Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Haji Usia Muda, Dinamika Asa dan Pedoman Meraihnya

10 Oktober 2020   08:01 Diperbarui: 10 Oktober 2020   08:20 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber data : Diolah dari informasi antaranews.com dan Kemenag RI

Lantas bagaimana caranya agar kita bisa berangkat dalam rentang usia yang lebih muda? Tentu saja dengan melakukan persiapan yang lebih dini dari kebanyakan orang yang lain. Selain memungkinkan kita untuk bisa menatap baitullah dalam keadaan fisik yang masih segar bugar, hal itu juga memberi kita cukup waktu untuk mengumpulkan tabungan biaya keberangkatan dan mendapatkan nomor antrian sejak jauh-jauh hari. Sehingga ketika waktu keberangkatan segera tiba maka finansialnya juga sudah siap.

Ikhtiar Anak Muda

Mungkin akan banyak sekali alasan yang diutarakan tatkala ibadah haji harus dipersiapkan sesegera mungkin. Sulit membagi uang, kebutuhan yang padat sehingga tidak bisa menyisihkan meskipun sedikit, merasa belum pantas berhaji, atau dorongan berhaji yang hilang timbul tak menentu di benak seseorang tatkala diminta mempersiapkan diri berhaji. 

Berhaji di usia muda seperti menjadi sebuah dinamika asa tersendiri. Namun dalam hal ini kita sepatutnya sebagai generasi muda bisa meneladani sikap Uwais Al-Qarni dalam memperjuangkan keinginan ibunya yang sudah tua renta dan buta kedua matanya untuk bisa pergi menunaikan ibadah haji, dan belum lagi kondisi ekonomi yang sangat kekurangan. 

Namun tekad seorang Uwais Al-Qarni yang bersedia berjalan kaki sambil menggendong ibunya dalam perjalanan dari Yaman ke Mekah merupakan sesuatu yang luar biasa. Sebuah sikap yang tidak salah kiranya apabila Baginda Rasullullah melabelinya sebagai pemuda langit.

Berikut ini adalah beberapa sikap keteladanan yang diajarkan oleh Uwais Al-Qarni agar kita para generasi muda memiliki niatan yang kuat, tekad yang bulat, serta semangat yang membara dalam memperjuangkan misi berhaji di usia muda meskipun dalam hal ini terdapat banyak sekali hambatan, rintangan, maupun keterbatasan. 

Keteladanan ini pun sangat layak menjadi pedoman bagi kita dalam upaya menuju tanah suci. Sebuah pedoman yang tidak hanya membangkitkan hasrat berhaji, tetapi juga memberikan arahan terkait apa yang mesti diperbuat tatkala keinginan menjadi tamu Allah SWT sudah menjangkit di dalam hati.

  1. Cinta adalah segalanya. Ketika seseorang diliputi rasa cinta maka tindakan luar biasa akan menyertainya. Kecintaan kepada seorang ibu, kepada agama, terlebih kepada Sang Pencipta akan menjadi landasan yang kuat dalam melangkah.
  2. Niatan yang tulus dan tekad yang kuat akan terlahir dari kecintaan seseorang yang ingin memuliakan Tuhannya, mentaati ibunya, atau menyempurnakan agamanya. Segala cara akan ditempuh meskipun itu mengharuskan seseorang melakukan sesuatu yang luar biasa.
  3. Membuat rencana atau strategi untuk mewujudkan niatan tersebut. Bukan sekadar berkeinginan, akan tetapi juga membuat suatu perencanaan untuk menjadikan niatan tersebut bisa terlaksana sesuai keinginan. Uwais Al-Qarni tidak serta merta menggendong ibunya pergi ke Mekah, namun sebelum itu beliau menempa fisiknya dengan setiap hari dengan menggendong anak lembu naik turun bukit.
  4. Komitmen terhadap rencana yang dibuat. Selama 8 bulan Uwais Al-Qarni konsisten mengasah fisiknya sembari menggembala lembu miliknya. Saat waktunya tiba Uwais sudah benar-benar siap secara fisik sekaligus mempunya finansial yang cukup dari hasil menjual lembu yang sudah dewasa.
  5. Semangat anak muda. Uwais Al-Qarni meskipun hidup dengan segala katerbatasannya tetaplah sesosok anak muda yang memiliki ketaatan pun keuletan untuk melaksanakan ketaatan tersebut. Sebuah ciri khas pemuda hebat yang layak kita tiru.

Kelima keteladanan sekaligus pedoman dari Uwais Al-Qarni tersebut setidaknya akan mampu menjadi petunjuk kemana diri kita harus melangkah. Terkadang berhaji itu tidak selalu karena kendala fisik ataupun finanasial, lebih awal lagi adalah keberadaan niat atau keinginan yang kuat untuk menjadi tamu Allah SWT juga tak kalah penting. Antara kemauan dan kemampuan harus sejalan. Keberadaan pedoman ini bertujuan untuk menyelaraskan kedua hal itu.

Infografis 5 Pedoman Atasi Rintangan Haji

Sumber : Dokpri
Sumber : Dokpri
Saatnya Melangkah Menuju Baitullah

Apabila belum terbersit keinginan untuk berhaji lantas apa yang harus dilakukan? Apakah kita masih perlu mempersiapkan haji sejak di usia muda? Tidak adakah cara untuk membangkitkan hasrat berhaji? Karena bagaimanapun juga tanpa dilandasi niatan yang kuat maka setiap perencanaan yang dibuat bisa jadi berhenti ditengah jalan. Jika sudah seperti itu lantas bagaimana solusinya?

Sebuah penggalan lirik dari lagu berjudul Risalah Hati dari group band Dewa 19, "... Biar cinta datang karena terbiasa.." sepertinya bisa kita ambil pelajaran. Sebagaimana pedoman yang diajarkan oleh Uwais Al-Qarni tentang landasan cinta yang mendasarinya untuk bisa menghajikan sang ibu, atau antusiasme yang mendorong banyak dari kalangan miskin seperti pemulung, penarik becak, pemungut sampah, bahkan para pekerja serabutan sekalipun yang begitu gigih berjuang agar bisa pergi ke tanah suci semuanya adalah karena rasa cinta kepada agama dan terutama kepada Tuhannya. Jadi pada dasarnya kita hanya perlu membiasakan misi berhaji merasuk kedalam diri kita dalam wujud cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun