"Sesungguhnya Habbatussauda ini adalah obat segala penyakit, kecuali as-sam (Kematian)."
Pandemi COVID-19 telah sangat mengganggu kehdiupan semua orang. Ancaman terhadap kesehatan merupakan sesuatu yang paling dikhawatirkan. Apalagi menilik jumlah korban yang masih saja terus bertambah dari hari ke hari. Segenap daya upaya pun dikerahkan khususnya oleh pemerintah untuk mencari solusi penyelesaian atas hal ini. Mulai dari mendatangkan obat dari luar negeri yang dianggap mujarab menangkal infeksi virus corona SARS COV-2 sampai membeli vaksin "setengah jadi" dengan harapan bisa memutus mata rantai persebaran. Namun sejauh upaya tersebut dilakukan hasilnya sepertinya masih belum sesuai ekspektasi.
Meskipun cukup banyak korban yang sembuh dari infeksi, tidak bisa dipungkiri bahwa jumlah korban baru terus bertambah dan fasilitas penunjang penanganan korban COVID-19 dikhawatirkan semakin kewalahan. Tak ayal daerah seperti DKI Jakarta beberapa waktu lalu sampai harus menarik rem darurat akibat hal ini. Sayangnya, situasinya masih tidak terlalu jauh berubah. Dunia dan khususnya Indonesia masih terus berkutat dengan kekhawatiran akibat pandemi COVID-19.
Terlepas dari upaya pemerintah mengimpor obat dari bangsa-bangsa lain serta upaya riset mandiri untuk menghasilkan vaksin dari anak bangsa sendiri, sepertinya ada satu hal yang menurut saya pribadi terasa cukup aneh. Dengan mayoritas populasi menganut Islam sebagai agamanya, seharusnya hal itu turut memberikan andil atas sikap, keyakinan, ataupun orientasi berfikir sebagian orang-orangnya agar menjadikan ajaran agamanya sebagai jalan pemecah masalah.
Memang harus diakui bahwa tidak ada satupun peristiwa di dunia ini yang terjadi diluar kehendak-Nya. Meskipun begitu kita tidak boleh berpangku tangan dan pasrah terhadap keadaan tanpa adanya upaya mencari jalan keluar. Â Bahkan Baginda Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa sesungguhnya habbatussauda merupakan obat dari segala penyakit, kecuali kematian.
Pernyataan Baginda Rasullullah tersebut seharusnya dengan mudah dipahami bahwa segala penyakit bisa disembuhkan dengan bantuan habbatussauda. Tentu dengan beberapa penyesuaian seperti dosis, komposisi, dan lain sebagainya. Akan tetapi yang ditemui justru tidak seperti itu. Riset untuk menghasilkan obat penawar COVID-19 sepi pemberitaan dengan potensi besar yang dimiliki oleh habbatussauda. Apakah ini memang suatu kebetulan semata atau memang kita yang mayoritas muslim ini minim keyakinan terhadap "titah" suri tauladan kita?
COVID-19 memang tidak muncul pertama kali di Indonesia. Namun itu tidak berarti menjadikan kita harus bergantung pada kecerdasan bangsa lain dalam mencari solusi penyelesaiannya. Segala bentuk refferensi harus digali dan segala effort mesti dikerahkan untuk menemukan jalan keluar terbaik atas masalah yang ada. Jangan terlalu berlagak "sok ilmiah" sehingga lantas mengabaikan sumber informasi yang bisa dipercaya.
Tidakkah ada yang mencoba untuk lebih proaktif menggali solusi tentang jinten hitam sebagai alternatif obat COVID-19? Tidak adakah yang memperdalam riset terhadap "benda" ini dengan segala potensinya? Kita tidak akan tahu rahasia besar apa yang tersimpan dibalik sabda sang nabi sampai kita benar-benar mendedikasikan diri untuk mengetahuinya lebih jauh.
Salam hangat,
Agil S Habib
Refferensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H