertumbuhan si bayi selama berada didalam sana.
Peran dan fungsi rahim bagi keberlangsungan hidup anak manusia amatlah vital. Ilmu medis sudah menjelaskan banyak terkait hal ini. Sehingga kesehatan rahim merupakan salah satu fokus penting dalam dunia medis khususnya menyangkut kehidupan perempuan atau kaum ibu yang kelak bakal mengandung seorang anak manusia.Â
Aspek pertumbuhan dari sisi fisik memang merupakan salah satu hal penting terkait peran dan fungsi rahim ibu. Sementara disisi lain peran penting rahim lebih dari sekadar itu karena aspek terkait mentalitas anak juga cukup ditentukan selama masa keberadaannya didalam rahim ibu hingga kelak terlahir ke dunia.
Kurikulum Pelajaran di Rahim Ibu
Tidak salah kiranya apabila rahim ibu disebut sebagai tempat paling awal seorang anak manusia untuk memulai pelajarannya tentang kehidupan. Ada serangkaian proses pembelajaran yang secara sengaja atau tidak sengaja terjadi disana antara ibu dengan anaknya.Â
Terdapat semacam kurikulum ajar yang berlaku umum meskipun belum tentu setiap orang memahaminya demikian. Apabila kurikulum tersebut dilaksanakan dengan baik maka akan memberikan implikasi positif terhadap proses tumbuh kembang anak, begitupun sebaliknya. Beberapa hal ini pula yang saya rasa terjadi dalam periode kehamilan istri saya waktu itu.
- Kesehatan Jasmani
Saat seorang ibu menyadari dirinya tengah hamil maka umumnya yang dilakukan adalah meningkatkan atensi terhadap kondisi kesehatan mulai dari asupan nutrisi, kebersihan makanan, daya tahan tubuh, kecukupan gizi, dan sejenisnya. Hal ini dilakukan tidak lain sebagai bentuk kepedulian ibu kepada anak yang dikandungnya. Para kaum ibu yang sebelumnya tidak memiliki kebiasaan minum susu bisa seketika mendatangi supermarket dan membeli segepok susu untuk ibu hamil demi memastikan kondisi jasmani terbaik buah hatinya. Hal ini bisa dibilang sebagai kurikulum paling dasar bahwa setiap ibu hamil mesti menjaga kesehatan janin yang dikandungnya. Lagipula setiap ibu pasti menginginkan anaknya terlahir dengan fisik lengkap, cerdas, dan tidak memiliki gangguang fisik apapun.
- Kebebasan Memilih Sesuai Minat
Janin didalam kandungan ibu sebenarnya sudah mulai mempelajari tentang kebebasan untuk menentukan minatnya sendiri. Hal ini sudah terlihat dari fenomena ngidam yang dialami oleh sang ibu pada beberapa periode usia kehamilan. Saat mengidam sesuatu entah itu makanan ataupun yang lainnya bisa dibilang si jabang bayi tengah menunjukkan minat ketertarikan terhadap sesuatu. Dan umumnya saat fenomena ini terjadi seorang ibu akan "memfasilitasinya". Mungkin dengan meminta sang suami untuk mencari sesuatu yang dimaksud atau melalui upayanya sendiri. Sampai-sampai ada sebuah mitos yang diyakini sebagian masyarakat bahwa kalau seorang ibu mengidam maka sebaiknya bisa dituruti atau diwujudkan, karena kalau tidak maka dikhawatirkan nantinya bayi yang terlahir akan punya kebiasaan "ngiler" atau mengeluarkan air liur. Sehingga demi menghindari hal semacam itu maka seaneh apapun jenis ngidamnya seseorang akan coba dipenuhi oleh orang tuanya.
- Aktif BerpendapatÂ
Si kecil yang berada didalam kandungan ketika memasuki usia kehamilan tertentu akan menendang-nendang perut ibunya tatkala mengalami situasi tertentu seperti merespon stimulus dari luar, merasa tidak nyaman dengan kondisi lingkungan seperti adanya suara keras atau sejenisnya, atau saat merasa lapar. Ketika tendangan mungil terjadi maka itu menjadi sebuah pertanda ia sedang mengutarakan "aspirasinya" kepada sang ibu. Apabila sang ibu peka maka aspirasi itu akan diakomodasinya dengan melakukan aktivitas penyesuaian sampai si bayi merasa nyaman kembali.
- Pelatihan Emosi
Meskipun belum terlahir ke dunia, seorang bayi mungil didalam perut ibunya sebenarnya sudah bisa merasakan hal-hal yang terkait dengan emosi. Saat sang ibu stres hal itupun bisa dirasakan oleh bayinya. Demikian pula saat diputarkan alunan musik klasik atau suara merdu murotal Al-Qur'an hal itu bisa menjadi sebuah stimulus yang merangsang pertumbuhan emosi positif anak. Sebaliknya, ketika sebuah bentakan atau stimulus emosi negatif dialamatkan kepada bayi dalam kandungan hal itu juga akan menciptakan efek buruk.
Rahim ibu menjadi ruang pengembangan diri anak baik dalam aspek fisik maupun psikis. Mirip seperti ruang kelas dimana kita bersekolah dan menjalani kurikulum ajar yang sudah disiapkan oleh dinas pendidikan. Sebaik apapun kurikulum pengajaran apabila tidak dijalankan secara tepat maka hasilnya juga tidak akan maksimal.Â
Demikian pula ibu selaku guru pertama bagi anak yang dikandungnya juga mesti menyiapkan betul materi yang hendak disampaikannya agar kurikulum ajar benar-benar tertunaikan secara tepat.
Seperti sudah disinggung sebelumnya bahwa seorang ibu sekaligus berperan sebagai guru bagi anak yang dikandungnya. Sehingga kalimat bijak yang menyatakan bahwa ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya amatlah tepat. Bahkan rahim seorang ibu merupakan ruang kelas pertama setiap anak manusia untuk mulai mengenal dan mempelajari hal-hal penting yang kelak berguna bagi kehidupannya saat sudah terlahir ke dunia dan beranjak dewasa.
Peran seorang ibu untuk anaknya sejak dari dalam kandungan memang sangatlah luar biasa. Fase awal kehidupan anak manusia amatlah dipengaruhi dari cara sang ibu memperlakukan anak didalam kandungannya.Â
Setiap untaian doa, stimulus emosi, hingga upaya yang terkait dengan perlakuan yang bersifat fisik merupakan bagian dari sikap seorang ibu untuk membentuk anaknya. Apakah mereka kelak akan bertumbuh menjadi generasi yang hebat atau tidak itu amat dipengaruhi oleh proses awalnya. Jikalau awalnya sudah baik maka untuk tahapan selanjutnya niscaya akan lebih mudah, dan begitu pula sebaliknya.
***
Saat ini anak saya dan istri sudah menapaki usianya yang ke-3 tahun. Seperti baru terjadi kemarin ketika malam itu ia masih harus menjalani momen lelah bersama ibunya yang pulang kerja larut malam. Duduk berselonjor di pinggir jalan sembari menunggu jemputan. Namun anak kami kini telah tumbuh besar, cerdas, lucu, dan aktif.Â
Proses tumbuh kembangnya yang baik pasca terlahir ke dunia ini saya rasa tidak bisa dipisahkan dari bagaimana kami (terutama sang ibu) begitu menyayanginya sejak ia masih berada didalam kandungan. Sepertinya ia sudah melalui kelas "rahim" pertamanya dengan sangat baik.
Salam hangat,
Agil S Habib
Refferensi :
[1]; [2]; [3]; [4]; [5]; [6]; [7]; [8]; [9]; [10]; [11]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H