Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Siapa yang Tidak Suka Diburu-buru Pekerjaan, Atasan atau Bawahan?

23 November 2020   08:29 Diperbarui: 24 November 2020   09:17 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesibukan kerja | Sumber gambar : gethppy.com

"Pentingnya sebuah rencana adalah agar kondisi insidental seperti sesuatu yang mendadak dan mendesak bisa dihindari. Seorang anak buah bisa jadi memburu waktu sang atasan untuk menuntaskan sebuah pekerjaan pun demikian juga sebaliknya. 

Pastinya hal itu akan menciptakan suasana yang kurang nyaman dalam bekerja, menggangu ritme dalam bekerja, dan memecah konsentrasi atas suatu persoalan. Sehingga sebisa mungkin dihindari satu sama lain."

Seorang bos biasanya tidak senang ketika diburu waktu oleh anak buahnya perihal menuntaskan sebuah urusan tertentu. 

Misalnya ketika ada anak buah yang meminta tanda tangan proposal kepadanya atau suatu approval yang sifatnya mendesak maka respon yang pertama kali terucap biasanya adalah, "Kok mendadak." atau mungkin pernyataan lanjutan, "Saya tidak suka ya kalau diburu-buru seperti ini. Seharusnya hal ini sudah disiapkan sejak jauh-jauh hari.". 

Respon seperti itu sebenarnya wajar dilakukan mengingat seorang atasan pastinya memegang tampuk tanggung jawab tertinggi apabila di balik approval yang diberikannya itu di kemudian hari memunculkan suatu akibat yang tidak diinginkan. 

Oleh karena itu seorang atasan tentunya membutuhkan waktu lebih untuk menganalisis, mempertimbangkan risiko, atau melakukan kalkulasi atas beberapa hal yang menyangkut semua kewenangannya.

Belum lagi tidak hanya satu hal yang menuntut atensinya. Sehingga ketika ia diburu waktu untuk memberikan persetujuan ini dan itu tentu saja ada rasa tidak senang karenanya.

Barangkali keterburuan pekerjaan yang dialamatkan kepada seorang atasan oleh anak buahnya bisa terjadi dalam beberapa jenis pekerjaan seperti progres kenaikan gaji, status pekerjaan, approval, dan lain sebagainya.

Namun yang sepertinya berpotensi sering terjadi adalah menyangkut kebutuhan atas persetujuan sang atasan mengenai beberapa hal seperti surat izin, persetujuan proposal, atau konfirmasi beberapa pekerjaan tertentu. 

Semakin mendadak dan mendesak kebutuhan atas suatu persetujuan seorang atasan, hal itu biasanya menjadi pemicu ketidaknyamanan si bos terhadap cara kerja anak buahnya. 

Lantas bagaimana jika situasi sebaliknya terjadi? Yaitu ketika ada seorang atasan yang memburu-buru anak buahnya untuk bergegas menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu?

Rencana Menghindari Ketergesaan

Ilustrasi kesibukan kerja | Sumber gambar : gethppy.com
Ilustrasi kesibukan kerja | Sumber gambar : gethppy.com
Pernahkah rekan-rekan sesama karyawan menghadapi situasi di mana bos tiba-tiba minta disediakan informasi tertentu atau menyuruh dibuatkan sesuatu hal yang terkesan tiba-tiba dan mendesak? 

Bahkan dengan jam kerja yang sebenarnya hampir usai tapi setumpuk pekerjaan malah baru diberikan. Padahal beberapa saat sebelumnya cukup banyak waktu yang memungkinkan pekerjaan tersebut bisa dikerjakan dengan tenang tanpa buru-buru. 

Tapi mengapa justru saat injury time setumpuk pekerjaan justru datang menjelang. Akibatnya lembur kerja pun menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan, meskipun sebenarnya hal itu bisa dihindari.

Biasanya ada perasaan "ngedumel" didalam benak seorang anak buah tatkala atasannya berlaku "semena-mena" seperti itu. "Mengapa tidak sekalian besok pagi saja sih?", barangkali seperti itu perasaaan yang ingin mereka katakan. 

Namun apadaya perintah bos harus dituntaskan sesuai perintah. Membangkangnya bisa berakibat fatal. Syukur-syukur kalau atasannya bisa memaklumi, lha kalau tidak?

Memang ada beberapa atasan yang mempunyai kebiasaan seperti itu. Meminta secara mendadak di menit-menit akhir sehingga menciptakan ketergesa-gesaan yang luar biasa. 

Padahal sebuah pekerjaan yang dituntaskan karena tergesa-gesa rentan sekali terjadi ketidaksesuaian dengan harapan. Mungkin penyimpangannya kecil, tapi bisa juga penyimpangan yang besar. 

Jikalau hal itu sampai terjadi maka siapa kemudian yang menuntut pertanggungjawaban? Kembali sang atasan yang akan mempersalahkan anak buahnya karena tidak becus bekerja. Padahal sebab-musebabnya adalah keterburu-buruan yang diciptakan oleh atasannya sendiri.

Ketika seorang atasan tidak suka diburu-buru oleh bawahannya, demikian halnya dengan sang anak buah yang juga tidak senang ketika atasannya juga membuatnya tergesa-gesa dalam menuntaskan pekerjaan. 

Memang seorang atasan memiliki tuntutan dan kerumitan pekerjaannya sendiri. Akan tetapi kondisi serupa juga dialami oleh anak buah meskipun dalam kadar yang berbeda. 

Seharusnya ketergesa-gesaan semacam ini bisa dicegah apabila ada persiapan yang terorganisir dari waktu-waktu sebelumnya. Ketergesa-gesaan mungkin bisa dimaklumi apabila tidak terlalu sering terjadi. 

Namun jika berulang kali terjadi dan intensitasnya sampai mengesankan bahwa hal itu adalah suatu kebiasaan yang berulang maka berarti ada sesuatu hal yang tidak beres. 

Siapa yang sering menciptakan kondisi seperti itu hendaknya berkaca pada dirinya sendiri mengingat kalau atasan yang diburu-buru bawahannya tentu lebih enak dalam melayangkan teguran, sementara belum tentu jika kondisi sebaliknya terjadi. 

Tidak banyak anak buah yang cukup bernyali untuk menegur atasannya yang suka memburu-buru pekerjaan terhadap dirinya.


Salam hangat,
Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun