Selama tidak fatal hingga menciptakan efek yang luar biasa besar maka permasalahan yang timbul akibat suatu tindakan seharusnya bisa dimaklumi.Â
Pendekatannya bukan lagi tentang sanksi, melainkan lebih kepada solusi dan gugahan kreativitas agar supaya situasi serupa tidak terulang di kemudian hari.
Sebaliknya, ketika sebuah permasalahan terjadi sebagai biang kerok yang mengganggu ketenangan bekerja maka hal itu hanya akan memicu sanksi tindakan.Â
Pelakunya disebut sebagai pembuat onar dan akan dipandang negatif. Meskipun ujung-ujungnya ada instruksi untuk membuat solusi dan mengkreasi langkah pencegahan tapi sisi emosi yang dibentuk amatlah berbeda.Â
Yang pertama adalah menjadikan permasalahan sebagai "orang dalam" yang bisa kapan saja muncul dan kemudian diberi penyikapan agar terselesaikan, sedangkan yang kedua menjadikan masalah sebagai "orang luar" yang diharamkan agar tidak pernah sedikit pun memasuki lingkaran kita. Padahal kedua anggapan itu samasekali tidak akan menghalangi potensi terjadinya masalah. Masalah masih akan tetap berpotensi terjadi seperti biasanya.
Justru mereka yang berorientasi menghindari masalah cenderung menarik kedatangan masalah itu.Â
Ibarat ada seseorang yang meminta kita untuk TIDAK memikirkan KUDA PONI BERWARNA PINK, maka pasti kita akan langsung memikirkannya.Â
Sama halnya saat dikatakan JANGAN MEMANCING MASALAH, maka kemungkinan masalah itu pun akan hadir suatu saat nanti. Â
Sebenarnya masalah adalah bagian dari pekerjaan yang justru membuat pekerjaan itu terasa lebih dinamis dilakukan. Hanya sayangnya tidak setiap orang yang terlibat dengan pekerjaan tersebut memiliki pemahaman serupa.
Salam hangat,
Agil S Habib